Family Burnout Selama Masa Pandemi, Begini Cara Menghadapinya

Bersama keluarga 24/7, senang tapi lelah, bagaimana mengatasinya?

1 Oktober 2020

Family Burnout Selama Masa Pandemi, Begini Cara Menghadapinya
Freepik/bearfotos

Terhitung sudah hampir 8 bulan Mama Papa dan anak-anak bersama di rumah saja. Bersyukurlah jika sampai detik ini Mama sekeluarga dalam kondisi sehat tidak kurang satu apapun mengingat kondisi pandemi masih berlangsung entah sampai kapan.

Walau Mama merasa beruntung bisa bersama keluarga selama 24 jam 7 hari seminggu, harus diakui ada saatnya Mama merasa lelah. Setiap hari hanya berkutat dengan urusan rumah dan anak-anak. 

Ditambah pembelajaran jarak jauh alias sekolah online yang kerap menambah ‘beban’ pikiran dan tugas Mama di rumah.

Situasi semakin tak nyaman ketika harus menghadapi persoalan finansial akibat dampak covid-19 terhadap pekerjaan Papa atau Mama. Penyesuaian baru pun harus segera dilakukan.

Perlahan mulai muncul rasa lelah dalam keluarga. Apa yang perlu Mama tahu soal family burnout dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penelusuran Popmama.com berikut.

1. Apa itu family burnout

1. Apa itu family burnout
Rawpixel/Teddy Rawpixel

Mengutip pernyataan Dr. Pavan Madan, psikiater dari Community Psychiatry di California, ada tiga gejala yang perlu dicermati dari kondisi family burnout. 

  • Merasa lelah secara fisik atau emosional

  • Merasa tidak mampu mengerjakan tugas-tugas rutin

  • Mudah merasa jengkel

Gejala itu dialami banyak orang saat ini. Berada di rumah sepanjang hari bersama keluarga di satu sisi menjadi berkah. Namun, harus diakui, kelelahan atas situasi yang entah kapan akan berakhir juga menghantui.

Editors' Pick

2. Berdampak pada hubungan Mama Papa

2. Berdampak hubungan Mama Papa
Freepik/Jcomp

Di sisi lain, family burnout berdampak pula pada hubungan Mama Papa. Perasaan gembira karena bisa bersama setiap waktu berganti dengan kejenuhan. 

Apalagi, jika sebelum pandemi sudah ada masalah yang belum terselesaikan. Mulai dari masalah komunikasi, pengasuhan anak, dan masih ditambah finansial.

Dalam kondisi tingkat stres tinggi, berada di rumah terus menerus memang tidak selalu jadi hal positif. 

Bagaimanapun juga Mama Papa butuh ruang untuk ‘menyendiri’ sejenak atau mendinginkan kepala sebelum berusaha mengatasi masalah yang muncul.

3. Berdampak pada anak

3. Berdampak anak
Pixabay/PublicDomainPictures

Ya, orang dewasa bukan satu-satunya yang terdampak situasi ini. Anak-anak juga bisa merasa lelah dengan situasi demikian.

Mereka dapat merasa cemas, takut, khawatir, yang akhirnya berdampak pada performa akademik. Apalagi ia “terkurung” di rumah dan tidak bisa bermain dengan teman-temannya. 

Tanda lain yang mungkin muncul, anak kesulitan tidur dan mengalami beberapa kemunduran aspek perkembangan. 

Kemudian, remaja lebih berisiko mengalami burnout daripada anak. Hal ini tak lepas dari tuntutan pelajaran yang lebih tinggi, kebutuhan tinggi akan interaksi dengan teman sebaya, serta perdebatan yang kerap terjadi dengan orang tua.

4. Cara mengatasi family burnout

4. Cara mengatasi family burnout
Pexels/August de Richelieu

Sekalipun tampak mengkhawatirkan, bukan berarti situasi ini tidak bisa diatasi. Salah satunya dengan menyeimbangkan antara waktu bersama keluarga dan diri sendiri.

Sementara, menghadapi polah anak yang berubah karena harus tinggal di rumah saja, Mama bisa membesarkan hatinya dan memberi penguatan positif alih-alih menghukum karena kesalahan kecil yang ia lakukan.

Beri lebih banyak apresiasi pada hal-hal kecil yang biasa ia lakukan selama ini. Kemudian, buat jadwal rutin agar anak pun terbiasa dan siap untuk kegiatan hariannya.

Sesekali ajak ia keluar rumah, meski hanya jalan-jalan di sekitar rumah, untuk pergantian suasana. Namun, jangan lupa terapkan protokol kesehatan ya.

Bagaimana dengan Mama Papa?

Lakukan manajemen stres, upayakan keseimbangan antara urusan pekerjaan dan keluarga, serta diskusi bersama tentang pembagian tugas di rumah.

Jangan lupa beri kesempatan diri Mama maupun Papa untuk menyendiri alias me-time tanpa interupsi anak-anak. 

Sepakati saja kapan waktu ideal untuk me-time secara bergantian. Jeda sejenak seperti ini bisa membantu Mama Papa untuk memulihkan diri, baik secara fisik maupun psikologis.

5. Sadari kapan waktu tepat untuk minta bantuan

5. Sadari kapan waktu tepat minta bantuan
Pexels/Emma Bauso

Mama Papa perlu mencermati dan menyadari kapan waktu tepat untuk meminta bantuan pihak lain. Ketika gejala burnout mulai semakin intens, segera minta bantuan profesional untuk mengatasinya. 

Saat ini sudah banyak layanan konsultasi psikologi secara online. Mama bisa mengaksesnya dengan mudah meski hanya berada di rumah saja. 

Pada akhirnya, menjalani peran sebagai orang tua di masa pandemi seperti sekarang tidaklah mudah. Perjuangan jatuh bangun itu nyata dan Mama Papa tidak sendiri. 

Tidak apa-apa jika Mama merasa lelah, merasa sedang tidak baik-baik saja. Akui perasaan itu, bicarakan dengan Papa, dan ambil waktu beristirahat sejenak. 

Keluarga kecil kita butuh Mama yang happy. Jadi, yuk bahagiakan diri sendiri lebih dulu!

Baca juga:

The Latest