Indonesia sangat kaya akan budaya dan salah satu yang mendunia adalah batik. Batik Semarangan merupakan salah satu jenis batik yang sudah menjadi warisan budaya yang berharga.
Batik bukan sekadar media untuk berpakaian, tapi juga menjadi simbol dan pesan yang kuat. Dahulu kala, motif batik bisa menjadi pesan dengan makna yang mendalam.
Di Hari Batik Nasional kali ini, mari kita bahas lebih dalam tentang batik Semarangan yang dirangkumkan Popmama.com.
Mengenal Batik Semarangan, Motif Kompleks Pengaruh Indonesia dan Eropa

Intinya sih...
Batik Semarangan adalah salah satu jenis batik yang menjadi warisan budaya Indonesia
Batik bukan hanya media berpakaian, tapi juga simbol dan pesan yang kuat dengan makna mendalam
Pada Hari Batik Nasional, mari kita bahas lebih dalam tentang motif kompleks dari batik Semarangan
1. Sejarah batik Semarangan
Sejarah batik Semarang dimulai saat Semarang dibentuk menjadi kota. Di dalamnya, terdapat kampung batik yang lokasinya ada di kawasan Bubakan atau Jurnatan.
Kala itu, pusat pemerintahan kuno Semarang terletak di Jurnatan. Jadi terbayang, betapa mudahnya batik Semarang untuk bertumbuh dengan pesat.
Pertumbuhan batik jadi makin besar setelah Ki Pandan Arang I dari Kerajaan Demak menjabat sebagai juru nata (pejabat kerajaan). Kampung batik pun menjadi penyedia kebutuhan bahan sandang bagi pejabat kerajaan, pegawai pemerintah, serta masyarakat kota.
Sekitar abad ke-19, ada 2 perempuan Indo-Eropa yang memperkaya sejarah batik Semarang. Mereka adalah Nyonya Oosterom dan Nyonya Von Franquemont.
Keduanya membuat sekitar 59 motif, antara lain tokoh-tokoh wayang, naga, Dewi shih Wang Mu & pohon persih, serta garuda. Selain itu, ada juga sarung dengan motif isen-isen ikan.
2. Masa kejayaan batik Semarangan
Semakin berkembang pesat, akhirnya Batik Semarangan mencapai masa kejayaannya di abad ke-20. Hal ini terlihat dari banyaknya penduduk pribumi yang mengandalkan mata pencahariannya dari sektor industri kerajinan batik.
Dalam catatan Koloniaal Verslag pada tahun 1919, di Semarang ada 25 industri batik dengan 58 tenaga terampil dan 176 pekerja kasar. Sedangkan di tahun 1925, jumlahnya meningkat jadi 107 perusahaan, dengan 491 tenaga terampil dan 317 tenaga kasar, demikian ditengok dari jurnal berjudul 'Mengungkap Sejarah dan Motif Batik Semarang serta Pengaruh Terhadap Masyarakat Kampung Batik Tahun 1970-1998' karya Susi Alfreliyanti dari Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Semua itu merupakan efek dari Perang Dunia I yang membuat impor tekstil dari India, Belanda, dan Inggris terhenti. Akhirnya, produk lokal pun menjadi pilihan utama.
3. Mengenal motif batik Semarangan
Pada umumnya, motif batik Semarangan kebanyakan naturalis dan realistis. Contohnya adalah burung merak, yang melambangkan keindahan dan perlindungan keluarga. Atau bangau, yang menjadi simbol kejantanan, dan kupu-kupu yang melambangkan keindahan, kesuburan, dan harapan mencapai kedudukan yang tinggi.
Ada juga motif ikan yang menjadi simbol kemaritiman. Lalu ada daun asam yang diyakini sebagai awal penamaan Semarang. Kemudian, ada pohon bambu yang menjadi simbol kelancaran hidup, dan bukit sebagai simbol tata kota Semarang.
Selain itu, ciri dari motif Semarang adalah warna yang cerah. Kultur pesisir identik dengan pribadi yang terus terang, dituangkan dalam pilihan warna cerah seperti merah, oranye, ungu, dan biru.
4. Motif batik Warak Ngendog yang tidak diketahui maknanya
Ada beberapa motif batik yang khas dari batik Semarang. Yang pertama adalah Warak Ngendog yang merupakan batik kreasi Neni Asmarayani di tahun 1970. Batik tersebut bernuansa Semarang, yang diciptakan atas dasar kecintaannya atas rasa sukanya pada batik.
Sampai saat ini, belum diketahui makna dari motif batik tersebut lantaran Neni Asmarayani tidak bisa diketahui keberadaannya.
5. Motif batik Franquemont
Selanjutnya ada motif batik Franquemont yang merupakan batik kreasi dari Carolina Josephina von Franquemont.
Batik ini sangat kaya budaya karena memiliki pola bermotif Eropa, Cina, dan pesisir utara khususnya Madura, serta pola dari keraton.
Ia juga mengambil figur dan atribut dari berbagai dongeng Eropa yang ditampilkan berulang pada kain batik. Batik ini dibuat sekitar tahun 1850-1860.
6. Motif batik Oosterom
Inilah salah satu motif batik yang diciptakan pada peak era Batik Semarang. Van Oosterom membuat batik dengan pola yang rumit pada bagian papan dan kepalanya.
Pola rumit ini bermotif pada siklus yang dilengkapi dengan dedaunan dan burung yang mirip phoenix. Sedangkan pola lainnya dikembangkan dengan pola keraton dengan adaptasi figur dan atribut berbagai dongeng Eropa. Ciri khas dari batik ini adalah warnanya yang hijau.
7. Motif batik Merak Jeprak
Menjadi salah satu motif khas dari Batik Semarang, Merak Jeprak dibuat oleh Tan Kong Tien. Ia merupakan sosok lelaki peranakan Tionghoa yang memulai usaha batik pada abad ke-20.
Motif ini menggambarkan seekor burung merak yang sedang mengembangkan buntutnya secara penuh untuk menunjukkan keindahannya. Motif ini menyimbolkan keagungan, keindahan, dan semangat untuk mencapai tujuan.
8. Motif batik Tugu Muda
Motif selanjutnya adalah Tugu Muda yang dibuat oleh Oentoeng Suwardi dan istrinya, Tamsiyati. Mereka adalah pemilik dari perusahaan batik Sri Retno pada tahun 1973 hingga 1982.
Motif ini menggambarkan Tugu Muda yang dikelilingi sulur atau tanaman menjalar. Inspirasinya datang dari Tugu Muda sebagai monumen Pertempuran Lima Hari di Semarang untuk menghormati jasa pahlawan.
Sampai saat ini, batik Semarang masih lestari dan Mama pun bisa membelinya untuk digunakan pada momen spesial. Tertarik mengoleksinya?