Berita tentang pengungkapan sebuah klinik aborsi ilegal di Jakarta telah menciptakan kegemparan di kalangan masyarakat Indonesia.
Pihak kepolisian melakukan razia di sebuah rumah kontrakan di Jalan Merah Delima, Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat pada hari Rabu (28/6/2023). Terdapat tujuh orang pelaku dan beberapa pasien berhasil diamankan dari lokasi penggerebekan tersebut.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut fakta penggerebekan klinik aborsi di Jakarta yang telah Popmama.comrangkum.
1. Bermula dari kecurigaan warga
Freepik/Jcomp
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin, menyatakan bahwa pengungkapan ini dilakukan berdasarkan laporan dari masyarakat.
"Masyarakat melaporkan adanya aktivitas yang sangat mencurigakan dari seorang warga yang baru mengontrak tempat ini, sekitar satu bulan atau satu bulan setengah, dan aktivitasnya sangat rahasia," ujar Komarudin kepada para wartawan pada hari Rabu (28/6/2023).
Komarudin menjelaskan bahwa warga curiga karena mereka melihat sejumlah perempuan yang sering masuk dan keluar dari rumah tersebut.
"Dugaan awal dari masyarakat adalah bahwa tempat ini digunakan untuk menampung tenaga kerja Indonesia (TKI). Dari sinilah kami melakukan penyelidikan dan mendalaminya. Alhamdulillah, tim dari unit PPA Satreskrim Polres Jakarta Pusat berhasil mengungkap dugaan kasus aborsi," jelasnya.
2. Tujuh orang ditangkap saat penggerebekan
Pexels/Kindel Media
Dalam penggerebekan tersebut, Polres Metro Jakarta Pusat menangkap tujuh orang, terdiri dari pihak klinik ilegal hingga pasien aborsi.
Ketujuh orang tersebut di antaranya SN selaku eksekutor aborsi ilegal, NA asisten SN, SM selaku sopir yang mengantar dan menjemput pasien. Kemudian empat orang lainnya merupakan pasien aborsi yakni J, AS, RV dan IT.
Atas perbuatannya, para pihak yang diamankan terancam pidana Pasal 76C juncto Pasal 80 serta Pasal 77 A UU Perlindungan Anak dan Pasal 346 KUHP.
3. Saat digrebek, tiga orang pasien baru selesai menggugurkan kandungan
Freepik/yanalya
Keempat orang lainnya yang ditangkap merupakan pasien klinik aborsi tersdebut. Komarudin menjelaskan bahwa tiga pasien yang ditangkap saat penggerebekan baru saja selesai melaksanakan tindakan.
“Saat kami geledah di dalam atau penindakan hukum, ditemukan empat orang pasien berinisial J, AS, RV, dan IT. Tiga orang baru saja melaksanakan tindakan, sedang beristirahat karena masih pendarahan,” ujarnya.
“Satu orang sedang baru mau akan dilakukan (aborsi),” ucapnya.
4. sekitar 50 lebih perempuan telah menggugurkan kandungan di tempat tersebut
Freepik
Informasi terbaru mengungkapkan bahwa sekitar 50 perempuan telah melakukan aborsi di klinik ilegal tersebut.
"Berdasarkan pengakuan awal dari para pelaku, dalam rentang waktu satu bulan, sekitar 50 perempuan telah melakukan aborsi di tempat ini," jelas Komarudin.
Editors' Pick
5. Eksekutor aborsi bukan seorang dokter
Freepik
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin, mengungkapkan bahwa pelaku eksekutor aborsi ilegal dengan inisial SN tidak memiliki latar belakang medis.
"SN, seorang perempuan yang bertindak sebagai eksekutor, tidak memiliki latar belakang medis, seperti yang terlihat dari KTP, dia adalah seorang ibu rumah tangga," ungkap Komarudin.
Namun demikian, berdasarkan keterangan sementara, SN mengaku pernah menjadi pendamping dokter dalam melakukan aborsi.
Pengalaman inilah yang membuat SN berani membuka praktik aborsi ilegal.
