Ada beberapa jenis mom shaming yang terjadi di kehidupan sehari-hari, Ma. Salah satunya di media sosial.
Ketika seorang ibu mengunggah foto tentang aktivitas atau penampilan anak, kemudian ada yang berkomentar bernada negatif atau terkesan menggurui, terlebih sampai membuat ibu yang mengunggah tersinggung, hal ini juga bisa disebut mom shaming.
Misalnya mengomentari posisi menggendong anak, memilihkan pakaian untuk anak, sampai mengomentari tentang proses menyusuinya.
Selain memberi komentar langsung, para pelaku mom shaming juga kadang menulis komentar di kolom komentar orang lain alias menimpalinya. Tulisannya tak jarang bernada provokatif sehingga para ibu-ibu lain akan sependapat dan ikut menyalahkan ibu yang mengunggah foto.
Sementara itu, di lingkungan keluarga, tetangga dan bahkan teman, kondisi mom shaming juga tak luput terjadi, Ma.
Beberapa hal yang tanpa disadari juga bisa menjadi mom shaming yakni memberi kritik tentang proses menyusui. Terutama jika Mama memberikan botol susu atau bahkan memberikan susu formula. Biasanya hal ini kemudian memicu komentar tentang betapa baiknya manfaat dari ASI.
Hal lain yang juga sering dikomentari adalah menu makanan MPASI (makanan pendamping ASI) yang dianggap kurang sehat atau kurang higienis.
Tak cuma pola asuh, seringkali pelaku mom shaming juga memberikan kritik atau komentar terhadap penampilan fisik seorang ibu. Misalnya jika berat badan setelah melahirkan belum juga turun atau penampilannya tampak lebih gemuk.
Padahal sebenarnya orang tua memiliki hak penuh untuk menentukan apa yang terbaik bagi anak-anaknya ya, Ma. Ucapan kritik atau komentar menggurui yang bernada negatif pun sebaiknya dihindari agar tak menyinggung orang lain.