Anak Rawan Terkena Stunting dan Anemia, Mama Harus Apa?

Anak penderita stunting dan anemia dapat berujung mengalami gangguan kognitif

14 November 2022

Anak Rawan Terkena Stunting Anemia, Mama Harus Apa
Freepik/freepik

Stunting dan anemia merupakan kondisi yang tak jarang ditemui pada anak. Nyatanya, stunting dan anemia sama-sama memiliki korelasi lantaran terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang baik pada seserang.

Mirisnya, dalam sebuah survei dikatakan bahwa angka kejadian anemia lebih tinggi pada anak yang stunting. Dalam penelitian oleh Rahman pada tahun 2019, terkuak fakta bahwa anak dengan stunting yang terlahir dari ibu dengan anemia memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia, dibandingkan anak tanpa stunting yang terlahir dari ibu tanpa anemia.

Tak sampai disitu, ada pula penelitian yang dilakukan di daerah Rural Afrika Selatan oleh Faber tahun 2007, menunjukkan jika anak dengan anemia memiliki kecenderungan mengalami gangguan pertumbuhan atau growth faltering

Agar tidak berujung fatal, berikut Popmama.com siap membahas cara menghindari stunting dan anemia pada anak.

1. Mengonsumsi produk bernutrisi yang dianjurkan

1. Mengonsumsi produk bernutrisi dianjurkan
Freepik/tirachardz

Menjaga pola makan anak merupakan salah satu faktor utama yang bisa dilakukan orangtua agar anak terhindar dari stuting. Namun, menyediakan makanan padat saja tidak cukup.

Anak perlu mendapat kenaikan kalori yang memadai serta mengonsumsi produk bernutrisi tinggi yang dianjurkan dokter.

“Perlu mengonsumsi produk bernutrisi dengan kombinasi zat besi dan vitamin c untuk mengurangi anemia defisiensi zat besi. Hal ini berlaku untuk anak dan ibu hamil,” ungkap Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK, selaku Medical & Scientific Director Danone Indonesia, dalam dalam salah satu rangkaian acara ‘Perjalanan Aksi Bersama Cegah Stunting’ yang dilakukan di Yogyakarta, Rabu (9/10/2022).

Sebagai informasi, anemia defisiensi zat besi terjadi karena kurangnya hemogoblin atau darah merah. Akibatnya, organ tubuh tidak memperoleh cukup oksigen sehingga membuat penderitanya pucat dan mudah lelah.

“Darah merah juga berfungsi mengikat oksigen ke otak. Kalau darah merahnya kurang, korban pertamanya itu bisa berdampak pada otak. Sehingga, otak tidak mendapat asupan gizi serta oksigen,” ujar Ray Wagiu Basrowi.

Editors' Pick

2. Pentingnya memperoleh edukasi ekstra dari tenaga kesehatan profesional

2. Penting memperoleh edukasi ekstra dari tenaga kesehatan profesional
Freepik/Jcomp

Sebenarnya, kondisi stunting dan anemia pada anak Indonesia sudah ditermukan sejak lama. Sayangnya, kasus ini sampai sekarang belum terselesaikan.

Anak-anak yang mengalami stunting dan anemia memang bisa tetap hidup, namun mereka akan mengalami gangguan kognitif yang berdampak pada tingkat akademis kurang bagus.

“Anak-anak dengan stunting dan anemia bisa tetap survive. Tapi, mereka akan mengalami gangguan kognitif. Efeknya, nilai seolah mereka nggak bagus dan bahkan mempunyai IQ rendah,” jelas Ray Wagiu Basrowi.

Dua penyakit ini bisa dicegah jika adanya kemauan para orangtua mendapat edukasi. Baik Mama dan Papa bisa memperoleh edukasi ekstra dari tenaga kesehatan profesional, seperti bidan, dokter anak, dokter umum, ahli gizi, hingga perawat.

3. Menerapkan pola makan bergizi seimbang

3. Menerapkan pola makan bergizi seimbang
Freepik/freepik

Pada dasarnya, para orangtua yang ingin anaknya hidup sehat, maka harus memberikan asupan makanan bernutrisi sesuai kebutuhan gizi anak. Agar masing-masing makanan yang diberikan tidak kurang atau berlebihan, dalam satu piring bisa diporsikan sebagai berikut:

  • Makanan pokok ⅓ piring
  • Sayuran ⅓ piring
  • Lauk pauk ⅙ piring
  • Buah-buahan ⅙ piring
  • Menyediakan air putih dan susu

Dengan pemenuhan gizi yang tepat dan optimal setiap harinya, anak mama pasti bisa lebih fokus di sekolah dan meraih prestasi membanggakan.

“Anak dengan anemia itu kekurangan zat besi. Pola makannya juga bisa disamakan dengan anak yang stunting. Intinya harus ada karbohidrat, protein nabati, protein hewani, serta serat dan mineral. Jangan lupa vitamin C sebagai penyerapannya. Jadi misalnya dalam pemilihan buah, orangtua bisa memilih buah yang tinggi akan vitamin C, seperti jambu biji dan jeruk.” jelas Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi., selaku Ahli Gizi dari dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Institut Pertanian Bogor (IPB).

4. Lakukan olahraga teratur

4. Lakukan olahraga teratur
Freepik/freepik

Melansir dari US Department of Health and Human Service, anak remaja berusia 6 sampai 17 tahun disarankan untuk melakukan olahraga tujuh jam per minggu atau setidanya satu jam per hari. 

Anak-anak dapat melakukan olahraga apa pun menyesuaikan dengan apa yang disukainya, seperti berlari, senam, berenang, dan lainnya. Melakukan olahraga yang disukai dapat membuat anak tidak merasa terbenani ketika melakukannya. 

5. Minum obat penambah darah

5. Minum obat penambah darah
Freepik/freepik

Mengonsumsi obat penambah darah dapat membantu anak terhindar dari anemia. Dengan mengonsumsi obat ini, anak tidak hanya terhindar dari anemia, tetapi juga bisa membuat anak bersemangat dalam menjalani aktivitas produktifnya sehari-hari. 

Tak hanya itu, mengonsumsi obat penambah darah juga dapat menurunkan angka stunting. Pasalnya, salah satu penyebab stunting anak adalah anemia pada ibu jamil.

Sehingga, perlu pencegahan anemia sedari dini pada remaja perempuan dengan mengonsumsi tablet penambah draah secara rutin sekali dalam seminggu.

Jadi itu dia ulasan terkait cara menghindari stunting dan anemia pada anak. Dalam pencegahan ini, diperlukan komitmen antara orangtua dan anak agar bisa lebih memperhatikan kesehatan diri.

Baca juga: 

The Latest