Orangtua Melihat Anak Masturbasi Sejak Kecil, Apakah Normal?

Anak masturbasi bisa menjadi salah satu ciri mungkin pernah mengalami kekerasan seksual

29 Oktober 2022

Orangtua Melihat Anak Masturbasi Sejak Kecil, Apakah Normal
Pexels/Ksenia Chernaya

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), dr. Baety Adhayati mengungkapkan data kasus kekerasan terhadap anak mengalami peningkatan. Diungkapkan kalau sepanjang tahun 2021, kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan mencapai 11.952.

Sebanyak 58,6 persen atau 7.004 di antaranya adalah kasus kekerasan seksual.

Dalam laporan tersebut banyak korban anak di bawah umur yang tidak melapor atau bahkan enggan untuk melapor karena alasan tertentu.

Baety Adhayati dalam presentasinya, ada beberapa ciri yang bisa dikenali seorang anak kemungkinan mengalami kekerasan seksual. Dampaknya dari gangguan psikologi, orientasi seksual yang berubah hingga anak melakukan masturbasi sejak dini.

Apakah ketika orangtua melihat anak masturbasi harus khawatir?

Rupanya ada beberapa faktor yang bisa menjadi faktor anak melakukan hal tersebut.

Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai tips untuk orangtua saat melihat anak masturbasi sejak kecil, harus apa?

1. Korban kekerasan anak-anak mungkin tidak mengerti sudah mengalami kekerasan seksual

1. Korban kekerasan anak-anak mungkin tidak mengerti sudah mengalami kekerasan seksual
Freepik/drobotdean
Ilustrasi

Dokter Baety pun mengungkapkan, sebagai orangtua harus mengenali perubahan karakter dan kebiasaan anak sehari-hari. Pasalnya beberapa perubahan bisa menunjukkan kalau anak pernah mengalami kekerasan seksual.

Namun karena kurang paham, kadang anak yang mengalami tidak menganggap hal itu sebagai tindak asusila kepada dirinya.

"Korban tidak mengerti bahwa yang dialami adalah suatu tindak kejahatan atau korban belum bisa menceritakan peristiwa yang dialami," pungkasnya dalam acara Media Briefing: Kekerasan Seksual Pada Anak dan Perempuan, Jumat (28/10/2022).

Editors' Pick

2. Ciri-ciri perubahan anak yang mungkin pernah mengalami kekerasan seksual

2. Ciri-ciri perubahan anak mungkin pernah mengalami kekerasan seksual
Popmama.com/Putri Syifa N

Dari sana, semua pihak termasuk orangtua dan lingkungan perlu waspada. Pasalnya korban anak-anak kadang tidak bisa menceritakan kekerasan seksual yang dialaminya.

Namun, kejadian itu bisa memicu berbagai perubahan pada anak tersebut. Mulai dari anak yang murung hingga menunjukkan berbagai tanda lain yang perlu dicermati. Ada beberapa ciri-ciri yang bisa orangtua kenali:

  • Perubahan kepribadian dari ceria menjadi murung, depresif.
  • Prestasi sekolah menurun.
  • Perubahan perilaku seksual atau orientasi seksual.
  • Gemar menonton tayangan asusila.
  • Melakukan masturbasi pada usia anak-anak.
  • Ada keluhan di daerah kelamin, seperti nyeri atau keputihan.
  • Ditemukan penyakit menular seksual.

Dua diantaranya disebutkan kalau perubahan yang dialami anak ini bisa menjadi tanda pernah menjadi korban kekerasan seksual. Ketika orangtua menemukan hal itu, dokter Baety menyarankan jangan panik.

Orangtua sebaiknya mengawasi dan memperhatikan anak. Kalau dicurigai anak menjadi korban kekerasan seksual bisa segera diperiksakan.

"Kalau memang ragu dan takut, bisa segera diperiksakan. Karena ini masih anak-anak, banyak kemungkinan. Perhatikan tanda-tanda yang lain juga," pungkasnya.

3. Anak bermasturbasi sejak kecil, apakah normal?

3. Anak bermasturbasi sejak kecil, apakah normal
Freepik/ukrolenochka

Masturbasi merupakan salah satu aktivitas seksual yang kerap dilakukan untuk bantu mencapai kepuasan seksual. Kegiatan ini dilakukan dengan stimulasi pada alat kelamin sendiri untuk kesenangan seksual.

Saat usia dewasa, masturbasi umum dilakukan oleh orang dewasa. Namun, ketika orangtua melihat anak masturbasi sejak kecil, misalnya usia TK hingga awal SD apakah normal?

Hal tersebut bernama masturbasi infantil (infantile masturbation). Masturbasi jenis ini ditandai dengan stimulasi diri pada alat kelamin yang sering dikaitkan dengan gerakan yang tidak biasa.

Penyebab masturbasi infantil masih kontroversial, misalnya karena penurunan kadar estradiol dalam tubuh. Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa hal ini dapat dikaitkan dengan lamanya waktu saat pemberian ASI dan hilangnya kontrol emosi yang dapat menyebabkan lebih banyak stimulasi diri dimana.

