8 Cara Ajari Anak Belajar Dari Kesalahan dan Tak Mengulanginya

Kesalahan adalah guru terbaik yang mengajarkan anak melakukan hal yang benar di kemudian hari

20 Agustus 2021

8 Cara Ajari Anak Belajar Dari Kesalahan Tak Mengulanginya
Freepik/Racool-studio

Semua orang membuat kesalahan, dan inilah fakta yang Mama tentu sudah memahaminya. Namun, beberapa orang merasa lebih mudah mengakuinya daripada yang lain. Ketika balita melakukan kesalahan, Mama mungkin bereaksi seperti memarahi hingga menghukum. 

Namun, cara-cara ini mungkin bekerja dalam jangka pendek, anak menjadi penurut untuk menghindari teriakan atau hukuman. Tetapi dalam jangka panjang, perilaku buruk tersebut sering terulang.

Alih-alih memarahi dan menghukum si Kecil, Mama justru bisa memanfaatkan kesalahan anak sebaik mungkin, dengan mengajarkan anak melihat kesalahan sebagai suatu pelajaran penting. Jadi, bagaimana Mama bisa membantu anak-anak menerima kesalahan?

Berikut Popmama.com telah merangkum 8 cara mengajarkan anak agar belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya di kemudian hari. Simak tipsnya di bawah ini ya!

1. Beri tahu anak bahwa kesalahan adalah guru terbaik

1. Beri tahu anak bahwa kesalahan adalah guru terbaik
Freepik/Gpointstudio

Kesalahan dapat mengajari balita begitu banyak nilai-nilai kehidupan, seperti perilaku apa yang dapat ditingkatkan hingga perilaku apa yang tidak boleh ia lakukan lagi.

Daripada memperlakukan kesalahan sebagai sesuatu yang harus dihindari, tunjukkan pada anak semua yang bisa dipelajari dari kesalahan. Ketika anak belajar dari kesalahannya, itu dapat memaksanya untuk tumbuh menjadi versi diri yang lebih baik.

Kesalahan dapat menunjukkan anak langkah-langkah apa yang tidak boleh dilakukan atau bagaimana melakukannya secara berbeda, dan mengungkapkan cara apa yang berhasil atau cara yang harus dipikirkan lagi.

Kesalahan bukanlah kegagalan apalagi kecacatatan. Anggap ini sebagai guru yang menunjukkan si Kecil cara baru atau berbeda.

2. Ajari anak untuk menemukan pelajaran di balik kesalahannya

2. Ajari anak menemukan pelajaran balik kesalahannya
Pixabay/PublicDomainPictures

Kesalahan hanyalah guru terbaik jika anak dapat menemukan pelajarannya. Kesalahan tak dapat mengajarkan apa pun jika anak tidak mengetahui apa kesalahannya, bukan?

Meminta anak untuk menatap tugas sekolahnya yang menunjukkan banyak kesalahan, tak akan mengungkapkan jawabannya. Sebaliknya, Mama dan anak harus melihat apa yang menyebabkan kesalahan, sehingga ia bisa memperbaikinya dengan baik.

Atau mungkin balita selalu membuat kekacauan di kamar tidurnya, bantu ia mengembangkan kebiasaan merapikan mainannya jika sudah tidak digunakan, merapikan tempat tidur setelah bangun pagi, atau membuang sampah pada tempatnya.

Menemukan pelajaran di balik kesalahan, dan memperbaikinya adalah satu-satunya cara balita bisa belajar dari kesalahan itu.

3. Perhatikan reaksi Mama terhadap kesalahan anak

3. Perhatikan reaksi Mama terhadap kesalahan anak
Freepik/Master1305

Ketika si Kecil melakukan kesalahan, tak jarang keluar kalimat seperti "Kenapa kamu berperilaku seperti ini?" hingga "Kamu tidak bisa diatur ya!".

Mama menegur dengan harapan anak mengetahui kesalahannya, tetapi ia mungkin merasa malu atau bingung karena tidak tahu seperti apa instruksinya atau tidak memahami cara menjalaninya,.

Alih-alih menunjukkan kekecewaan, fokuslah pada apa yang bisa anak lakukan lain kali. Misalnya, Mama bisa kembali menunjukkan pada anak cara merapikan mainan, atau minta ia mencoba merapikan tempat tidurnya.

Di sini Mama bisa menunjukkan bahwa kesalahan terjadi seperti "Kamu boleh bermain, namun tidak boleh berantakan lagi ya", ini juga dapat memiliki tujuan. Bahwa anak bisa belajar dari kesalahan dan perilaku apa yang tidak boleh dilakukan, tanpa harus merasa malu.

Editors' Pick

4. Ajari anak cara mengatasi frustrasi

4. Ajari anak cara mengatasi frustrasi
Freepik/fwstudio

Perilaku yang diakibatkan oleh frustasi adalah aspek kesalahan yang paling sulit bagi balita, yang juga menjadi ujian kesabaran paling besar bagi orangtua.

Anak bisa merasa frustasi ketika usaha yang ia lakukan masih salah. Bayangkan bagaimana anak menempatkan begitu banyak usaha ke dalam tugas matematika tetapi ia masih membuat kesalahan.

