Pada saat ini, dengan kemajuan teknologi dan popularitas media digital yang semakin berkembang, ketertarikan anak terhadap cerita dongeng telah mengalami penurunan. Anak-anak era ini cenderung lebih menyukai hal-hal yang berbau 'modern' dibandingkan dengan yang 'tradisional'. Tak hanya itu, faktor orangtua 'jaman now' atau orangtua millenial juga sering kali lupa ada banyak hal tradisional turun temurun yang ada sejak dulu.
Kak Kanya, Direktur Klub Dongeng sekaligus dari pendongeng musikal Cerita ZackKanya, mengungkapkan bahwa tidak apa-apa menjadi orangtua yang 'modern', selama tidak melupakan akar kebudayaan saat masih kecil dulu.
"Tantangannya adalah bagaimana kita mengombinasikan antara it's okay to be a digital parent, but still, kita harus jangan lupakan akar kita, nih. Dari mana kita berasal, kebudayaan yang dulu kita kenal ketika kita kecil dan belum ada teknologi. Itu adalah tanggung jawab kita (sebagai orangtua) untuk kita transfer ke generasi anak kita. Supaya, meskipun mereka sudah digital, sudah terbuka dengan dunia global, tapi tidak lupa dan dia tahu asal nya dari mana," jelas Kak Kanya.
Kak Uci Kelinci, pendongeng Klub Dongeng sekaligus ketua acara ini, mengungkapkan bagaimana memperkenalkan dongeng kepada anak lebih baik dimulai sejak dini agar anak mengenal dan memiliki akar yang kuat terhadap kebudayaannya sendiri.
"Di Indonesia kebudayaannya mulai ditinggalkan, dijauhi, atau kalah dengan cerita-cerita yang kuat dari negara lain. Inilah yang membuat kita juga jadi khawatir, bukan cuman ke anak-anak yang mencintai akar budaya doang, tapi khawatir secara jangka panjang. Anak-anak ini bisa melupakan keindonesiaannya, bahkan mungkin tidak cinta terhadap Indonesia. Kalau misalnya mereka ingat akarnya, mereka akan cinta, mereka akan membangun Indonesia.
Sebagai Mama millenial juga, Kak Uci dan Kak Kanya sama-sama setuju bahwa Mama bisa mengenalkan dongeng ataupun kebudayaan Indonesia dengan cara menceritakan kisah Mama saat masih kecil dulu.
"Sebenarnya, cukup dengan menunjukkan. Misalnya, ada permainan tradisional, tanya "Adek tau gak, ini apa?", bisa dimulai cerita dari situ. Karena, percaya gak percaya, anak-anak itu bukannya gak tertarik sama budaya, tapi mereka belum tahu. Tak kenal maka tak sayang. Kalau kita tidak perkenalkan, gimana mereka bisa cinta sama budaya dan asal mereka," jelas Kak Kanya.
Kak Uci dan Kak Kanya juga memberikan tips lain untuk memperkenalkan dongeng kepada anak generasi modern, yakni:
1. Pilihlah cerita yang menarik
Pilih cerita-cerita yang sesuai dengan minat dan usia anak. Pastikan cerita tersebut memiliki alur yang menarik dan karakter yang kuat agar anak tertarik untuk mendengarkan.
2. Libatkan anak secara aktif
Ajak anak untuk berpartisipasi dalam dongeng, misalnya dengan meminta mereka untuk berperan sebagai karakter dalam cerita atau menggambar ilustrasi cerita setelah mendengarkannya. Ini akan meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar dan mengenal dongeng.
3. Gunakan dongeng dalam aktivitas lain
Manfaatkan dongeng dalam aktivitas lain seperti membuat boneka dari karakter dongeng, membuat pertunjukan teater kecil, atau menulis cerita sendiri. Dengan melibatkan anak dalam kegiatan kreatif berbasis dongeng, mereka akan lebih terlibat dan menikmati prosesnya.
Itulah rangkuman mengenai mengenalkan nusantara Indonesia melalui dongeng kepada anak. Dengan banyak manfaatnya yang bisa didapat, diharapkan bahwa upaya kecil ini dapat menarik minat anak-anak dan membantu mereka lebih mengenal dan memahami nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam budaya Indonesia ya, Ma!