Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Paus Leo XVI berkhotbah di Misa Pelantikannya
Youtube.com/EWTN

Dalam Misa Pelantikannya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang berlangsung di Basilika Santo Petrus, Vatikan, pada Minggu (11/5/2025) lalu, Paus Leo XIV menutup rangkaian ibadah dengan seruan doa mendalam untuk mereka yang menderita akibat berbagai konflik bersenjata di dunia. 

Seruan itu disampaikannya dari balkon Basilika Santo Petrus seusai memimpin doa Regina Caeli (Ratu Surga) pada pukul 12.00 waktu setempat, di hadapan ribuan umat yang memadati Lapangan Santo Petrus.

Artikel Popmama.com berikut akan menjelaskan sekilas mengenai isi khotbah Misa Pelantikan Paus Leo XIV itu. Simak artikel berita berikut untuk tahu selengkapnya.

Tutup Misa Pelantikan dengan Doa untuk Gaza

Youtube.com/EWTN

Paus menutup misa dengan doa Regina Coeli yang disertai ucapan,

"Dalam sukacita iman dan persekutuan (In the joy of faith and communion), kita tidak boleh melupakan saudara-saudari kita yang menderita karena perang," 

Paus Leo XIV secara khusus menyoroti krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, terutama anak-anak, keluarga, dan lansia, warga sipil yang terdampak akibat perang yang terus berlanjut antara Israel dan Hamas. 

“Anak-anak, keluarga, dan lansia yang masih bertahan hidup di Gaza kini terjerumus dalam kelaparan, sementara perang antara Israel dan Hamas terus berlanjut.” lanjutnya.

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), konflik tersebut telah menyebabkan ribuan korban jiwa dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit dan sekolah.

Juga Mendoakan Mereka di Myanmar dan Ukraina

Youtube.com/EWTN

Selain menyuarakan keprihatinan atas situasi di Gaza, Paus Leo XIV juga menyoroti eskalasi kekerasan yang terjadi di Myanmar. Dalam khotbah yang sama, beliau mengatakan,

Di Myanmar, gelombang kekerasan baru telah merenggut nyawanya orang-orang tak bersalah. Dan Ukraina yang dilanda penderitaan terus menantikan dimulainya perundingan untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan.” ujarnya.

Pernyataan ini merujuk pada konflik berkepanjangan antara junta militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata, yang terus memperparah krisis kemanusiaan di sana. 

Kekerasan yang tiada henti membuat warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan, menjadi korban langsung dari situasi yang tidak manusiawi.

Paus Leo juga menyinggung penderitaan mendalam yang terus dialami rakyat Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022 hingga sekarang. 

Dalam konflik yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun ini, jutaan warga Ukraina terpaksa mengungsi, kehilangan tempat tinggal, dan hidup dalam bayang-bayang ketakutan serta kehancuran. 

Meski begitu, harapan akan hadirnya perdamaian yang adil masih terus menyala di tengah reruntuhan.

Doa dan seruan moral Paus Leo XIV mencerminkan komitmen Gereja Katolik terhadap perdamaian dunia dan solidaritas global, serta menjadi pengingat bahwa penderitaan akibat perang bukan sekadar statistik, melainkan tragedi nyata yang membutuhkan kepedulian dan tindakan bersama umat manusia.

Bertemu Zelensky Setelahnya

Getty Images/Vatican Pool

Paus Leo XIV bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di akhir Misa Pelantikan. 

Dilansir dari CNN dan AFP, pertemuan tersebut menjadi audiensi pribadi pertama antara Paus Leo XIV dan Presiden Zelensky, yang berlangsung tak lama setelah misa pelantikan Paus baru asal Amerika Serikat tersebut.

Pertemuan ini mencerminkan komitmen Paus Leo XIV untuk berperan aktif dalam diplomasi internasional. Dalam kesempatan itu, Paus menunjukkan kesiapan Vatikan untuk menjadi tuan rumah perundingan damai antara Ukraina dan Rusia, di tengah konflik yang telah berlangsung sejak 2022.

Sebagai Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat, Paus Leo XIV telah memberi sinyal bahwa masa kepemimpinannya akan ditandai dengan keterlibatan moral dan diplomatik yang lebih kuat dalam isu-isu global, termasuk upaya perdamaian dan keadilan di Ukraina.

Israel Hancurkan Empat Rumah Sakit di Gaza Utara

Anadolu Agency/Ali Jadallah

Berita terbaru, seperti dilansir dari Al Jazeera pada (21/05/2025), Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa militer Israel secara sengaja menargetkan generator listrik untuk melumpuhkan operasional rumah sakit di wilayah utara Jalur Gaza. 

Serangan terbaru ini mengakibatkan empat rumah sakit tidak lagi berfungsi, termasuk Rumah Sakit Indonesia sebagai salah satu fasilitas medis utama di kawasan tersebut. 

Dalam pernyataan resminya, kementerian menyebut bahwa situasi kesehatan di Gaza Utara kini berada dalam kondisi yang sangat kritis dan "katastrofik."

Menurut pihak kementerian, pasukan pendudukan Israel secara sistematis menghancurkan sistem elektromekanis guna memperluas kerusakan dan menonaktifkan lebih banyak rumah sakit. 

Fasilitas medis yang masih bertahan pun kini hanya dapat beroperasi dengan pasokan bahan bakar yang sangat terbatas. 

Hal ini secara langsung mengancam kelangsungan layanan medis darurat bagi pasien, entah anak-anak, yang muda, maupun lansia yang sedang terluka dan sakit.

Ma, itulah sekilas isi khotbah Misa Pelantikan Paus Leo XIV dan sekilas berita dari konflik Israel-Palestina. Mari berharap semoga perdamaian akan lekas datang di belahan dunia manapun itu.

Editorial Team