Pada hari kejadian anaknya sedang main dengan teman-temannya. Kala itu sekitar pukul 15.00 di akhir bulan Agustus, ia sempat meminta anaknya untuk mandi dan menyudahi main di sore itu, tapi anaknya tidak segera mengikuti permintaan Ani.
"Saya nyuruh Fatir mandi, tapi ia menolak."
Belum jadi masuk ke dalam rumah, Ani mendengar anaknya menangis.
"Belum sempat masuk ke dalam rumah, saya masih di teras, saya mendengar Fatir menangis."
Langsung saja Ani bertanya-tanya pada Fatir. Menurut informasi dari teman-teman anaknya, Fatir telah dipukul oleh salah satu temannya yang berinisial I.
Ani bertanya pada Fatir, apakah ada yang dirasa sakit. Namun Fatir menjawab, "Nggak Ma" pada saat itu sambil menangis.
Ani tidak melihat ada luka di tubuh anaknya, jadi ia tidak menegur anak berinisial I.
"Karena anak saya jawab gitu dan tidak kelihatan ada luka, saya tidak menegur anak itu dan saya tidak memperpanjang permasalahan tersebut karena tidak ingin ribut dengan tetangga," ungkap Ani.
Fatir sempat mengalami kejang-kejang, karena itu Ani membawanya ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Sebelumnya Ani membawa anaknya ke salah satu Rumah Sakit di Bekasi, namun pihak rumah sakit menolak untuk merawat anak tersebut.
Di RS Polri awalnya Fatir diduga terkena tetanus, namun tidak ditemukan luka di tubuhnya. Setelah melakukan rontgen, dokter pun tidak langsung mengetahui penyakit apa yang dialami oleh Fatir. Namun kejang yang dialami seperti terkena tetanus, hanya saja tidak ada luka di tubuhnya.
Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa penyakit Fatir berasal dari rahang.
Lidah Fatir sudah tergigit dan dalam kondisi kritis. Fatir Ahmad, korban bullying meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 2019. Diduga Fatir mengalami pukulan dan tendangan dari pelaku bully.
Setelah dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Fatir Ahmad, anak korban bully akhirnya tewas di usianya yang masih sangat kecil.