7 Tingkah Laku Buruk Orangtua yang Sering Ditiru Anak

Hentikan atau justru akan merusak masa depan anak!

18 September 2018

7 Tingkah Laku Buruk Orangtua Sering Ditiru Anak
Unsplash/Chinh Le Duc

Setiap orangtua tentu memiliki cara yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya.

Namun, tanpa disadari ada tingkah laku buruk orangtua yang bisa direkam dan ditiru si Kecil. 

Sosok yang kasar, tidak konsisten, menjuluki anak dengan sebutan yang buruk hingga gengsi meminta maaf menjadi beberapa tingkah laku buruk orangtua selama mendidik si Kecil.

Padahal jika si Kecil sudah mendapatkan pola asuh yang salah di usia anak-anak, ini akan mengganggu perkembangan psikis hingga dirinya dewasa. 

Untuk semakin peka terhadap tingkah laku buruk orangtua yang mungkin tidak disadari terjadi.

Berikut beberapa rangkuman lengkap Popmama.comagar si Kecil tidak ikut-ikutan meniru perilaku yang salah dari orangtuanya . 

1. Perkataan tidak sesuai dengan dan tindakan

1. Perkataan tidak sesuai tindakan
Unsplash/frank mckenna

Berusaha untuk konsisten memang mutlak  diperlukan dalam mendidik si Kecil.

Konsisten sendiri seolah harus sesuai antara perkataan yang diucapkan dari bibir dengan segala tindakan.

Meskipun masih berusia anak-anak, si Kecil bisa merasakan pola asuh atau perilaku orangtuanya saat tidak konsisten.

Bahkan dirinya bisa kurang nyaman saat ucapan Mama tidak sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan. 

Jika Mama terbiasa menerapkan hadiah dan sanksi di setiap aktivitas keseharian si Kecil, itu berarti harus ditepati alias bukan sekedar janji.

Saat si Kecil memang melakukan kegiatannya sesuai aturan dan keinginan Mama.

Ada baiknya untuk menepati janji untuk memberikan hadiah.

Kalau menunda atau tidak memberikannya sama sekali artinya Mama berbohong karena tidak sesuai dengan janji di awal.

Bila belum bisa membelikan hadiah, berkatalah jujur sesuai dengan kenyataan yang ada agar si Kecil mengerti. 

Jadi, usahakan untuk tidak mengumbar janji hanya untuk merayu si Kecil agar selalu mengikuti perkataan Mama ya.

2. Memperlihatkan sikap mudah menyerah dan pasrah

2. Memperlihatkan sikap mudah menyerah pasrah
Unsplash/Caroline Hernandez

Pada dasarnya setiap manusia memang memiliki kemampuan berbeda-beda saat harus menyelesaikan masalah. 

Ada yang berusaha sebisa mungkin berjuang untuk menyelesaikan masalahnya, namun ada juga yang mudah sekali menyerah terhadap situasi sulit. 

Saat Mama menjadi sosok orangtua yang kurang tegas, mudah menyerah bahkan selalu cenderung mengalah dan pasrah tentu akan berpengaruh juga pada psikis si Kecil. 

Dirinya akan mengganggap kalau orangtuanya lemah dan tidak memiliki sikap.

Bahkan beberapa anak-anak bisa lebih tegas dan keras terhadap orangtuanya sendiri, sehingga berdampak buruk karena si Kecil akan mendominasi atau bisa mengatur orangtuanya sendiri. 

Sebelum terlambat, belajarlah dan berusaha untuk menjadi lebih tegas dalam bersikap.

Mintalah bantuan orang lain atau pasangan agar memotivasi diri sendiri agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. 

Editors' Pick

3. Gengsi untuk meminta maaf

3. Gengsi meminta maaf
Unsplash/Josh Applegate

Satu rumah tapi seolah seperti orang asing yang tidak mengenal satu sama lain. 

Tak jarang gengsi untuk menyapa biasanya terjadi saat ada masalah internal di dalam keluarga.

Rasa kesal dan amarah pada salah satu anggota keluarga bisa menimbulkan rasa gengsi untuk menyapa walau sedang berpapasan. 

Beberapa kasus seolah menunggu pihak lain untuk meminta maaf terlebih dahulu atau membiarkan situasi ini sampai normal dengan sendirinya.

Padahal jika ada masalah seharusnya diselesaikan bukan dibiarkan tanpa solusi.

Kondisi yang kurang nyaman ini bisa dilihat si Kecil secara langsung di dalam rumahnya.

Sewaktu-waktu si Kecil bisa saja berperilaku sama yaitu dengan mendiamkan orangtuanya dan enggan untuk menyapa terlebih dahulu. 

Sebagai orangtua yang memberikan contoh baik untuk si Kecil, ada baiknya saat ada masalah bisa diselesaikan segera mungkin.