6. Peralatan yang digunakan tidak sesuai prosedur
Pexels/Cottonbro studio
Saat melakukan penggerebekan, polisi menemukan peralatan yang sangat minim tak seperti klinik kedokteran pada umumnya.
"Makanya nanti kita akan kembangkan dari keterangan SN ini sebelumnya kerja di mana karena dilihat dari sini alat-alatnya sangat-sangat minim, sangat sederhana bukan seperti alat-alat di klinik kedokteran," ujarnya.
Peralatan yang ditemukan antara lain sedot berupa vakum, suntikan, dan obat-obatan yang dibeli di apotek secara bebas.
"Di sini alat-alat sedotnya hanya menggunakan vakum terus ada beberapa alat suntik juga obat-obatan yang bisa dibeli di apotek dengan bebas. Obat antibiotik, obat anti nyeri, kemudian sarana yang ada itu cuma vakum ya jadi disedot menggunakan vakum," ujarnya.
7. Janin yang telah digugurkan dibuang ke kloset
Freepik
Menurut penjelasan yang disampaikan oleh Komarudin, dalam praktik aborsi ilegal tersebut, pelaku yang dikenal dengan inisial SN dan asistennya yang bernama NA melakukan aborsi dengan menggunakan metode vakum.
Setelah melakukan tindakan tersebut, janin yang telah digugurkan oleh para pelaku akan dibuang ke dalam kloset.
"Di dalam lokasi terdapat dua kamar, satu untuk melakukan tindakan aborsi dan satu lagi sebagai ruang istirahat, serta ada tempat untuk membuang janin," ungkap Komarudin.
"Setelah dilakukan tindakan atau sedotan oleh para pelaku, janin-janin tersebut dibuang ke dalam kloset," tambahnya.
8. Klink aborsi tersebut memasang harga 2-8 juta
Freepik
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, lanjut Komarudin, para pelaku mengaku telah membuka praktik aborsi ilegal ini selama satu bulan terakhir.
Mereka memasang tarif mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 8 juta tergantung pada usia kandungan. Semakin besar usia kandungan, maka tarif yang diberikan semakin mahal.
9. Pelaku cari pasien lewat sosmed kemudian diantar dan dijemput
Freepik
Polisi mengungkapkan bahwa pelaku mencari pasien untuk praktik aborsi ilegal melalui media sosial. Mereka menawarkan jasa aborsi melalui akun-akun sosial media.
"Polanya dilakukan melalui media sosial. Terdapat beberapa akun yang biasanya jika kita mengkliknya, akan muncul informasi tentang dokter aborsi dan terdapat link di sana," jelasnya.
Kemudian, ada satu link yang mengarah ke nomor ponsel dengan inisial NA. Pasien akan membuat janji dan dijemput oleh seseorang dengan inisial SM.
"Nantinya, dari salah satu link tersebut, jika kita menekannya, akan muncul nomor telepon NA. NA inilah yang akan menjadi penghubung dan kemudian membuat janji pertemuan di tempat yang akan dijemput oleh SM," katanya.
10. Polisi minta waktu untuk mengembangkan kasus tersebut
Freepik
Dikarenakan kasus ini merupakan kasus yang serius dan membutuhkan banyak informasi, maka tim penyelidik akan melanjutkan pengembangan terkait janin yang dibuang ke dalam toilet.
"Tidak menutup kemungkinan, kami meminta waktu untuk mengembangkan bukti lebih lanjut untuk memastikan apakah pernyataan pelaku bahwa janin-janin tersebut dibuang ke dalam toilet sesuai dengan fakta," jelasnya.
"Selain itu, kami juga akan menginvestigasi latar belakang pelaku secara lebih mendalam dan mengambil tindakan yang diperlukan. Jika ada kemungkinan bahwa pelaku juga terlibat di tempat lain, kami akan menyelidiki hal tersebut," tambahnya.
Itu dia beberapa fakta penggerebekan klinik aborsi di Jakarta. Semoga pihak kepolisian dapat dengan cepat menyelidiki kasus tersebut dan kejahatan seperti ini tidak kembali terulang.