6 Cara Mengajarkan Anak Menyelesaikan Pertengkaran dengan Teman

Pertengkaran dengan teman adalah rintangan dalam membangun persahabatan

28 Juni 2021

6 Cara Mengajarkan Anak Menyelesaikan Pertengkaran Teman
Freepik/Wavebreakmedia

Membangun persahabatan adalah sebuah proses bagi seorang anak, dan biasanya ada beberapa rintangan di sepanjang jalan. Meskipun rintangan ini mungkin tampak sepele, konflik diantara anak-anak dapat menyebabkan interaksi yang tidak baik dan persahabatan yang bergeser.

Keterampilan resolusi konflik atau penyelesaian pertengkaran memainkan peran penting dalam pengembangan persahabatan yang sehat.

Kabar baiknya adalah bahwa anak sejak usia dini, dapat belajar mengelola emosi dan konflik untuk mengetahui bagaimana menangani situasi persahabatan yang rumit. Dengan beberapa strategi, anak-anak dapat menjadi pemecah masalah dan menjaga persahabatannya.

Kali ini Popmama.com akan membahas seputar bagaimana cara mengajarkan anak untuk menyelesaikan pertengkaran dengan temannya. Baca terus untuk mengetahui informasinya ya!

Pentingnya Mengajari Penyelesaian Konflik pada Anak

Penting Mengajari Penyelesaian Konflik Anak
Freepik/Aleruana

Tidak ada anak yang terlalu muda untuk belajar, bermain, dan bekerja sama dengan anak seusianya, sehingga keterampilan ini penting diajarkan bagi anak-anak prasekolah untuk tumbuh dan berkembang.

Tak hanya untuk menyelesaikan pertengkaran, mengajarkan anak penyelesaian konflik juga memiliki berbagai manfaat, berikut di antaranya:

  • Anak belajar bagaimana mendengarkan orang lain.
  • Anak-anak menjadi lebih sadar akan kebutuhan mereka.
  • Mereka belajar bagaimana mengomunikasikan pikiran dan perasaan mereka dengan cara yang terhormat.
  • Mereka merasa terinspirasi untuk berpikir kreatif untuk mencari solusi.

Prasekolah adalah waktu yang tepat untuk mulai mengajari anak tentang penyelesaikan konflik, karena tahun-tahun ini adalah saat anak bertemu orang di luar keluarganya untuk pertama kali. Berikut adalah enam cara untuk membantu anak-anak prasekolah mempelajari strategi penyelesaian konflik.

1. Ajarkan meditasi “lampu lalu lintas”

1. Ajarkan meditasi “lampu lalu lintas”
Freepik/Jekatarinka

Minta anak untuk menutup matanya dan membayangkan lampu lalu lintas. Ketika lampu merah menyala, ia harus mengambil tiga napas dalam-dalam dan memikirkan sesuatu yang menenangkan.

Ketika lampu berubah menjadi kuning, saatnya untuk mengevaluasi masalahnya. Seperti, “Bisakah aku menangani ini sendiri?”, “Apakah aku membutuhkan bantuan orang dewasa?” minta anak untuk memikirkan cara yang mungkin berhasil.

Saat lampu berubah menjadi hijau, pilih cara, misalnya meminta maaf terlebih dahulu atau minta bantuan pada orang dewasa.

Menggunakan lampu merah untuk menenangkan diri, membantu anak-anak lebih mampu memahami masalah dan memilih cara yang tepat. Mempraktikkan lampu lalu lintas saat anak sudah kembali tenang juga akan membantunya dalam mengingat proses penyusunan strategi.

Editors' Pick

2. Bantu anak mengungkapkan perasaannya secara verbal

2. Bantu anak mengungkapkan perasaan secara verbal
Freepik/Alf061

Tak satu pun dari anak dan orang dewasa yang dilahirkan dengan kosakata untuk menjelaskan perasaan yang tepat kepada orang lain.

Namun Mama bisa mengajarkan anak bagaimana menggambarkan perasaannya secara verbal. Dengan perlihatkan pada anak gambar wajah dengan ekspresi berbeda, dan minta anak untuk menjelaskan apa yang ia pikirkan tentang temannya tersebut.

Ini akan membantu anak belajar bahwa setiap orang memiliki perasaan, dan ia dapat menjelaskannya dengan tenang.

