Mengutip jurnal BioMed Central (BMC) dari BMC Women's Health dengan judul "A Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser patient with leiomyoma and dysplasia of neovagina: a case report" (Seorang pasien Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser dengan Leiomioma dan Displasia Neovagina: laporan kasus).
Dalam laporan itu menjelaskan bagaimana kasus langka dari pasien MRKH dengan dua kondisi ginekologi yang terdeteksi selama tindak lanjut ginekologi jangka panjang. Pada usia 21 tahun, pasien dirawat karena displasia neovaginal terkait HPV. Lalu 20 tahun kemudian, tepatnya usia 47 tahun, ia mengalami leiomioma panggul terdeteksi dengan ultrasonografi transvaginal dan dikonfirmasi dengan pencitraan resonansi magnetik.
Dari penelitian itu menyimpulkan, kesehatan ginekologi jangka panjang pasien MRKH terbatas. Karena dalam jurnal tersebut menampilkan seorang pasien MRKH selama masa tindak lanjut 30 tahun, mengembangkan dua kondisi ginekologis yakni Displasia Neovagina dan Leiomioma panggul jinak.
Ini menjadi indikasi bahwa pasien Neovagina kemungkinan bisa mengembangkan komplikasi dari tindakan operasi tersebut.
Kasus yang disajikan dalam jurnal menyoroti perlunya tindak lanjut ginekologi pasien MRKH termasuk pencitraan panggul, Pap smear, dan pengujian infeksi HPV.
Itulah tadi informasi mengenai apa itu Neovagina yang kini sedang trend di Indonesia. Meski dikenal sebagai operasi rekonstruksi kelamin bagi para transgender, Neovagina bisa membantu perempuan dengan sindrom MRKH.