Ancaman Infeksi Covid-19 Masih Besar, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Aktivitas warga sudah kembali normal tetapi ancaman Covid-19 masih ada sehingga harus berhati-hati

25 Maret 2023

Ancaman Infeksi Covid-19 Masih Besar, Masyarakat Diminta Tetap Waspada
Popmama.com/Ayesha Puri

Masih ingatkah bagaimana virus Covid-19 melumpuhkan kehidupan di berbagai belahan dunia? Aktivitas di luar rumah ditiadakan demi menghindari terpaparnya penyakit mematikan tersebut. Sampai-sampai, rumah sakit kewalahan menangani ledakan kasus pasien Covid-19.

Corona virus disease ini merenggut banyak nyawa. Bukan hanya pasien, tetapi juga para tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam memerangi virus dari China ini.

Kita perlu bersyukur karena di tahun ketiga pandemi Covid-19, kasus positif maupun angka kematian sudah jauh berkurang. Masyarakat sudah diperkenankan berkegiatan di luar rumah, seperti bekerja di kantor, bersekolah kembali, dan lain sebagainya.

Meskipun sudah dapat beraktivitas selayaknya pra-pandemi, tetapi faktanya Covid-19 masih ada dan mempunyai potensi mengintai setiap manusia. Kajian risiko yang baru-baru ini dilakukan oleh Sekretariat WHO masih menunjukkan adanya potensi ancaman penularan virus COVID-19 terhadap kesehatan manusia yang masih dinilai tinggi. 

Dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh Pfizer bekerja sama dengan Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Nora T. Siagian selaku Presiden Direktur Pfizer Indonesia berpesan agar warga tetap waspada.

“COVID-19 dapat membuat siapa pun sakit parah. Bahkan bagi sebagian orang, resikonya lebih tinggi. Kondisi ini perlu tetap waspada, terutama di saat mobilitas masyarakat sudah kembali normal dan berpotensi terus meningkat,” tambahnya.

Popmama.com akan mengulas informasi terkait ancaman penularan Covid-19 masih besar, masyarakat diminta tetap waspada.

Pentingnya Menyadari Kondisi Kesehatan Pribadi

Penting Menyadari Kondisi Kesehatan Pribadi
Freepik/wayhomestudio

Salah satu bentuk kewaspadaan yang bisa dilakukan adalah dengan menggolongkan status risiko secara mandiri. Kita harus sadar bagaimana kondisi kesehatan pribadi. Apakah termasuk golongan rentan atau tidak.

DR. dr. Irawaty Djaharuddin, Sp.P(K), FISR  selaku Sekretaris Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyampaikan pentingnya memahami status risiko sebagai upaya melindungi diri dari gejala berat Covid-19.

Masyarakat juga diminta untuk mengetahui apa gejala yang akan timbul apabila terinfeksi Covid-19. Kenali pula, apakah memiliki faktor risiko yang bisa menyebabkan gejala COVID-19 semakin berat.

dr. Irawaty memaparkan faktor-faktor umum yang dapat menempatkan seseorang pada risiko tinggi Covid-19, yaitu:

  1. Usia diatas 60 tahun,
  2. Mengidap obesitas,
  3. Perokok aktif,
  4. Penderita penyakit imunosupresif atau penggunaan obat-obatan yang melemahkan sistem imun untuk waktu yang lama,
  5. Pasien penyakit paru kronis,
  6. Mengidap hipertensi,
  7. Mengidap penyakit kardiovaskular,
  8. Pasien Diabetes Mellitus Tipe 1 atau 2,
  9. Mengidap penyakit ginjal kronis, dan
  10. Mengidap penyakit anemia sel bulan sabit.

Editors' Pick

Anak-Anak Jadi Kalangan yang Rentan Terpapar Covid-19

Anak-Anak Jadi Kalangan Rentan Terpapar Covid-19
Freepik/timeimage

Saat ini, Indonesia sedang berada di fase transisi dari pandemi menuju endemi. Di masa ini, masyarakat ditantang untuk mempertahankan protokol kesehatan apalagi bagi kalangan yang imunitas rendah.

Kalangan tersebut meliputi lansia dan mempunyai komorbid serta anak-anak. Ketiganya adalah orang-orang yang rentan terinfeksi Covid-19. Sehingga harus lebih berhati-hati dan memperketat lagi prokes.

dr, Irawaty mengungkapkan sekarang ini kasus pasien Covid-19 banyak didominasi karena penyakit komorbid sementara covid-19 menjadi penyerta. Penyakit-penyakit bawaan ini (seperti hipertensi, jantung, dan lain-lain) menyebabkan penyintas Covid-19 mengalami gejala berat hingga kematian.

“Jadi, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit murni karena Covid-19. Tetapi, awalnya dirawat karena penyakit bawaan itu. Lalu, dilakukan pengecekan lanjutan dan didapati terinfeksi Covid-19,” jelas dr, Irawaty.

