Virus Corona Dapat Dicegah dengan Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh

Memiliki daya tahan tubuh yang baik dapat menangkal penularan virus dan bakteri

28 Februari 2020

Virus Corona Dapat Dicegah Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh
Doc. Popmama/Adelinekinanti

Beberapa bulan kemarin, berita Internasional dihebohkan dengan penyebaran virus Corona atau Covid-19 yang penyebarannya sampai ke 25 negara dengan total penderita puluhan ribu orang.

Baru-baru ini, WNI di Korea selatan dikabarkan mulai terjangkit virus corona. Masih disayangkan, hingga saat ini, masih belum ada obat yang dapat mengobati penyakit ini bahkan belum ditemukan vaksin untuk pencegahan.

Para penderita yang terjangkit virus Corona ini masih menerima perawatan dengan cara mengobati gejala yang mereka alami. Hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang mereka rasakan.

Sampai saat ini WHO masih melakukan tes dan penelitian untuk mengatasi virus Corona serta menemukan pencegahan dari terjangkitnya virus ini.

Melalui pertemuan media yang diadakan oleh Soho Global Health, sampai saat ini belum tercatat adanya virus Corona di Indonesia. 

WHO mengimbau Indonesia untuk berbuat lebih hati-hati dengan meningkatkan pengawasan dan deteksi kasus agar mengantisipasi adanya penyebaran virus yang semakin meluas.

Acara ini dihadiri oleh dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K) konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, Prof. dr. Bambang Supriyatno, SpA(K) konsultan Respi Anak RSCM, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI serta DR. Raphael Aswin, MSi selaku VP Research and Development Global Health.

Melalui pertemuan ini, penyebaran virus corona diketahui dapat dicegah penularannya dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Berikut Popmama.com merangkum penjelasannya.

1. Seperti apa sebenarnya sistem kekebalan tubuh?

1. Seperti apa sebenar sistem kekebalan tubuh
Dok. Soho Global Health

Sistem kekebalan tubuh atau dikenal sebagai sistem imun, terdiri dari sekumpulan sel jaringan, dan organ tubuh yang saling bekerja sama untuk melindungi tubuh dari serangan virus, bakteri, jamur, dan parasit.

Ketika sistem kekebalan tubuh melemah, berbagai penyakit yang disebabkan oleh masalah tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan infeksi.

Sistem kekebalan tubuh yang melemah dapat ditingkatkan dengan imunstimulator.

Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan sistem imun dengan cara meningkatkan jumlah aktivitas sel-T, NK-cells, dan makrofag serta melepaskan interferon dan interleukin untuk meningkatkan pertahanan alami.

Imunostimulan juga dapat membantu sistem kerja imun dengan cara merangsang pembentukan sel imun yang memiliki fungsi penting, salah satunya meningkatkan pembentukan antibodi dan sitokin serta memperbaiki fungsi fagosistosis.

Imunostimulan terdiri dari dua jenis, yaitu imun alami dan imun tambahan. Imun alami dapat diproduksi dari tubuh sendiri, sedangkan imun tambahan dapat berasal dari Imunomodulator.

Makanan sehat dan bernutrisi penting untuk menjaga daya tahan tubuh secara alami, sedangkan imunostimulan dapat dikonsumsi pada waktu-waktu tertentu saja.

Prof Iris Rengganis juga menjelaskan, imunostimulan sebaiknya dikonsumsi tidak setiap hari, melainkan pada waktu-waktu tertentu saja untuk membantu stabilitas imun.

"Imunostimulan sebaiknya digunakan pada saat daya tahan tubuh menurun, misalnya kelelahan, ingin ke luar negeri, atau pada saat mengunjungi tempat ramai di luar negeri, sedang terjadi wabah penyakit. Selanjutnya jika tubuh kurang istirahat, pada saat itu tubuh butuh tambahan imunostimulan agar antibodi diperkuat." ujar Prof. Rengganis.

Selain itu, orang-orang yang bekerja dibidang kesehatan atau sering bertemu dengan banyak orang juga memerlukan imunostimulan.

"Risiko tinggi yang akan terkena infeksi biasanya petugas kesehatan seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, ini semua berkontak langsung dengan banyak orang. Lalu petugas bandara, pelabuhan. Ini adalah orang-orang yang perlu tambahan sistem imun." lajutnya.

