Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menilai temuan BRIN sebagai peringatan penting terhadap kondisi lingkungan di ibu kota.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyebut hasil penelitian tersebut menjadi tanda bahaya yang menunjukkan bahwa polusi plastik kini telah mencapai lapisan atmosfer Jakarta.
Sebagai langkah tindak lanjut, Pemprov DKI bekerja sama dengan BRIN memperluas pemantauan mikroplastik di udara dan air hujan melalui sistem Jakarta Environmental Data Integration (JEDI), sebuah platform berbasis data yang digunakan untuk memantau kualitas lingkungan.
Data yang diperoleh dari sistem ini akan dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan pengendalian polusi plastik di Jakarta.
Pemerintah daerah juga memperkuat upaya pengurangan sampah plastik dari sumbernya melalui Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, serta program Jakstrada Persampahan yang menargetkan pengurangan timbulan sampah sebesar 30 persen langsung dari sumbernya.
Selain memperkuat sistem pemantauan dan regulasi, DLH DKI juga menyiapkan kampanye publik bertajuk ‘Jakarta Tanpa Plastik di Langit dan Bumi' untuk mendorong masyarakat agar lebih peduli dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah, dan menghindari pembakaran limbah sembarangan.
Asep menekankan bahwa kondisi langit Jakarta saat ini seolah menjadi pengingat agar masyarakat lebih bijak dalam mengelola bumi.
Ia menambahkan bahwa perubahan perilaku menjadi kunci utama dalam mengatasi persoalan polusi plastik.
Demikian pembahasan mengenai mengenai BRIN ungkap air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik dan bahayanya. Bagaimana menurut pendapat Mama?