Gejala Ringan dan Berat saat Terinfeksi Covid-19

Gejala Ringan Berat saat Terinfeksi Covid-19
Freepik/benzoix

Lebih lanjut, dr. Irawati menyampaikan Jakarta masih menjadi daerah penyumbang kasus Covid-19 terbanyak di tanah air. DR. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), MPd, Ked., sebagai Anggota Pokja Infeksi Persatuan Dokter Paru Indonesia mengingatkan kembali  tentang pentingnya mewaspadai gejala.

Pasalnya, gejala yang dirasakan setiap orang akan berbeda-beda tergantung kondisi kesehatannya. Gejala paling berat biasanya dialami oleh masyarakat kategori rentan, yakni lansia, penderita komorbid, dan anak-anak. Sementara, kalangan dengan sistem kekebalan tubuh hanya menimbulkan gejala ringan.

Meskipun demikian, seseorang yang merasa dirinya terinfeksi Covid-19 atau muncul gejala khas Covid-19 seyogyanya sesegera mungkin mendapatkan perawatan medis. Berikut gejala berat yang ringan yang mesti kamu tahu, antara lain:

Gejala Ringan

  • Batuk,
  • Pilek,
  • Demam ringan,
  • Merasa lelah,
  • Sebagian orang tidak memiliki gejala

Gejala Berat

  • Kehilangan rasa atau bau,
  • Mual atau muntah,
  • Sakit tenggorokan,
  • Diare,
  • Demam atau menggigil,
  • Nyeri otot atau nyeri sekujur tubuh,
  • Sakit kepala, dan
  • Sesak napas atau kesulitan bernafas.

Lakukan Perawatan Sesegera Mungkin, Jangan Tunggu sampai Memburuk

Lakukan Perawatan Sesegera Mungkin, Jangan Tunggu sampai Memburuk
Freepik/partystock

Apabila seseorang menyadari timbulnya gejala Covid-19 segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan untuk melakukan tes Covid-19. Termasuk bagi seseorang yang tidak mempunyai gejala tetapi pernah kontak dengan orang yang terindikasi positif Covid-19.

DR. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), MPd, Ked selaku Anggota Pokja Infeksi Persatuan Dokter Paru Indonesia menyarankan selambat-lambatnya lima hari setelah berinteraksi dengan suspek.

Penanganan sesegera mungkin dimaksudkan guna menghindari penyakit tersebut menyebar dengan cepat dan dapat menulari orang lain tanpa sepengetahuan kita. Selain itu, dr, Fathiyah menuturkan perawatan yang dilakukan saat baru terinfeksi akan lebih efektif.

“Perawatan COVID-19 paling efektif jika dimulai sesegera mungkin setelah dinyatakan positif. Tidak perlu menunggu sampai gejala memburuk, dan pengobatan harus segera dimulai saat gejala masih terasa ringan hingga sedang,” jelas dr. Fathiyah.

Terapi Oral Antivirus Covid-19 Mengurangi Jumlah Rawat Inap dan Angka Kematian

Terapi Oral Antivirus Covid-19 Mengurangi Jumlah Rawat Inap Angka Kematian
Freepik/jcomp

Di awal-awal paparan Covid-19, dokter di seluruh dunia sempat bingung cara menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah setiap harinya. dr. Fathiyah mengungkapkan bahwa para dokter sempat memberikan obat anti malaria.

Namun, seiring berjalannya waktu para ahli kesehatan melakukan berbagai penelitian. Sampai akhirnya ditemukan obat antivirus Covid-19. Obat oral ini diberikan ketika seseorang terinfeksi dengan gejala berat dengan melihat kecukupan oksigen yang rendah.

Sementara bagi yang tanpa gejala atau gejala ringan, cukup mengonsumsi vitamin saja dan nantinya berangsur-angsur membaik. Mama bisa memperoleh obat antivirus ini di berbagai pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya.

Oral antivirus yang bisa digunakan pasien COVID-19 secara mandiri dengan beberapa manfaat, yakni mengurangi jumlah rawat inap, mengurangi risiko kematian, membantu menyelamatkan nyawa (potensi kesembuhan besar), dan mengurangi biaya medis bagi masyarakat.

Daftar obat antivirus Covid-19 yang telah diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia), antara lain:

  1. Nirmatrelvir 150 mg/Ritonavir 100 mg Tablet, yaitu penghambat protease 3CL yang dirancang khusus secara spesifik untuk memerangi SARS-CoV-2.
  2. Favipiravir, berperan dalam mencegah replikasi virus (memperbanyak diri).
  3. Molnupiravir, berfungsi untuk mencegah gejala Covid-19 semakin bertambah buruk.
  4. Paxlovid, merupakan gabungan dari nirmatrelvir dan ritonavir. Paxlovid mampu mencegah replikasi virus sehingga menurunkan gejala Covid-19.

Demikian ulasan mengenai ancaman penularan Covid-19 masih besar, masyarakat diminta tetap waspada. Jangan abai atau menyepelekan gejala yang muncul. Tetap jalankan protokol kesehatan secara disiplin dimana pun dan kapan pun. Sehingga Indonesia bisa secepatnya mencapai tahap endemi. 

Baca Juga:

The Latest