Ma, penting lho menjaga asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Sebab kondisi gizi anak yang cukup bukan hanya dilihat dari kehidupannya setelah lahir ke dunia, melainkan sejak menjadi calon janin dalam kandungan. Untuk itu Mama perlu mempersiapkan gizi untuk anak 3 bulan sebelum kehamilan.
Mengapa ini penting? Sebab Kementerian Kesehatan RI berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 yang dilihat dari tinggi dan usia anak, dari 170 ribu balita di Indonesia, prevalensi anak yang mengalami stunting dengan indikator sangat pendek sebesar 9,8 persen dan balita pendek 19,8 persen. Sedangkan pada kategori baduta (bayi dua tahun) ada anak yang sangat pendek sebanyak 6,9 persen dan pendek 13,2 persen.
"Pemerintah prihatin pada persoalan gizi yang kompleks, bukan hanya karena ketidakmampuan dalam mengakses bahan makanan. Tapi terutama ketidaktahuan masyarakat dalam memilih, mengolah dan menyajikan bahan makanan," terang Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes.
Stunting pada anak adalah masalah kurang gizi yang kronis karena kurangnya asupan gizi yang dibutuhkan anak dalam waktu cukup lama. Stunting terjadi sejak anak di dalam kandungan dan baru diketahui tandanya saat usia anak 2 tahun. Kondisi ini berakibat pada tingginya angka kematiaan bayi dan anak, penderita mudah sakit dan mengalami pertumbuhan postur tubuh yang tidak optimal sesuai usianya.
Inilah yang menjadi fokus pemerintah pada peringatan Hari Gizi Nasional Ke 58 di tahun 2018 ini. Pemilihan tema "Mewujudkan Kemandirian Keluarga dalam 1000 HPK untuk Pencegahan Stunting" sangat relevan dengan dampak buruk akibat stunting.
Organisasi kesehatan dunia, WHO pun menetapkan bahwa balita dengan stunting memiliki IQ 11 poin lebih rendah daripada balita dengan pertumbuhan normal.
Angka balita stunting yang tinggi di Indonesia disebabkan ibu hamil kurang menyadari pentingnya asupan gizi yang baik saat persiapan dan awal kehamilan. Kemenkes mencatat, dari 89,1 persen ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah, hanya 33,3 persen yang mengonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilan. Selain itu data PSG 2016 juga menyebutkan hanya 54 persen bayi 0-5 bulan yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif.
