Tanpa Disadari, ini 7 Kesalahan Orangtua yang Merusak Masa Kecil Anak

Sayangnya, anak hanya memiliki masa kanak-kanaknya sekali

30 Juli 2021

Tanpa Disadari, ini 7 Kesalahan Orangtua Merusak Masa Kecil Anak
Freepik/rawpixel.com

Setiap anak-anak hanya mendapatkan masa kecilnya sekali, tidak ada pengulangan. Dan Mama akan melihat bagaimana tahun-tahun pertumbuhan itu dapat memengaruhi sisa hidup anak.

Sebagai orangtua, tentunya telah mempertimbangkan, menganalisis, serta merenungkan semua yang diberikan pada saat masa kecil Mama dan Papa. Pada akhirnya, orangtua dapat merefleksikan bagaimana perilaku yang tepat di hadapan anak.

Orangtua memiliki tanggung jawab untuk melindungi anaknya, agar hal-hal buruk yang dapat dicegah tidak terjadi selama masa kanak-kanak. Namun, tidak semua hal buruk dapat dicegah, seperti kematian, penyakit, dan pencobaan lainnya.

Tetapi ada beberapa faktor buruk yang dapat dicegah atau dihindari. Beberapa faktor ini bahkan berisiko merusak masa kanak-kanak.

Apa saja faktor yang merusak masa kecil anak? Berikut Popmama.com berikan rangkumannya di bawah ini:

1. Memperlakukan anak seperti halnya orang dewasa

1. Memperlakukan anak seperti hal orang dewasa
Freepik/Alf061

Pada saat anak melakukan kesalahan, tak jarang orangtua yang mengatakan “Jangan kaya anak kecil deh!” pada anaknya, namun pada dasarnya anak memang masih anak-anak. Anak tidak memiliki kemampuan yang sama seperti orang dewasa untuk memproses informasi.

Anak belum memiliki otak yang berkembang sepenuhnya, sehingga ia tidak matang secara emosional atau mental. Hindari berharap si Kecil dapat bertingkah dewasa dari usianya, karena hal ini dapat membuat Mama kecewa setiap saat.

Maka dari itu, hindari membawa anak ke tempat yang Mama tahu akan membuatnya rewel. Namun jika harus, misalnya ketika naik pesawat, bersiaplah untuk menghibur anak dengan mainan dan video yang sesuai dengan usianya.

Antisipasi bahwa anak akan bertindak sesuai usianya, karena ketika anak berusia dua tahun tentu ia akan bertindak seperti anak berusia dua tahun. Anak hanya bisa menjadi anak-anak sekali dalam hidup, jadi peluklah dan biarkan ia menjadi anak-anak.

2. Jadwal kegiatan yang berlebihan

2. Jadwal kegiatan berlebihan
Freepik

Ada banyak anak yang pergi ke sekolah sepanjang hari, dan dilanjutkan dengan kegiatan/olahraga setelah sekolah selama beberapa jam setiap malam, dan kemudian mengerjakan pekerjaan rumah selama berjam-jam setelah tiba di rumah.

Pada akhirnya anak tidak memiliki waktu luang untuk menjadi anak-anak, yang berujung pada stres hanya karena mencoba menyelesaikan semuanya dan mengikuti jadwal yang padat. Inilah saatnya memikirkan kembali jumlah aktivitas yang dimiliki anak.

Masa kanak-kanak adalah saat balita membutuhkan istirahat ekstra, saat tubuh dan pikirannya bertumbuh. Memang baik untuk merangsang pikiran dan tubuh agar berkembang, tetapi penjadwalan yang berlebihan bisa berdampak buruk bagi anak.

Anak membutuhkan waktu untuk bermain bebas dan membiarkan imajinasinya berkembang. Bagian dari perkembangan adalah memberikan waktu kepada anak untuk menjadi kreatif, waktu untuk bermain, dan berimajinasi.

Dilansir dari American Academy of Pediatrics, bermain sangat penting untuk perkembangan karena berkontribusi pada kesejahteraan kognitif, fisik, sosial, dan emosional anak-anak dan remaja.

Editors' Pick

3. Penganiayaan fisik atau emosional

3. Penganiayaan fisik atau emosional
Freepik/Pixabay

Tidak perlu diragukan lagi bahwa pelecehan fisik dapat merusak anak. Pelecehan secara emosional juga memiliki dampak yang sama.

Dilansir dari lifehack.org, menurut Dr. Magdalena Battles seorang Doktor Psikologi dengan spesialisasi termasuk anak-anak, hubungan keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, dan kekerasan seksual, mengatakan sayangnya beberapa orangtua bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya.

Kata-kata dapat menempel seperti lem, yang tidak dapat dihapus setelah diucapkan. Ketika orangtua menyebut anak bodoh, buruk, jelek, atau apa pun yang menghina, kata-kata itu menyentuh inti anak, terutama ketika diucapkan oleh orangtuanya.