2. Pemberian antibiotik tidak dianjurkan untuk mengatasi virus

2. Pemberian antibiotik tidak dianjurkan mengatasi virus
Dok. Soho Global Health

Menurut Prof. dr. Bambang Supriyatno, 30% anak yang mengeluh sakit seperti menunjukkan gejala common cold atau selesma, bahkan gejalanya bertambah parah menjadi influenza, orangtua akan memberikan antibiotik sebagai upaya penyembuhan.

Padahal pemberian antibiotik ini kurang dianjurkan karena kedua penyakit tadi disebabkan oleh virus.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dari segi jenis, dosis dan frekuensi pengobatan dapat menyebabkan penyakit menjadi resisten. Resisten berarti virus maupun bakteri mampu beradaptasi dan kebal terhadap pengobatan yang seharusnya bisa memusnahkannya.

Baik bakteri maupun virus yang resisten terhadap antibiotik akan lebih sulit pulih. Ini disebabkan karena infeksi yang terjadi lebih kuat dan mudah berkembang sehingga menyebabkan masalah komplikasi kesehatan yang lebih parah.

Prof. Bambang juga mengatakan, pemberian antibiotik sebaiknya dilakuakan ketika anak menunjukkan lima gejala serius, yaitu:

  • Ketika suhu tubuh mencapai lebih dari 38,5 derajat
  • Ketika muncul benjolan di leher disertai demam
  • Ketika muncul bintik-bintik putih dan bengkak di dalam tenggorokan
  • Ketika tidak menunjukkan batuk dan pilek
  • Antibiotik diberikan ketika anak berusia 3 sampai 14 tahun.

Jika anak mengalami 4 dari 5 tanda tadi, dokter baru akan memberikan antibiotik yang tepat untuk penyembuhannya. Namun, jika hanya ditemukan 3 gejala, maka sebaiknya orangtua mengecek kesehatan anak untuk dipastikan infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

3. Faktor yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh

3. Faktor dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
Dok. Soho Global Health

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah, baik faktor lingkungan maupun kebiasaan sehari-hari dapat memengarui stabilitas sistem imun. Faktor-faktor penyebabnya ialah:

  • Stres

Tidak bisa dipungkiri bila stres menjadi faktor utama penyebab melemahnya sistem imun. Hampir semua orang tentu pernah merasakan kondisi ini. Gejala stres yang dialami biasanya berupa sakit kepala, gelisah, cemas berlebih, bahkan merasakan jantung berdebar.

Faktor ini yang menyebabkan sistem kekebalan harus bekerja lebih keras agar pertahanan tubuh tidak terserang penyakit.

  • Kurang asupan nutrisi

Tidak dipungkiri lagi, asupan nutrisi sangatlah penting bagi tubuh. Makanan sehat dan seimbang seperti buah dan sayur serta gandum utuh dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, asupan vitamin C dan gingseng juga dapat meningkatkan sistem imun karena vitamin C dapat menjaga tubuh dari serangan penyakit dan kaya akan antioksidan.

Sama seperti vitamin C, gingseng juga berfungsi sebagai antioksidan dan bisa meningkatkan sistem imun.

Sebaiknya mulai kurangi asupan makanan dengan lemak tak jenuh seperti makanan yang digoreng dan cenderung menekan sistem kekebalan tubuh.

  • Kurang cairan atau dehidrasi

Tubuh manusia terdiri dari 60% air, hal ini yang menyebabkan asupan cairan sangat dibutuhkan agar tidak terjadi dehidrasi.

Setiap jaringan dan organ tubuh manusia membutuhkan air untuk membawa nutrisi dan mineral agar tersebar dengan baik ke seluruh tubuh, ini dapat menghindari tubuh terserang penyakit.

Dehidrasi bisa terjadi secara ringan maupun berat, namun keduanya sama-sama berbahaya.

Gejala dehidrasi yang biasa dialami biasanya seperti haus berlebih, mata terlihat lebih cekung, sakit kepala karena kurang aliran oksigen, tekanan darah rendah, mudah lelah, dan detak jantung terasa lebih cepat.

  • Kurang tidur

Saat tubuh kurang tidur, sistem imun akan bekerja kurang efektif karena tubuh memproduksi melatonin yang lebih sedikit. Ini juga dapat menyebabkan tubuh terasa lemas ketika beraktivitas.

Melatonin merupakan hormon alami yang berperan menjaga siklus tidur dan jam biologis tubuh.

Dengan menjaga pola tidur yang baik maka sistem kekebalan tubuh juga akan lebih terjaga.

Baca juga:

The Latest