Berbesar hatilah untuk meminta maaf, meskipun bukan Mama yang melakukan kesalahan.

Ini semua agar si Kecil bisa mengambil nilai positif dari orangtuanya dalam menyelesaikan masalah tanpa harus gengsi meminta maaf terlebih dahulu. 

4. Selalu mengharapkan perubahan instan

4. Selalu mengharapkan perubahan instan
Unsplash/Paul Hanaoka

Memperbaiki sikap atau kebiasaan buruk itu proses, tidak bisa instan seperti membuat mie instan.

Terkadang orangtua seringkali meminta anak-anaknya untuk berubah dalam waktu singkat, sehingga si Kecil akan merasa kesulitan saat ingin memperbaiki diri.

Perlu diingat yang instan terkadang kurang baik dilakukan karena menyelewatkan tahapan berproses.

Padahal saat berproses, si Kecil justru akan mendapatkan lebih banyak pelajaran positif untuk dirinya. 

Jika Mama berharap terjadinya perubahan kebiasaan pada si Kecil, berikanlah waktu untuk dirinya dalam melewati tahapan-tahapan perubahan yang rasional untuk dicapai.

Tidak perlu menyuruh si Kecil untuk langsung berubah begitu saja karena menjadi orang yang lebih baik itu tidaklah mudah. 

Biarkan si Kecil pelan-pelan berproses agar hidupnya berubah.

Jangan terlalu memaksakan dirinya untuk berubah secara instan.

5. Memberikan julukan yang buruk ke anak

5. Memberikan julukan buruk ke anak
Unsplash/Danielle MacInnes

Ada yang pernah memberikan julukan buruk si Kecil saat sedang emosi?

Biasanya hal ini spontan dilakukan begitu saja karena emosi sedang tidak stabil.

 Padahal si Kecil tidak akan pernah tahu kalau kata-kata itu tidak sengaja diucapkan. Mungkin saja dirinya sudah terlanjur sakit hati. 

Perlu Mama sadari kalau memberikan julukan negatif ke si Kecil hanya akan berdampak buruk untuk psikisnya.

Si Kecil bisa menjadi anak yang rendah diri, pemalu, minder atau penuh dengan kebencian karena merasa buruk di mata orangtuanya sendiri. 

Demi kebaikan bersama, ada baiknya Mama memberikan julukan-julukan yang lebih baik misalnya anak baik, anak hebat, anak pemberani.

Kata-kata julukan tersebut juga bisa menjadi doa tersendiri untuk si Kecil. 

6. Terbiasa menakuti anak

6. Terbiasa menakuti anak
Unsplash/The Creative Exchange

“Sudah jangan nangis, nanti didatangi penghuni di sini lho”

Saat si Kecil menangis terkadang orangtua melakukan segala cara untuk berusaha menenangkannya.

Kebiasaan ini dianggap lazim dilakukan padahal tidak berdampak baik untuk perkembangan si Kecil. 

Memang pada dasarnya si Kecil aka berhenti menangis, namun tanpa disadari kata-kata Mama sudah menanamkan rasa takut terhadap sesuatu benda, orang atau kondisi tertentu. 

Di beberapa kesempatan lain, orangtua juga seringkali menakuti si Kecil agar dirinya tidak melakukan tindakan-tindakan yang dilarang atau justru berbahaya untuknya.

Padahal sebaiknya berusahalah memberikan pengertian secara jujur agar si Kecil mampu berpikir dewasa. 

7. Menghukum anak secara fisik

7. Menghukum anak secara fisik
Unsplash/Aimee Vogelsang

Anak-anak memang sikapnya sangat ajaib, kadang menggemaskan dan kadang membuat orangtua menjadi stres apalagi saat perilakunya sulit untuk diatur. 

Tak jarang orangtua yang sudah sangat emosi dan sensitif terhadap perilaku buruk si Kecil mulai keluar batas.

Ini bisa ditandai dengan suara keras dan kemudian mulai berusaha melakukan tindakan fisik dengan menyakiti si Kecil. 

Jika di dalam rumah, si Kecil terbiasa diperlakukan seperti ini berarti Mama sudah mendidik dengan cara yang salah.

Si Kecil bisa tumbuh menjadi sosok anak yang kejam, suka menyakiti orang lain dan bahkan sering membangkang.

Untuk itu usahakan tidak mendidik si Kecil dengan kekerasan termasuk mencubit sekalipun.

Berusahalah tetap menggunakan kata-kata yang lebih mengayomi agar si Kecil pun paham kalau dirinya salah dan perilakunya harus diperbaiki. 

Beberapa tingkah laku buruk di atas terkadang memang tidak disadari orangtua saat bersikap ke si Kecil.

Yuk, mulai mengubah perilaku negatif yang bisa berdampak buruk untuk perkembangan si Kecil! 

The Latest