Menurut Dr. Battles, tidak ada kata-kata yang dapat menyakiti seorang anak lebih dari perkataan orangtuanya. Sehingga Mama perlu berhati-hati dengan kata-kata, dan jika Mama perlu mengoreksi anak, bicaralah dengan perilakunya, bukan siapa anak sebagai pribadi.

4. Mengharapkan seorang anak menangani masalah orang dewasa

4. Mengharapkan seorang anak menangani masalah orang dewasa
Freepik/Freeograph

Jangan berharap anak memikul beban masalah orangtuanya, karena tugas orangtua adalah melindungi dan melindungi anak mereka dari masalah orang dewasa. Cara yang saat ini sangat umum yang dilakukan orangtua untuk merusak anak adalah dalam situasi perceraian.

Di mana orangtua mencoba mengadu domba anaknya dengan orangtua lainnya, hal ini menyebabkan ketegangan emosional yang besar pada anak yang juga dapat merusak emosional seorang anak.

Jika orangtua bercerai, hindari membicarakan hal buruk tentang orangtua lainnya di depan anak.

5. Tekanan untuk berhasil dalam berbagai bidang

5. Tekanan berhasil dalam berbagai bidang
Freepik/Wavebreakmedia

Adalah hal yang wajar bagi orangtua untuk menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tetapi menginginkan anak selalu menjadi yang terbaik adalah hal lain.

Biarkan anak melakukan yang terbaik atas kemampuan dan juga kemauan anak sendiri. Ada perbedaan besar antara memberikan dorongan dan tekanan. Dengan mengetahui perbedaan keduanya, maka Mama bisa menjadi penyemangat anak dalam berbagai bidang.

Sebuah penelitian Psikologi berjudul The Paradox of Pushing Kids to Succeed yang ditulis oleh Lynn Margolies, Ph.D. mengatakan bahwa menekan anak untuk sukses sebenarnya bisa menjadi bumerang.

"Ketika orangtua terlalu banyak menekankan kinerja anak, kecil kemungkinannya untuk mengembangkan motivasi mereka sendiri yang lebih berkelanjutan,” tulis Margolies.

Memberikan dorongan, dan menghindari paksakan, karena tekanan pada anak untuk sukses pada akhirnya bisa menggagalkan kesuksesannya.

6. Membatasi anak bermain dengan anak lainnya

6. Membatasi anak bermain anak lainnya
Freepik/Bnmk0819

Anak perlu berada di sekitar anak-anak lain, karena berada di sekitar orang dewasa dan hanya berinteraksi dengan orang dewasa dapat merusak kemampuan anak di masa depan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.

Anak perlu berada di sekitar anak-anak lain seusianya secara teratur, untuk mengembangkan perilaku sosial yang baik. Berinteraksi dengan anak lain pada tahun pertama kehidupan merupakan saat yang penting, karena hal ini akan mempengaruhi kemampuannya untuk diterima secara sosial.

Penelitian dari Child Encylopedia menyatakan bahwa “Pengalaman dalam dua atau tiga tahun pertama kehidupan memiliki implikasi pada penerimaan anak oleh teman sekelasnya di sekolah. Anak-anak yang kompeten dengan teman sebayanya sejak usia dini, menunjukkan perilaku prososial, yang kemungkinan besar akan diterima oleh teman sebayanya. ”

Bantu si Kecil sejak dini dengan merencanakan waktu bermain bersama anak-anak lain seusianya. Perkembangan anak yang tepat bergantung pada interaksi ini.

7. Menjadi teladan yang buruk

7. Menjadi teladan buruk
Freepik/Alexander-safonov

Memiliki panutan yang positif sangatlah penting bagi awal tahun kehidupan anak. Jika anak memandang seseorang yang menyalahgunakan narkoba dan alkohol, ia akan berpikir bahwa perilaku itu diperbolehkan.

Dilansir dari American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, bagi anak, panutan terpenting adalah orangtua dan pengasuhnya. Anak-anak mencari berbagai model peran untuk membantu membentuk perilaku mereka di sekolah, hubungan, atau saat membuat keputusan yang sulit.

Sehingga, Mama dan Papa perlu menjadi teladan positif bagi anak, karena tanpa disadari, anak memerhatikan semua yang Mama dan Papa lakukan dalam keseharian.

Nah itulah beberapa faktor yang dapat merusak masa kecil anak-anak. Tanpa disadari, beberapa maksud orangtua yang bertujuan baik dan mendidik justru bisa merusak anak.

Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk merefleksikan perilaku yang tepat sebelum menyampaikan atau menunjukkannya pada anak. Jika terjadi masalah pada pengasuhan anak, sebaiknya mencari bantuan dengan ahli atau dukungan dari orangtua-orangtua lainnya dalam komunitas.

Baca  juga:

The Latest