Jenis-Jenis Gangguan Bicara pada Anak yang Wajib Orangtua Ketahui

Kenali jenis gangguan ini jika si Kecil mengalami keterlambatan berbicara

7 Agustus 2023

Jenis-Jenis Gangguan Bicara Anak Wajib Orangtua Ketahui
Unsplash/Jeremiah Lawrence

Mama pasti sangat memperhatikan pertumbuhan anak bahkan dalam hal kecil sekalipun. Hal yang ditakuti orangtua mengenai tumbuh kembang si Kecil adalah adanya terlambat berbicara. Pada pertumbuhan normal, anak usia 1,5 tahun minimal sudah bisa mengucapkan minimal 5 kata.

Seorang anak bisa dikatakan terlambat berbicara jika sudah mencapai umur 2-3 tahun, tetapi belum bisa berbicara dengan lancar.

Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa jenis gangguan bicara pada anak yang bisa dialami dan kadang kurang orangtua sadari.

1. Apraksia

1. Apraksia
Pexels/Gustavo Fring

Apraksia adalah gangguan saraf pada otak yang membuat anak kesulitan dalam mengkoordinasi otot yang digunakan saat berbicara. Anak dengan kondisi ini mengetahui apa yang ingin dikatakan, tetapi kesulitan untuk berbicara.

Apraksia pada anak biasanya disebabkan oleh gangguan genetik dan metabolisme. Selain itu, kondisi ini juga dapat dialami jika Mama mengonsumsi alkohol atau obat terlarang saat sedang hamil.

Apraksia biasanya baru bisa terdeteksi pada anak di bawah usia tiga tahun.

Gejala yang muncul antara lain, kurangnya ocehan ketika bayi, tampak kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, menghisap atau meniup, serta lebih sering menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi.

Selain itu, gejala juga bisa berupa kesulitan saat mengucapkan huruf konsonan yang berada di awal dan akhir kata, dan susah mengucapkan kata yang sama untuk kedua kalinya.

Editors' Pick

2. Disatria

2. Disatria
Pexels/Gustavo Fring

Disartria adalah kelainan pada sistem saraf, sehingga memengaruhi otot yang berfungsi untuk berbicara. Kondisi ini tidak memengaruhi kecerdasan maupun tingkat pemahaman si Kecil. Disatria memiliki beberapa gejala umum seperti cadel dan suara kecil saat bicara.

Disartria ini memiliki beberapa tanda yang mudah diketahui, antara lain sebagai berikut:

  • gejala suara serak,
  • nada bicara yang monoton,
  • berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat,
  • bicara cadel,
  • tidak mampu bicara dengan volume yang keras,
  • kesulitan dalam menggerakkan lidah maupun otot-otot wajah,
  • kesulitan dalam menelan karena air liur keluar secara tidak terkontrol.

Anak yang mengidap kondisi ini mengalami kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara, karena bagian otak serta saraf yang mengontrol pergerakan otot tersebut tidak berfungsi dengan normal.

Beberapa kondisi medis yang dapat menimbulkan disartria, antara lain cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau kelumpuhan otak.

3. Gangguan Spektrum Autisme (GSA)

3. Gangguan Spektrum Autisme (GSA)
Pexels/Gustavo Fring

GSA Adalah kelainan otak yang berdampak pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial si Kecil. Gejala gangguan spektrum autisme biasanya muncul di awal masa kanak-kanak. Anak pengidap GSA terlihat seperti hidup di dalam dunianya sendiri.

Si Kecil akan memiliki kemampuan yang lemah untuk mengekspresikan diri sendiri dalam percakapan. Bicara mereka bisa jadi berulang atau memiliki kemampuan komunikasi verbal yang lemah.

4. Cerebral Palsy

4. Cerebral Palsy
Pixabay/MiguelRPerez

Cerebral palsy adalah kondisi ketika anak memiliki kesulitan dalam bergerak dan mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh. Gejala kondisi ini biasanya muncul selama masa taman kanak-kanak atau balita.

Anak-anak bisa mengalami kekurangan kekakuan otot, koordinasi otot, sulit berjalan, gerakan yang lambat, keterlambatan perkembangan kemampuan berbicara dan sulit bicara, kejang, dan sulit makan.

Gangguan ini bersifat serius dan disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal atau kerusakan pada otak saat masih dalam masa perkembangan.

Anak dengan cerebral palsy membutuhkan perawatan jangka panjang.

Misalnya seperti obat-obatan untuk membantu meningkatkan kemampuan fungsional, meredakan nyeri, dan mencegah terjadinya komplikasi.

Nah, itulah beberapa jenis gangguan bicara pada anak. Mama dapat mencegah penyakit ini dengan berdiskusi dengan psikolog anak tentang tumbuh kembang anak ya, Ma. Semoga bermanfaat.

Baca juga:

The Latest