Salah satu pelajaran terpenting yang tidak boleh dilupakan oleh si Kecil adalah berbagi kepada sesama.
Hal ini tentu menjadi bagian dari impian setiap Mama untuk melihat si Kecil bertumbuh menjadi anak yang murah hati dan suka memberi.
Itu kenapa, tidak aneh jika Mama terus berupaya untuk menerapkan nilai berbagi tersebut dalam kehidupan tumbuh kembang si Kecil sejak usia dini.
Hal tersebut tentu bertujuan agari si Kecil dapat terbiasa memberi atau berbagi kepada sesama yang membutuhkan secara otomatis tanpa harus diminta atau bahkan, berada di bawah pengawasan Mama.
Sebagai contoh, sangat menyenangkan jika Mama mendengar si Kecil membagikan sepotong roti dari kotak bekalnya untuk teman sekolahnya yang tidak membawa bekal.
Hal itu tentu akan membuat hati Mama senang dan bangga. Akan tetapi, satu hal penting yang kerap dilupakan Mama: berpaling sejenak dari manfaat positif yang didapatkan dari sikap suka berbagi, Mama tentu harus memastikan apa si Kecil juga merasa senang saat melakukannya.
Lebih jelasnya lagi, bukankah bijak jika Mama juga mempertanyakan keadaan psikologis si Kecil saat menerapkan nilai berbagi tersebut?
Apakah si Kecil merasakan sesuatu yang positif sebagaimana semestinya, atau terbebani seolah-olah ia melakukan hal itu karena sebuah tuntutan atau keharusan dari sang Mama.
Untuk itulah, dalam upaya untuk menemukan jawaban dari keadaan psikologis si Kecil saat menerapkan nilai berbagi yang telah diajarkan Mama dalam kehidupannya sehari-hari, sebuah studi dilakukan dengan sedemikian rupa.