3. Berlatih berbicara tentang perasaan

3. Berlatih berbicara tentang perasaan
Freepik/odua

Anak dengan usia yang lebih kecil cenderung bereaksi cepat terhadap peristiwa yang menjengkelkan. Menjadi cepat frustrasi atau menyalahkan adalah reaksi umum terhadap masalah persahabatan dengan anak prasekolah.

Sehingga anak perlu berlatih berbicara tentang perasaannya dengan cara yang sehat dan tenang. Ajari anak untuk menggunakan pernyataan "Aku merasa" saat ia marah dengan seorang teman.

Ketika anak belajar menggunakan pernyataan ini, ia fokus pada bagaimana suatu perilaku orang lain yang memengaruhinya, tanpa harus menyalahkan. Misalnya, “Aku merasa marah ketika sesuatu diambil dari tanganku. Tolong jangan lakukan itu,”

Atau, “Aku merasa kesepian jika makan sendirian saat istirahat. Bisakah aku bergabung dengan kalian lain kali? ” Menyatakan perasaan tanpa menyalahkan, dan menawarkan solusi.

4.Berlatih skenario pertengkaran

4.Berlatih skenario pertengkaran
Freepik/Zinkevych

Jauh lebih sulit untuk campur tangan setelah pertengkaran yang sebenarnya dimulai, daripada mengajari anak keterampilan untuk mengelolanya sebelumnya. Maka untuk mengantisipasinya, buatlah sebuah contoh skenario pertengkaran dengan anak.

Misalnya, minta anak berpura-pura ingin bermain dengan mainan yang sama. Kemudian, minta anak untuk menggambarkan perasaannya dan memberikan solusi untuk pertengkaran tersebut.

Seperti bermain bergantian atau melempar koin untuk melihat siapa yang akan mendapatkan mainan terlebih dahulu.

5. Tanamkan rasa empati

5. Tanamkan rasa empati
Freepik/Alf061

Wajar bagi si Kecil untuk merasa kewalahan dengan emosi yang besar ketika ia menghadapi masalah persahabatan. Terkadang perselisihan kecil terasa seperti masalah besar.

Mendengarkan dan menunjukkan empati tidak hanya membantu anak merasa didengar dan dipahami, tetapi juga membantunya belajar bagaimana berempati dengan orang lain.

Ketika anak mengatakan pada Mama untuk melampiaskan masalah dengan seorang teman, sejajarkan pandangan dengan anak dan berempati. “Sepertinya kamu mengalami kesulitan dengan temanmu hari ini. Mama bisa melihat kamu sedang frustrasi dan kesal,”.

Tunjukkan kepada anak bahwa Mama mendengar dan memahami apa yang ia alami. Tidak apa-apa bagi anak untuk mengalami emosi yang memanas, Apa yang ia lakukan untuk mengatasi emosi itu yang penting.

Mendengarkan dan berempati adalah strategi yang membantu anak saat ini. Mama tidak harus menyelesaikan setiap masalah. Namun dukungan yang tepat adalah ketika menyediakan ruang yang aman untuk anak agar bisa membicarakan dan memproses emosi.

6. Pujilah anak ketika ia menyelesaikan permasalahannya sendiri

6. Pujilah anak ketika ia menyelesaikan permasalahan sendiri
Freepik/Karlyukav

Sangat penting bagi anak untuk memahami bahwa jika ia menemukan solusi secara mandiri, ia akan menerima pujian.

Dengan begitu anak akan mengerti untuk terus menunjukkan perilaku tersebut. Konflik muncul dalam kehidupan setiap orang, dan pelajaran terpenting untuk diajarkan dengan perilaku ini adalah bahwa pertengkaran itu normal.

Anak akhirnya harus memahami bahwa ia bukan satu-satunya yang mengalami pertengkaran dengan teman, namun ini terjadi pada semua orang, dan penyelesaian pertengkaran ini memungkinkan pertumbuhan emosional yang luar biasa pada anak.

Nah itulah beberapa hal yang bisa Mama ajarkan pada anak saat ia menghadapi pertengkaran dengan temannya. Ketika anak membiasakan keterampilan ini saat berbagi dan bermain secara kooperatif, ia akan menjadi lebih baik dalam menerapkan keterampilan ini.

Selain itu, anak juga akan lebih mampu menerapkan keterampilan ini di mana saja, seperti di lingkungan rumah, sekolah, dan lain-lain. Dengan komitmen dari orangtua untuk mengajarkan hal ini di rumah, anak dapat meningkatkan keterampilan sosialnya menjadi lebih baik.

Baca juga:

The Latest