Yup, rasa frustasi ini hadir bukan untuk diabaikan, sehingga Mama perlu mengajari anak cara mengatasi frustrasi yang terjadi. Misalnya, si Kecil bisa melakukan hal-hal berikut ini:

  • Meminta bantuan. Ketika sesuatu terasa sulit baginya, beri tahu anak bahwa ia selalu bisa meminta bantuan. Bertanya pada Mama atau gurunya bukan berarti ia gagal atau tidak kompeten, terutama ketika beberapa tugas dapat melampaui tahap perkembangannya.
  • Istirahat. Katakan pada anak untuk istirahat ketika ia merasa frustrasi. Istirahat cepat satu menit bisa menjadi hal yang ia butuhkan untuk mengembalikan semangatnya, memulai kembali, dan melihat tugas dengan cara yang berbeda. Selain itu, anak juga akan lebih sabar dan tenang daripada gelisah, yang membantunya mencoba lagi.
  • Beri ia pelukan. Mengatasi frustrasi juga bisa diberikan dengan dukungan non-verbal. Peluk anak dan biarkan ia menangis dalam pelukan Mama untuk melepaskan emosinya.

5. Mengakui kesalahan diri sendiri

5. Mengakui kesalahan diri sendiri
Freepik/Karlyukav

Mama tidak akan mengirim pesan bahwa kesalahan adalah hal yang wajar ketika  Mama menyangkal kesalahan yang dibuat. Sebaliknya, cobalah untuk mengakui setiap kesalahan yang Mama buat, terutama yang berhubungan dengan anak..

Kesalahan Mama bisa sesederhana menumpahkan air di atas meja atau menumpahkan makanan ke lantai. Atau mungkin mengakui kesalahan yang lebih dalam, seperti meminta maaf kepada anak karena berteriak dan kehilangan kesabaran.

Mama juga dapat menjelaskan kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Meskipun tidak ingin membanggakannya, Mama dapat menyebutkan beberapa kesalahan yang lebih sederhana sehingga anak tidak merasa sendirian.

Mengakui kesalahan menunjukkan bahwa setiap orang melakukannya. Kesalahan juga tidak mendefinisikan siapa diri kita, dan sebaliknya dapat digunakan untuk keuntungan, yaitu belajar dari kesalahan.

6. Jangan menyelamatkan anak dari kesalahannya

6. Jangan menyelamatkan anak dari kesalahannya
Freepik
ilustrasi

Katakanlah si Kecil memiliki mainan favoritnya. Mama telah mengingatkannya berkali-kali untuk menyimpannya di tempat yang sama setelah bermain agar tidak kehilangannya. Dan suatu hari, ia tidak dapat menemukan mainan itu, tidak peduli seberapa keras ia mencari.

Lalu anak meminta Mama membelikannya yang baru. Jika Mama menurutinya, ini akan mengakhiri frustrasi, rengekan, pertengkaran, tetapi hal ini tidak akan membuatnya bertanggung jawab.

Ketika Mama menyelamatkannya dari semua kesalahan, ini dapat mencegah anak untuk belajar. Ia tidak akan menganggap Mama serius saat menyuruhnya menyimpan mainan dengan baik, terutama ketika ia tahu Mama akan membelikannya yang baru.

Maka itu, penting bagi Mama untuk mengajari anak agar menyimpan mainannya dengan benar agar tidak mengalami kekecewaan yang sama. Mengajari anak bagaimana mengatasi dan belajar dari kesalahan adalah alat yang jauh lebih berharga.

7. Berikan pujian ketika anak mengakui atau mau memperbaiki kesalahannya

7. Berikan pujian ketika anak mengakui atau mau memperbaiki kesalahannya
Freepik/prostooleh

Ketika anak mengakui kesalahannya, mungkin Mama tergoda untuk mulai menasihati anak. Sebelum menjelaskan bagaimana cara memperbaiki kesalahannya, pertama-tama pujilah anak karena jujur ​​dan mengaku.

Karena mengakui kesalahan itu sulit dan membutuhkan keberanian. Maka, ketika Mama melihat balita mengakui kesalahannya, pujilah ia bahkan ucapkan terimakasih karena berniat untuk memperbaikinya.

Namun penting untuk menindaklanjuti dengan apa yang anak bisa atau tidak bisa lakukan. Ini untuk mencegah anak agar tidak berperilaku buruk untuk mendapatkan pujian, dan untuk menegaskan bahwa berbicara jujur itu benar, namun perilaku negatif adalah hal yang salah.

8. Pertahankan harapan Mama sesuai dengan usia dan perkembangan anak

8. Pertahankan harapan Mama sesuai usia perkembangan anak
Pexels/andreapiacquadio

Pertahankan harapan Mama untuk anak dengan masuk akal, realistis, dan fleksibel. Hindari membandingkan anak dengan anak-anak lain, terutama kerabat dan teman mereka.

Misalnya, jangan berharap si Kecil yang berusia lima tahun bisa memainkan karya Beethoven dengan piano dalam dua hari, hanya karena temannya bisa. Atau, hanya karena anak masih mencoba memahami alfabet, bukan berarti ia melakukan kesalahan ketika beberapa temannya sudah lancar membaca buku.

Nah kini Mama telah mengetahui pentingnya kesalahan dan bagaimana mendorong balita untuk menerimanya dan mempelajarinya. Semua strategi ini bermuara pada dua hal, yaitu bagaimana cara orangtua memandang dan membicarakan kesalahan.

Tunjukkan pada anak bahwa kesalahan adalah guru terbaik, terutama ketika Mama mendorongnya untuk menemukan pelajaran di baliknya. Dari kesalahan sederhana seperti menumpahkan susu hingga kesalahan besar, itu bisa menjadi beberapa pelajaran terbaik yang akan ia pelajari dalam hidup.

Baca juga:

The Latest