Ketika sudah dewasa, Nabi Yahya AS menghadapi masalah dengan seorang raja yang menjadi penguasa saat itu. Sang raja adalah laki-laki yang jahat, bodoh, serakah, dan suka berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Namun, sang raja tahu kalau Nabi Yahya adalah orang yang cerdas dan terpercaya di antara rakyatnya.
Suatu ketika, sang raja ingin menikah dengan istri saudaranya sendiri. Hal itu tentu saja melanggar hukum Allah SWT. Kemudian, sang raja bertanya kepada Nabi Yahya mengenai niatnya untuk menikah itu. Dengan lembut namun tetap tegas, Nabi Yahya melarang keinginan sang raja tersebut. Nabi Yahya menjelaskan kepada raja mengenai larangan seorang lelaki menikah dengan istri saudara kandungnya.
Mendengar jawaban ini raja menjadi marah, lalu memerintahkan prajuritnya untuk memenjarakan Nabi Yahya AS. Ketika Nabi Yahya menjelaskan hukum agama tentang menikah kepada raja, seorang penari perempuan menyaksikannya. Penari itu adalah seorang perempuan yang cantik, tetapi suka menari sampai telanjang bulat di hadapan raja. Sang penari begitu tersentuh dengan kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh Nabi Yahya.
Penari itu bisa melihat kemuliaan dan keagungan yang terpancar dari wajah Nabi Yahya. Singkatnya, penari perempuan itu jatuh cinta kepada Nabi Yahya. Kemudian, si penari perempuan itu mendatangi Nabi Yahya di dalam penjara. Si penari tersebut mengatakan kalau dirinya sangat mencintai Nabi Yahya. Si penari bahkan bersujud di hadapan Nabi Yahya memohon agar Nabi Yahya mau menerima cintanya itu.
Dengan lembut dan penuh ketulusan, Nabi Yahya menjawab kalau di dalam hatinya hanya ada cinta kepada Allah SWT. Jawaban itu membuat si penari patah hati dan putus asa. Si penari tersebut lalu pergi meninggalkan Nabi Yahya sambil menyimpan rasa benci yang sangat besar. Ia pun kembali pergi ke istana.