Ada beberapa hal penting yang dibutuhkan pertugas DVI dalam identifikasi korban bencana. Agar petugas bisa identifikasi korban dengan sigap melalui 5 fase di atas, salah satunya adalah fase ante mortem di mana tim DVI akan mengumpulkan data data fisik khas korban sebelum meninggal.
Jika ada kerabat atau keluarga yang menjadi korban bencana, maka ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses identifikasi lebih cepat. Pertama, bawa data ante mortem terduga korban yang berupa satu data primer atau dua data sekunder.
Data primer ante mortem bisa berupa tiga hal yaitu gigi, friction ridge analysis (sidik jari, telapak tangan/kaki) dan DNA. Banyak yang tak menyadari bahwa data-data rekam medis sangat mendukung identifikasi korban bencana. Salah satunya adalah gigi yang merupakan anggota tubuh manusia yang tak mudah terbakar atau ikut membusuk. Gigi bisa didapatkan dari informasi dokter gigi atau tempat praktek gigi yang biasa didatangi terduga korban (jika pernah).
Kemudian sidik jari bisa didapatkan dari riwayat mengurus berkas-berkas pribadi seperti SKCK, E-KTP, paspor dan catatan kepolisian. Bisa juga dari data biometrik (absen fingerprint kantor), barang-barang pribadi terduga korban. Atau sidik kaki biasanya digunakan pada korban bayi.
Terakhir adalah tes DNA jika korban ditemukan dalam potongan tubuh. DNA bisa diambil dari sampel darah atau biopsi dan objek personam terduga korban. Akan dicocokkan dengan sampel dari keluarga yang diambil dari sekaan pipi dalam dan darah. Namun, hal ini tidak bisa dilakukan pada korban yang tidak memiliki relasi seperti anak adopsi.