5 Hal Salah Mengenai Vaksin Covid-19, Ini Faktanya

Mulai dari bisa mengubah DNA sampai diisi chip, mana yang benar?

25 Januari 2021

5 Hal Salah Mengenai Vaksin Covid-19, Ini Faktanya
Pexels/Nataliya Vaitkevich

Vaksin Covid-19 sudah mulai didistribusikan di Indonesia. Meski begitu, masih banyak yang sanksi dengan vaksin ini karena banyak beredar kabar yang tidak benar. 

Penyebaran infeksi virus corona di Indonesia masih terlihat cukup masif. Salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah dengan memberikan vaksin secara bertahap pada warga Indonesia. 

Ada yang sudah siap menerima, sementara sebagian lain masih bingung dan ada juga yang menolak karena mendengar kabar simpang siur mengenai vaksin tersebut. 

Dirangkum Popmama.com, inilah fakta dari kabar yang beredar mengenai vaksin Covid-19. 

1. Setelah vaksin, akan kebal terhadap virus corona

1. Setelah vaksin, akan kebal terhadap virus corona
Freepik

Banyak yang masih beranggapan bahwa setelah vaksin, seseorang bisa kebal terhadap virus corona. Padahal, tidak ada vaksin yang bisa melindungi secara keseluruhan. 

Ketua ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), Prof dr Sri Rezeki S Hadinegoro menyatakan, antibodi COVID-19 tak langsung terbentuk usai vaksin. Dengan kata lain, seseorang tidak akan kebal terhadap corona setelah disuntik vaksin.  

Vaksin diberikan dengan tujuan memberi imun atas penyakit tersebut. Jika kasusnya adalah Covid-19, maka tubuh diberikan virus yang bisa membuatnya jadi mengenali virus tersebut. 

Namun bukan berarti tidak akan terkena virus. Seseorang yang sudah divaksin tetap bisa terkena namun infeksinya tidak separah mereka yang belum vaksin. 

Editors' Pick

2. Setelah vaksin, akan jadi positif Covid-19

2. Setelah vaksin, akan jadi positif Covid-19
Freepik

Banyak juga yang takut vaksin karena banyaknya yang mengatakan bahwa kamu bisa jadi positif Covid-19 setelah melakukan vaksin. 

Hal ini harus diluruskan karena vaksin Covid-19 yang diambil Indonesia yaitu Sinovac diperlukan 2 kali penyuntikan. Jika terjadi infeksi di suntikan pertama, bukan berarti vaksin tersebut gagal. 

Seperti contoh Bupati Sleman, Sri Purnomo yang positif virus corona, Jubir vaksinasi dari Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksin bukanlah penyebab Bupati Sleman terjangkit virus corona. 

Virus yang diberikan berjenis inactivated sehingga tidak bisa menyebabkan seseorang jadi positif Covid-19. 

Lalu bagaimana dengan para relawan yang banyak positif corona? Ini dikarenakan mereka dibebaskan berinteraksi dengan siapa saja. Sehingga, virus bisa saja masuk saat interaksi terjadi. Sedangkan suntikan baru satu kali, sehingga antibodi yang terbentuk belum sempurna. 

Jadi, bisa dikatakan bahwa virus yang ada di dalam vaksin tidak bisa membuat seseorang positif corona. 

3. Ada chip yang akan melacak para penerima vaksin

3. Ada chip akan melacak para penerima vaksin
Freepik/user7350813

Satu lagi hoaks yang membuat banyak orang ragu dan enggan melakukan vaksin adalah adanya chip yang akan terpasang dalam tubuh. 

Hal ini tersebar luas di masyarakat sehingga mereka merasa takut dimata-matai. Nyatanya, hal ini hanyalah kebohongan yang dibuat. 

Jubir Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan bahwa tidak ada chip di dalam vaksin. Jika ada barcode di botol vaksin, itu berguna untuk pelacakan penyebaran distribusi vaksin. 

Lebih lanjut, Prof Wiku menegaskan bahwa informasi yang diberikan masyarakat saat program vaksinasi pada pemerintah akan dijamin kerahasiaannya. 

4. Orang yang sudah pernah positif tidak perlu vaksin 

4. Orang sudah pernah positif tidak perlu vaksin 
Freepik/almope

Satu lagi hal salah yang banyak beredar di masyarakat adalah tidak perlunya mereka yang sudah pernah positif untuk mengambil vaksinasi. 

Memang benar adanya bahwa seseorang yang sudah pernah terkena Covid-19 otomatis memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut. Namun itu adalah kekebalan alami yang memiliki rentang waktu bervariasi. Ada yang cukup lama, ada pula yang hanya sebentar. 

Pada beberapa kasus, seseorang bisa berkali-kali positif corona meski sudah sembuh betul. Ini dikarenakan kekebalan tubuhnya tidak terbentuk cukup lama. 

Menurut Spesialis Asma dan Paru RS EMC Sentul, dr Herman, SpP, berdasarkan sejumlah penelitian, ditemukan bahwa tidak semua tubuh bisa memproduksi antibodi terhadap Covid-19. 

Selain itu, kalaupun ada antibodi, belum tentu bisa bertahan lama seperti jika divaksinasi dengan dosis yang tepat. 

5. Vaksin mRNA bisa mengubah DNA seseorang

5. Vaksin mRNA bisa mengubah DNA seseorang
Freepik/benzoix

Sebuah narasi beredar di Twitter mengatakan bahwa vaksin corona berbasis mRNA bisa merusak DNA manusia. Inilah salah satu penyebab lain kenapa banyak orang merasa enggan divaksin. 

Fakta yang diintip dari covid19.go.id, tidak ada risiko integrasi mRNA ke dalam genom manusia. Integrasi RNA ke dalam DNA tidak memungkinkan karena struktur kimianya berbeda. 

Selain itu, belum ada bukti bahwa mRNA yang diintegrasikan oleh sel tubuh setelah vaksinasi akan berubah menjadi DNA. 

Lebih lanjut lagi, tidak ada vaksin yang bisa mengubah DNA manusia. Sebuah modifikasi genetik hanya bisa dilakukan dengan memasukkan DNA asing ke dalam inti sel manusia. Sedangkan vaksin sama sekali tidak bisa melakukan hal tersebut. 

Nah, itulah beberapa hal salah yang beredar dan apa saja fakta yang meluruskan mengenai vaksinasi virus corona. 

Baca juga:

The Latest