Ilustrasi - Pixabay/Tho-Ge
Melansir dari fk.ui.ac.id, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama, sebenarnya varian baru Covid-19 Omicron (B.1.1.529), masih bisa dideteksi menggunakan alat reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR).
Akan tetapi virua itu memiliki mutasi spike protein di posisi 69-70, sehingga menyebabkan terjadinya fenomena "S gene target failure (SGTF)" di mana gen S tidak akan terdeteksi dengan PCR, hal ini bisa juga disebut dengan drop out gen S.
Nah dari tidak terdeteksinya Gen S pada pemeriksaan PCR justru dapat dijadikan indikasi awal kemungkinan sampel yang sedang diperikaa terdapat varian Omicron.
Meski begitu temuan tersebut masih memerlukan pneleitian lanjutan dengan pemeriksaan ‘Whole Genome Sequencing (WGS)’ untuk memastikannya.
"Kalau kemampuan WGS terbatas, maka ditemukannya SGTF dapat menjadi semacam bantuan untuk menyaring mana yang prioritas dilakukan WGS, selain kalau ada kasus berat, atau ada klaster, atau ada kasus yang tidak wajar perburukan kliniknya, dan lainnya," jelas Tjandra.