Memang tak bisa dipungkiri, varian Delta tidak dapat diremehkan karena World Health Organisaztion saja sudah menganggapnya sebagai ancaman tingkat global.
Jumat (18/6) lalu, kepala ilmuwan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dr. Soumya Swaminathan, mengatakan bahwa varian Delta adalah versi SARS-CoV-2 yang sekarang mendominasi global.
Bahkan, para peneliti Oxford juga menganalisis kemungkinan terinfeksi lebih dari sekali pada penyintas Covid-19 jenis ini.
Menilai kemampuan antibodi dalam darah para penyintas Covid-19 dari varian Beta (B.1.351) dari Afrika Selatan serta varian Gamma (P.1) yang ada di Brasil, risiko terinfeksi varian Delta dinilai lebih tinggi.
Pada satu sisi, justru varian Alpha dikatakan dapat menjadi teladan. Hal tersebut dilihat dari fungsi lain dari virus tersebut.
Pertama kali terdeteksi di Inggris pada November 2020, varian B.1.1.7 atau Alpha, justru dapat memberikan perlindungan pada seluruh varian, termasuk varian Delta.
Oleh karena itu, para peneliti Oxford menilai bahwa B.1.1.7 dapat dijadikan model untuk vaksin generasi selanjutnya.
"Yang menarik, infeksi B.1.1.7 tampaknya memberikan perlindungan silang terhadap semua variant of concern. Berarti B.1.1.7 mungkin menjadi kandidat vaksin varian baru untuk memberikan perlindungan terluas," ungkap penelitian tersebut.
Memang dalam kehidupan yang rumit dan penuh perjuangan selalu ada hasil yang positif jika manusianya selalu ingin berusaha.
Seperti halnya para peneliti di bidang kesehatan saat pandemi seperti ini yang tak pernah lelah berurusan dengan virus guna mempelajari kiprahnya.
Alhasil mereka justru menemukan keunikan kan Ma. Tak disangka salah satu varian memiliki model pelindung yang kuat.
Kita doakan saja agar manusia terus dapat menemukan apa yang mereka cari yakni kehidupan yang kembali normal seperti sediakala. Aammiiinn!