7 Perilaku Sosial Dasar yang Harus Dipelajari Setiap Anak

Mengajarkan sopan santun sejak dini membantu meningkatkan hubungan sosial anak di masa depan

20 September 2021

7 Perilaku Sosial Dasar Harus Dipelajari Setiap Anak
Freepik/Pressfoto

Bukan rahasia umum lagi jika ada banyak hal yang dapat memengaruhi karakteristik seorang anak, salah satu faktornya adalah norma-norma sosial. Perilaku sopan santun memainkan peran penting untuk perjalanan hidup anak, sejak usia dini hingga dewasa kelak.

Ketika anak masuk sekolah, ia mungkin diajarkan bagaimana melakukan percakapan, bekerja sama, dan berbagai keterampilan sosial lainnya. Namun, mengajari anak sopan santun adalah tugas yang harus dimulai di rumah sejak usia dini.

Menanamkan sopan santun pada balita adalah suatu keharusan untuk membantunya menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di mana pun. Apa saja perilaku sosial dasar yang perlu diajarkan pada si Kecil?

Berikut Popmama.com telah merangkumnya dalam tujuh perilaku sosial teratas yang harus dipelajari setiap anak sejak dini.

1. Memanggil nama atau sebutan yang hormat

1. Memanggil nama atau sebutan hormat
Freepik

Menyapa siapa pun dianggap sebagai tanda hormat, dan itu juga berarti membuat orang tersebut merasa dihargai. Penting bagi Mama untuk mengajari anak menyapa anak-anak seusianya dengan menyebutkan nama, atau bertanya jika ia tidak tahu.

Ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, Mama dapat mengajarkan anak untuk memanggilnya seperti "Bapak" atau "Ibu", karena ini adalah bagaimana orang dewasa disapa.

Di Indonesia sendiri, menamamkan rasa hormat adalah salah satu aspek penting ketika mengajarkan anak tentang sopan santun.

2. Selalu berbicara dengan menatap mata

2. Selalu berbicara menatap mata
Freepik/Racool_studio

Ini adalah perilaku sopan santun dasar lain yang perlu Mama ajarkan kepada balita. Beri tahu anak bahwa menatap mata seseorang, baik itu anak-anak dan orang dewasa adalah etiket yang baik.

Mama juga harus mengajari anak untuk menjaga kontak mata tetap utuh dan tidak terganggu, karena ini bisa mengirimkan sinyal yang salah kepada orang yang berbicara dengannya.

Bukan rahasia umum lagi bahwa menatap mata seseorang adalah cara paling sederhana namun efektif untuk terhubung dengan orang lain.

Editors' Pick

3. Memberikan komentar positif

3. Memberikan komentar positif
Freepik/Odua

Selain itu, sejak anak masih berusia dini, mulai ajarkan ia untuk menambahkan komentar positif seperti “Senang bertemu denganmu”, “Semoga harimu menyenangkan”, “Terima kasih telah mengajakku ke sini,”, setiap kali bertemu seseorang.

Menambahkan komentar positif di awal itu penting untuk menunjukkan nilai yang melekat pada anak. Mama juga perlu mencontohkan pemberian komentar positif ini baik itu pesta atau bahkan kumpul-kumpul keluarga.

Semua ini adalah komentar kecil tetapi buat pernyataan besar dalam hal perilaku dasar sopan santun.

4. Menjadi pendengar yang aktif

4. Menjadi pendengar aktif
Freepik/Pvproductions

Setiap orang tentu akan merasa dihargai ketika didengarkan. Maka dari itu, beri tahu anak bahwa mendengarkan adalah cara yang sederhana untuk menerapkan sopan santun. Walaupun ini sederhana, masih banyak orang dewasa yang kesulitan untuk melakukannya.

Sehingga penting bagi Mama untuk mulai membiasakan anak menjadi pendengar yang aktif di usia muda. Pendengar yang aktif selalu meninggalkan dampak yang berarti bagi orang-orang di sekitarnya.

Mendengarkan adalah perilaku dasar yang sangat sederhana, tetapi sesuatu yang akan meninggalkan kesan abadi. Ajari balita untuk mendengarkan terlebih dahulu, tak memotong pembicaraan, dan berbicara kemudian.

5. Menerapkan tata krama di meja makan

5. Menerapkan tata krama meja makan
Freepik/pch.vector

Mama mungkin mengira bahwa mengajarkan anak tata krama di meja adalah hal yang mustahil, karena balita selalu rewel saat makan dan akan selalu membuat kekacauan di mana pun ia makan. Yup, itu bukan salah si Kecil, hanya saja ia sedang belajar makan.

Tata krama meja makan ini mencakup sebagian besar tentang bagaimana anak akan berperilaku di pesta atau pertemuan sosial.

Sejak usia balita, Mama dapat mengajari anak tata krama meja makan yang sederhana, seperti tidak berteriak di meja makan, meminta tolong dan terima kasih, tidak meninggalkan makanan di piring, memegang sendok dengan benar, atau memastikan makanan tidak menetes ke pakaiannya saat makan.

Ketika usia anak bertambah, Mama juga bisa mengajarinya cara menggunakan alat makan agar ia bisa memegangnya dengan benar.

6. Menyimpan komentar negatif untuk diri sendiri

6. Menyimpan komentar negatif diri sendiri
Freepik/User6873431

Siapa pun memang bebas beropini dan menyampaikan pendapat, namun menyampaikan pendapat negatif di tempat umum bisa dianggap tidak sopan, terlebih lagi jika menyinggung orang yang mendengarnya.

Maka itu, ketika anak balita mama memiliki pendapat yang kurang nyaman didengar tentang siapa pun atau apa pun, ia harus menyimpannya untuk diri sendiri, atau menyampaikannya pada orangtua.

Selain itu, beri tahu anak bahwa ia tidak boleh mengomentari kebiasaan makanan, penampilan fisik, dan warna kulit orang lain.

7. Selalu mengucapkan golden word dalam segala situasi

7. Selalu mengucapkan golden word dalam segala situasi
Freepik/Karlyukav

Selain beberapa poin di atas, adalah beberapa etiket termudah dan paling dasar yang bisa Mama ajarkan kepada anak. Dengan mengingat golden word atau kata-kata emas ini, dapat memudahkannya untuk membangun hubungan sosial dengan orang lain.

  • Ucapkan "Tolong" ketika meminta sesuatu.
  • Ucapkan "Terima kasih" saat menerima sesuatu.
  • Ucapkan "Permisi" ketika meminta sesuatu atau memasuki ruang terbuka.
  • Ucapkan "Maaf" ketika melakukan kesalahan
  • Ucapkan "Bolehkah aku" ketika ingin membantu orang lain
  • Selalu mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan

Untuk tumbuh sebagai orang yang bertanggung jawab, sopan santun sangat penting bagi setiap anak. Mengajarkan perilaku dasar ini pada anak sejak usia dini, akan terbawa hingga dewasa, dan membantunya dalam hubungan teman, keluarga dan profesional yang sukses.

Perlu diingat bahwa anak akan membuat beberapa kesalahan sesekali, dan tugas orangtua adalah memperbaiki kesalahan itu dan melanjutkan.

Hindari mengancam atau menghukum anak karena hal tersebut justru bisa membuatnya tak mau melanjutkan pembelajaran tata krama.

Baca juga:

The Latest