Biar Tetap Terjaga, 7 Tips Efektif Membesarkan Anak yang Sopan Santun

Kesopanan dapat mencerminkan kepribadian anak yang bermoral, penuh kasih dan perhatian. 

28 Juli 2021

Biar Tetap Terjaga, 7 Tips Efektif Membesarkan Anak Sopan Santun
Freepik/Ansiia

Setiap orangtua memimpikan anak kecil yang berperilaku sopan, minimal seperti mengatakan "tolong" dan "terima kasih."

Bagaimanapun, setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda-beda, ada beberapa anak yang memiliki sikap sopan santun secara alami, sementara ada anak yang kesulitan dengan perilaku ini. Memahami dasar sopan santun akan membantu Mama mengajari si Kecil perilaku yang sopan santun.

Sopan santun diperlukan bagi setiap individu untuk hidup bersosialisasi di dunia ini, karena mencerminkan kepribadian yang bermoral, penuh kasih dan perhatian. 

Lantas, bagaimana cara untuk membesarkan anak agar tumbuh menjadi sopan santun? Simak tujuh tipsnya yang telah Popmama.com rangkum dari laman Ask Dr. Sears! 

1. Menanamkan rasa hormat

1. Menanamkan rasa hormat
Freepik/Yanalya

Akar dari perilaku yang baik adalah rasa hormat terhadap orang lain, dan akar dari rasa hormat adalah kepekaan. Kepekaan adalah salah satu kualitas paling berharga yang dapat Mama tanamkan ke dalam diri balita, dan ini sebenarnya sudah dapat dimulai sejak usianya masih bayi.

Balita yang sensitif, secara alami akan menjadi anak yang penuh hormat karena dia peduli pada perasaan orang lain, secara alami akan menjadi orang yang sopan. Kesopanannya akan lebih kreatif dan lebih tulus daripada apa pun yang bisa anak pelajari dari buku etiket.

Mengajarkan anak sopan santun bukan berarti Mama tidak bisa menjadi orangtua yang "tegas". Bersikap tegas itu sehat, asalkan tidak mengesampingkan kesopanan dan sopan santun.

2. Ajarkan kata-kata sopan sejak dini

2. Ajarkan kata-kata sopan sejak dini
Freepik/Karlyukav

Sejak anak usia dua tahun, ia sudah dapat diajarkan untuk mengatakan “tolong” dan “terima kasih.” Meskipun ia belum memahami bagaimana cara menyampaikan kata-kata ini dengan tulus.

Karena pada usia ini, anak mungkin akan menyimpulkan bahwa "tolong" adalah cara mendapatkan apa yang ia inginkan dan "terima kasih" adalah cara untuk mengakhiri interaksi. Awalnya, ini tak akan menjadi masalah karena setidaknya Mama telah menanamkan kebaikan sosial ini ke dalam kosakata anak.

Anak bahkan bisa memahami kata-kata ini penting ketika orangtuanya sering menggunakannya dan memiliki ekspresi yang bahagia di wajahnya saat mengucapkan kata-kata ini. Si Kecil kemudian akan mengikuti istilah ini dan memahami kegunaannya jauh sebelum memahami artinya.

Sejalan dengan bertambahnya usia, anak nantinya akan mulai memahami bahwa kata-kata tersebut dapat membuat orang lain merasa senang untuk membantunya. Maka dari itu, ini harus selalu ditunjukkan oleh Mama dan Papa saat meminta anak untuk melakukan sesuatu, awali dengan "tolong" dan tutup dengan "terima kasih"

Editors' Pick

3. Teladani sikap yang sopan

3. Teladani sikap sopan
Freepik/Wirestock

Berkaitan dengan poin di atas, apa yang anak dengar, itu yang akan ia katakan kelak, dan proses ini akan berlangsung dari saat usianya masih dua tahun hingga empat tahun.

Maka itu, biarkan anak mendengar banyak kata “tolong”, “terima kasih”, “terima kasih kembali”, "maaf", dan “permisi” saat Mama berinteraksi dengan orang lain sepanjang hari.

Dan selalu sapa anak mama dengan kesopanan, yang sama seperti ketika Mama memperlakukan orang dewasa. Biarkan anak menangkap rasa dari pembicaraan yang sopan.