Adanya pelecehan seksual yang terjadi pada anak juga berhubungan dengan perilaku ini. 

Berbeda dengan orang dewasa, masturbasi infantil melibatkan sedikit atau tidak ada rangsangan genital. Pada dasarnya masturbasi infantil tidak membahayakan anak tetapi ada kaitannya dengan stigma yang dikhawatirkan orangtua.

4. Orangtua mempelajari alasan anak bermasturbasi sejak kecil

4. Orangtua mempelajari alasan anak bermasturbasi sejak kecil
northstateparent.com

Di atas sudah disebutkan bahwa kemungkinan masturbasi yang dilakukan anak dinamakan masturbasi infantil. Meski tidak berbahaya, bukan berarti orangtua bisa mengabaikan hal ini, karena bisa jadi ini tanda perubahan perilaku anak karena menjadi korban kekerasan seksual.

Meski begitu, orangtua juga jangan langsung panik. Karena ada beberapa faktor lain yang bisa menjadi dasar anak melakukan tindakan tersebut. Menurut Siti Hajar Rahmawati, Konselor Akara Perempuan mengatakan kalau bisa jadi itu adalah bentuk dari eksplorasi anak terhadap anggota tubuhnya.

Sejalan dengan pendapat Sigmund Freud yang menjelaskan soal tahapan perkembangan anak yakni masa oral (0-2 tahun), bayi merasakan rasa senang, rangsangan benda, dan lain-lain. Lalu masa anal (2-4 tahun), merasakan kesenangan ketika buang air besar. 

Masa falik (4-6 tahun), anak merasa senang jika ada rangsangan atau sentuhan pada kelaminnya, ada masa latensi (6-12 tahun), dorongan seksual anak masih belum nampak. Terakhir ada masa genital (12 tahun sampai dewasa), merupakan perubahan masa anak menuju dewasa.

"Secara perkembangan anak ada masa anal, oral hingga falik. Kadang yang saya lihat selama ini, ketika anak dalam masa itu langsung dimarahi saja. Ini perlu sekali ada edukasi untuk orangtua, karena ada masanya anak mengeksplorasi apa yang ada di tubuhnya," ujar Siti.

Siti menekankan edukasi ini kepada orangtua untuk memperhatikan perkembangan anak. Jika terjadi berkelanjutan harus segera dikonsultasikan. Jadi jangan terlalu dianggap tabu sepenuhnya.

"Kalau hanya dibilang 'saru' dan lain-lain, secara bawah sadar anak ingin lebih eksplore lagi justru," pungkasnya.

5. Tips orangtua saat melihat anak masturbasi sejak kecil

5. Tips orangtua saat melihat anak masturbasi sejak kecil
Freepik/master1305

Dikutip dari website Tufts Medical Centre, hal yang tidak abnormal atau berlebihan kecuali dilakukan dengan sengaja di tempat umum setelah usia 5 atau 6 tahun. Anak yang melakukan hal ini bukan berarti ia akan melakukan seks yang berlebihan atau menyimpang secara seksual.

Namun, jika orangtua bereaksi berlebihan terhadap masturbasi anak dan membuatnya tampak kotor atau jahat bisa menyebabkan dampak psikologis. Mulai dari rasa bersalah hingga gangguan seksual.

  • Hindari langsung memarahi atau menyalahkan anak.
  • Jelaskan soal aktivitas yang melibatkan bagian privat, misalnya orangtua tetap mengenalkan pentingnya anak selalu pakai celana dan baju, kecuali saat mandi atau diperiksa dokter dengan ditemani mama atau papa. Apapun aktivitas melibatkan area pribadi (selain membersihkannya saat mandi atau ke toilet) bukanlah hal yang baik.
  • Beri pemahaman menjaga alat kelamin. Anak diajarkan pendidikan seks dari orangtua yang berjenis kelamin sama dengan anak. Hal ini termasuk ketika memandikan atau memakaikan baju, terutama pada anak yang semakin besar.
  • Arahkan anak untuk melakukan aktivitas positif. Orangtua dapat memberikan aktivitas lain yang positif dan membantu anak melepaskan ketegangan dan merasakan kesenangan.

Kapan orangtua harus menghubungi ahlinya soal anak bermasturbasi?

  • Anak terus melakukan masturbasi ketika ada orang lain di sekitarnya.
  • Orangtua curiga anak diajari masturbasi oleh seseorang.
  • Anak mencoba melakukan masturbasi kepada orang lain.
  • Merasa anak tidak bahagia.
  • Orangtua merasa tidak dapat menerima melihat anak bermasturbasi.
  • Tidak ada perkembangan setelah edukasi orangtua selama 1 bulan.

Itulah tadi mengenai tips orangtua saat melihat anak masturbasi sejak kecil, bisa menjadi pertanda kemungkinan mengalami kekerasan seksual. Jika ada hal yang membingungkan sebaiknya didiskusikan kepada ahlinya ya.

Baca juga:

The Latest