Sering Alami Halusinasi Atau Delusi, Inilah 5 Fakta Mengenai Psikosis

Waspada, orang dengan psikosis terkadang sering merasa bingung!

30 Mei 2023

Sering Alami Halusinasi Atau Delusi, Inilah 5 Fakta Mengenai Psikosis
Pexels/Polina Zimmerman

Di dalam kehidupan sehari-hari, apakah kamu sering alami gangguan pada pikiran?

Waspada, bisa saja itu menjadi gejala psikosis atas persepsi yang membuat kamu seolah sedang dalam keadaan halusinasi dan delusi.

Jenis gangguan ini sering dialami seperti melihat, mendengar dan mempercayai hal-hal yang tidak nyata. Bahkan memiliki pikiran, perilaku dan emosi yang aneh terus-menerus. 

Meski pengalaman setiap orang berbeda, berikut Popmama.com berikan informasi mengenai 5 fakta psikosis. Yuk, langsung simak ulasannya!

1. Apa saja gejala psikosis?

1. Apa saja gejala psikosis
Pexels/Anna Shvets

Psikosis adalah kondisi ketika penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dan imajinasi.

Kondisi yang mengembangkan psikosis akan memiliki serangkaian gejala. Nah, secara umum berikut gejala utama terkait psikosis:

  • Halusinasi

Halusinasi adalah saat seseorang melihat, mendengar, mencium, merasakan atau merasakan hal-hal yang tidak ada di luar pikirannya.

  • Delusi

Delusi adalah di mana seseorang memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada sesuatu yang tidak benar. Seseorang dengan delusi kebesaran mungkin sering tidak menyadari bahwa delusi atau halusinasi mereka tidak nyata. Bahkan dapat membuat mereka merasa takut atau tertekan.

  • Pikiran bingung dan terganggu

Orang dengan psikosis terkadang memiliki pola pikir yang terganggu, bingung dan terganggu. Tanda-tandanya mengalami ucapan yang terganggu dan dapat beralih dari satu topik ke topik lain di tengah kalimat.

  • Depresi pasca kelahiran

Psikosis pasca kelahiran atau psikosis nifas adalah bentuk depresi pasca kelahiran yang parah. Paling sering terjadi selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Psikosis pasca kelahiran lebih cenderung mempengaruhi perempuan yang sudah memiliki kondisi kesehatan mental seperti gangguan bipolar atau skizofrenia.

Editors' Pick

2. Apa saja penyebab psikosis?

2. Apa saja penyebab psikosis
Pexels/Alexandr Podvalny

Umumnya, psikosis sebenarnya salah satu gejala penyakit mental yang bisa berbeda untuk setiap orang.

Namun beberapa psikosis bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti:

  • Memiliki penyakit fisik atau cedera

Ketika psikosis terjadi mungkin disebabkan karena melihat atau mendengar sesuatu jika mengalami demam tinggi, cedera kepala atau keracunan timbal atau merkuri. Jika memiliki penyakit Alzheimer atau penyakit Parkinson, bisa jadi mungkin mengalami halusinasi atau delusi.

  • Pelecehan atau trauma

Jika pernah mengalami penyalahgunaan atau peristiwa traumatis di masa lalu, kemungkinan besar akan mengalami psikosis.

  • Alkohol dan merokok

Secara medis, minum alkohol dan merokok juga dapat menyebabkan kondisi gejala psikosis kambuh lebih besar.

  • Narkoba

Penggunaan narkoba secara langsung bisa membuat seseorang alami psikosis, tetapi mungkin lebih sering dapat memperburuk gejalanya.

  • Obat yang diresepkan

Mungkin obat-obatan yang diresepkan oleh dokter juga sebagai efek samping psikosis.

  • Kelaparan

Mungkin seseorang yang mengalami halusinasi saat ia sedang dalam kondisi sangat lapar, memiliki gula darah rendah atau jika tidak mendapatkan cukup makanan.

  • Kurang tidur

Mungkin seseorang mengalami halusinasi dari gejala psikosis saat ia merasa kurang tidur.

  • Kehilangan

Jika seseorang baru saja berkabung, mungkin bisa menjadi awal kemungkinan gejala dari psikosis.

  • Warisan genetik

Lebih mungkin mengembangkan psikosis jika memiliki orang tua atau saudara kandung yang pernah mengalami psikosis, tetapi para peneliti tidak yakin mengapa hal ini terjadi.

3. Apa saja yang bisa mengembangkan kondisi psikosis?

3. Apa saja bisa mengembangkan kondisi psikosis
Pexels/armağan başaran

Seseorang lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan psikosis jika mereka memiliki anggota keluarga dekat yang memiliki gangguan psikosis.

Selain itu, anak-anak yang lahir dengan mutasi genetik berisiko untuk mengembangkan gangguan psikotik, terutama skizofrenia.

Bahkan kondisi yang psikosis bisa terjadi karena ada gangguan mental primer atau sekunder dari penyakit medis maupun neurologis. Termasuk penyalahgunaan zat tertentu.

4. Bagaimana diagnosis psikosis?

4. Bagaimana diagnosis psikosis
Pexels/cottonbro

Secara signifikan, psikosis adalah gejala kompleks. Ini karena orang dengan psikosis mengalami halusinasi, delusi dan gangguan pikiran. Termasuk bicara atau perilaku yang tidak teratur. 

Sedangkan psikosis didiagnosis melalui evaluasi psikiatri. Itu berarti dokter akan mengamati perilaku orang tersebut dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka alami. 

Selain itu, tes medis dan sinar-X dapat digunakan untuk menentukan apakah ada penyakit yang mendasari gejalanya.

Tetapi jika khawatir tentang psikosis, jelaskan perilaku kamu ke dokter.

5. Bagaimana pengobatan untuk psikosis?

5. Bagaimana pengobatan psikosis
Pexels/Karolina Grabowska

Sama seperti penyakit lainnya, sebenarnya psikosis adalah penyakit yang dapat diobati.

Pengobatan psikosis sendiri berupa:

  • Kombinasi obat

Mengobati psikosis mungkin melibatkan kombinasi obat dan terapi. Kebanyakan orang akan mengalami perbaikan gejala mereka dengan kombinasi obat tertentu yang diberikan oleh dokter.

  • Metode penenang cepat

Terkadang orang yang mengalami psikosis bisa menjadi gelisah dan berisiko melukai diri sendiri atau orang lain. Dalam kasus tersebut, mungkin perlu menenangkan mereka dengan cepat. Pada metode ini, seorang dokter akan memberikan suntikan kerja cepat atau obat cair untuk menenangkan pasien dengan cepat.

  • Obat antipsikotik

Gejala psikosis sendiri dapat dikontrol dengan obat yang disebut antipsikotik.  Jenis obat ini bisa mengurangi halusinasi dan delusi yang membantu agar berpikir lebih jernih. Obat antipsikotik yang diresepkan akan tergantung dari gejalanya. Pada banyak kasus, ini hanya perlu mengonsumsi antipsikotik dalam waktu singkat untuk mengendalikan gejalanya. Orang dengan skizofrenia mungkin harus tetap menggunakan obat seumur hidup.

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif cukup sering digunakan pada gangguan psikosis. Mereka harus sering bertemu secara teratur dan berbicara dengan konselor kesehatan mental. Tujuannya untuk mengubah pemikiran, perilaku dan mengelola penyakit mereka dengan lebih baik. 

Nah, itulah 5 fakta mengenai psikosis. Sering kali dokter mungkin bertanya apakah kamu sedang mengonsumsi obat-obatan atau tidak.

Baca juga:

The Latest