6 Tingkah Laku Menyebalkan Balita dan Cara Menghadapinya

Bikin naik pitam deh, tapi sabar dulu ya Ma

23 April 2022

6 Tingkah Laku Menyebalkan Balita Cara Menghadapinya
Pexels/Eman Genatilan

Tingkah laku balita memang penuh warna. Terkadang bikin gemas, terkadang bikin geleng-geleng kepala. Ada banyak tindakannya yang di luar dugaan dan tak jarang bikin naik pitam. 

Sebagian besar perilaku anak yang tampak menyebalkan adalah hal yang wajar. Mereka belum memiliki kebijakan tentang apa yang baik dan tidak untuk dilakukan. 

Berikut ini Popmama.com merangkum beberapa tingkah laku balita yang menyebalkan dan bagaimana cara menghadapinya, dilansir dari The Bump:

1. Mengupil

1. Mengupil
Freepik/Aleksandr Finch

Mengupil adalah hal yang normal dan alami. Tetapi secara sosial tidak bisa diterima jika dilakukan di depan banyak orang. Apalagi jika anak mengupil sembarangan karena bisa menyebarkan kuman.

Untuk mengatasi hal ini, orangtua bisa menasihati anak bahwa tindakannya itu tidak baik. Memang perlu waktu untuk mengubah kebiasaannya, tetapi jangan menyerah untuk terus mengulangi nasihat tersebut.

Sementara itu, cobalah untuk tidak terlalu memikirkannya dan mengalihkan anak dengan selalu menyediakan tisu di sekitarnya. Selain itu, ajak anak untuk cuci tangan secara teratur, terutama setelah mengupil, untuk mengurangi penyebaran kuman penyakit. 

2. Hobi mencorat-coret

2. Hobi mencorat-coret
Pexels/Sharon McCutcheon

Apakah anak mama sudah menghabiskan lipstik kesayangan untuk menggambar di tembok? Bahkan tembok rumah yang berwarna putih bersih sudah tak nampak lagi wujudnya?

Jika anak suka mencorat-coret benda-benda di sekitarnya, mungkin mama merasa sangat kesal karena benda-benda menjadi rusak karenanya. Sudah berulangkali memperingatkannya, tapi si Kecil terus saja mengulangi perbuatannya.

Apabila hal ini terjadi, mama mungkin harus memperingatkan berulangkali sebelum ia benar-benar memahami seperti apa parameternya. Bagi anak, tidak boleh menggambari dinding dengan spidol bisa berarti 'boleh menggambari meja dengan krayon'. 

Hal yang bisa orangtua lakukan adalah mengawasinya dengan ketat atau memberikan ruang tersendiri untuk anak berekspresi tanpa khawatir merusak barang-barang. Misalnya menyediakan satu sisi dinding khusus yang bebas digambarinya dengan apapun. 

Editors' Pick

3. Tidak sabaran

3. Tidak sabaran
Pexels/Stephen Andrews

Rentang perhatian anak dibangun secara bertahap. Seorang anak berusia tiga tahun tidak sabar menunggu mama berbicara dengan teman mama sampai selesai sehingga ia menyela obrolan mama. 

Lain kali ketika anak menyela, coba katakan ini, "Mama tahu Kakak pengen menunjukkan mainan baru itu kepada mama. Mama lihat setelah mama selesai menerima telepon ya."

Jika mama terbiasa menghentikan apa yang sedang mama lakukan untuk menanggapi anak, anak akan terus percaya bahwa ia bisa selalu mendapatkan apa yang diinginkannya (dan hal ini menjerumuskannya seiring waktu).

4. Merengek

4. Merengek
Freepik/vasiliybudarin

Hampir semua anak pernah melewati fase cengeng. Jika kecenderungan orangtua menyerah pada rengekan anak dan memberikannya apa yang diinginkannya, secara tidak langsung orangtua mengajari anak bahwa merengek adalah cara yang baik untuk memanipulasi orang lain.

Lalu bagaimana menanggapi rengekan anak dengan bijak? Mama bisa mengatakan, "Mama nggak mengerti kalau kamu berbicara seperti itu. Katakan dengan jelas keinginanmu, tidak dengan merengek seperti itu." 

5. Mengigit

5. Mengigit
Pexels/Khalilullah Shah

Antara usia 9 sampai 18 bulan, tindakan menggigit umumnya eksperimental. Tetapi jika di luar usia itu anak masih suka menggigit, hal ini perlu ditangani. 

Pada balita, orangtua perlu mencari tahu apa pemicunya. Apakah lapar, lelah, tumbuh gigi, dan lain-lain. Lakukan yang terbaik untuk mengatasinya sebelum anak melancarkan aksinya. 

Jika anak menggigit anak lain, segeralah bertindak, meminta maaf, dan yakinkan orangtua lain bahwa mama sedang berusaha untuk mengatasi perilaku tersebut. Apabila tidak, orangtua lain akan menganggap Anda tidak peduli atau tidak berusaha mengajarkan perilaku yang benar. 

6. Bereaksi berlebihan

6. Bereaksi berlebihan
Freepik/patriciaperezra

Apakah anak mama berteriak histeris ketika ia menjatuhkan bonekanya, atau ketika ia tidak bisa menemukan truk mainannya? Fase dramatis ini pasti dialami semua anak. Jadi, cobalah untuk tetap tenang agar ia tahu bahwa tindakan dramatisnya tidak mempengaruhi mama. Tunjukkan pada anak mengatasi masalah tanpa mengedepankan emosi.

Itulah beberapa tingkah laku balita yang seringkali menyebalkan. Dengan reaksi dan tindakan yang bijak dari orangtua, perilaku ini dapat diatasi dengan baik sedini mungkin kok, Ma.

Semoga informasi ini bermanfaat. 

Baca juga:

The Latest