4. Meminta tolong dengan memanggil nama anak

4. Meminta tolong memanggil nama anak
Pexels/Ketut Subiyanto

Penting bagi orangtua untuk berusaha membuka setiap permintaan dengan memanggil nama anak, misalnya "Jim, maukah kamu melakukan ini untukku?”.

Ini akan buat anak memahami keramahan sosial dan mengikutinya dengan menyebut panggilan orangtua seperti, "Papa, bolehkah aku menonton TV?" atau "Mama, aku membutuhkan bantuan"

Ketika anak menyimpulkan bahwa cara meminta tolong yang tepat, adalah dengan menatap mata atau menyentuh lengan orangtuanya, sambil mengatakan panggilan orangtua dan menambahkan “tolong” atau “bolehkah aku,” ia bisa mendapatkan apa saja yang dia inginkan.

Namun berhati-hatilah dengan cara ini! Karena mungkin Mama akan mudah terpengaruh dengan kesopanannya. Maka ketika anak tidak mendapatkan keinginannya walaupun sudah disampaikan dengan sopan, Mama juga harus membalas ucapannya dengan kalimat yang sopan.

5. Mengakui keberadaan anak

5. Mengakui keberadaan anak
Freepik/Prostooleh

Ketika Mama dan anak berada di tengah keramaian yang kebanyakan orang dewasa, mengabaikan anak mungkin akan menimbulkan masalah. Bahkan seorang anak yang biasanya sopan santun mungkin bisa membuat gangguan, untuk mendapatkan perhatian Mama.

Untuk itu, tetap terhubung dengan si Kecil dalam situasi apapun, yang Mama anggap menempatkannya pada risiko perilaku yang tidak diinginkan.

Selama kunjungan dengan orang dewasa lainnya, jaga agar anak secara fisik dekat dengan Mama dan sering-seringlah melakukan kontak verbal dan mata. Bantu anak untuk merasa menjadi bagian dari kegiatan tersebut, sehingga ia tidak akan bosan dan terjerumus ke dalam perilaku yang mengganggu.

6. Jangan memaksakan sopan santun

6. Jangan memaksakan sopan santun
Freepik/prostooleh

Bahasa adalah keterampilan untuk dinikmati, bukan dipaksakan. Meskipun tidak apa-apa untuk sesekali meminta anak dengan menyuruhnya "katakan tolong" sebelum mengabulkan permintaan, anak mungkin bosan dengan kata-kata sopan ini bahkan sebelum ia memahaminya.

Ketika Mama mengingatkan si Kecil untuk mengatakan "tolong", lakukan itu sebagai bagian dari ucapan yang baik, bukan sebagai persyaratan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, dan pastikan anak mendengar pujian dari Mama setelah ia mengatakannya.

7. Koreksi anak dengan sopan

7. Koreksi anak sopan
Freepik/Racool-studio

Ketika balita melakukan atau mengatakan hal-hal yang negatif, hindari memberikan reaksi berlebihan seperti mengomeli atau membentak anak.Sebaliknya, Mama perlu mengatur suara, menatap lurus ke mata anak, dan meletakkan tangan di bahunya selama memberi tahu.

Gerakan ini mencerminkan bahwa Mama mengoreksi anak karena bentuk kepedulian, bukan karena Mama sedang di luar kendali.

Kesopanan ini menunjukkan pada anak bahwa Mama menghargainya dan ingin ia belajar dari kesalahannya, sehingga bisa menjadi lebih baik lagi, dan anak akan mendengarkan permintaan Mama lebih baik. 

Pernahkah Mama bertanya-tanya mengapa beberapa anak begitu sopan? Jawaban utamanya adalah ia dibesarkan dalam lingkungan yang mengharapkan sopan santun. Sehingga penting bagi orangtua untuk menerapkan sopan santun terlebih dahulu sebelum menurunkannya pada anak.

Membesarkan anak yang sopan santun tentu tak hanya menjadi kebanggaan bagi orangtua saja, namun ini akan membuat anak menjadi pribadi yang positif dengan keterampilan sosial yang baik. Dan tentunya, ini dapat mengurangi rasa frustasi Mama karena si Kecil akan terhindar dari perilaku-perilaku negatif.

Baca juga:

The Latest