Hukum Memberi & Menerima Cokelat di Hari Valentine menurut Islam

Semua tergantung dari sejarahnya, Ma

14 Februari 2023

Hukum Memberi & Menerima Cokelat Hari Valentine menurut Islam
Pexels/Alleksana

Valentine sudah di depan mata dan semua ingin mengikuti perayaan kasih sayang tersebut. Tapi, apakah ada hukum yang memperbolehkan di dalam Islam? 

Melakukan hal yang diluar ajaran agama bisa membuat seorang Muslim mendapat dosa, bahkan bisa jadi itu tidak disadarinya. Oleh karena itu, penting sekali mengetahui hukum landasan atas banyak hal. 

Salah satu dari banyak hal tersebut adalah perayaan Valentine. Popmama.com akan menjabarkan hukum memberikan atau menerima cokelat di hari Valentine.

1. Mengenal sejarah Valentine

1. Mengenal sejarah Valentine
Pexels/Wildlittlethingsphoto

Sebenarnya, tidak ada kepastian kapan perayaan Valentine dimulai dan dari mana sejarahnya berasal. Namun berdasarkan beberapa legenda yang tersohor, semua berasal dari seorang martir bernama Santo Valentine yang meninggal. 

Awalnya, hari Valentine diduga dimulai dari kebiasaan liburan pagan Lupercalia. Sudah terjadi selama berabad-abad, Lupercalia adalah tradisi yang digelar pada pertengahan Februari.

Saat liburan tersebut, para pria menanggalkan semua pakaiannya dan mengorbankan seekor kambing dan anjing, serta mengambil potongan kulit dari kedua hewan tersebut. Nantinya, kulit itu akan dipakai untuk mencambuk perempuan muda untuk meningkatkan kesuburan. 

Tradisi ini berakhir saat Paus Gelasius berkuasa di akhir abad ke-5. Menurut sejarawan di University of Colorado di Boulder, perayaan Valentine dibuat untuk menggantikan tradisi liburan Lupercalia. 

Editors' Pick

2. Sejarah cokelat dan Valentine

2. Sejarah cokelat Valentine
Freepik/gpointstudio

Sejarah cokelat sebagai simbol hadiah di hari Valentine dimulai pada saat Ratu Victoria berkuasa. Di masa itu, para pria muda menggunakan cokelat untuk mendekati perempuan. Mereka memberikan sekotak cokelat sebagai tanda kasih sayang.

Masih di era yang sama, pemberian cokelat pada lawan jenis juga bisa berarti seks. Itulah kenapa dituliskan dalam buku etika di masa itu, yang mengingatkan perempuan agar tidak menerima cokelat dari pria yang tidak dikenal. 

Seiring perkembangan zaman, pemberian dan penerimaan cokelat di hari Valentine pun sudah dilakukan di banyak negara. 

3. Hukum ikut merayakan Valentine

3. Hukum ikut merayakan Valentine
Freepik/karolina-grabowska

Melihat dari sejarahnya, sudah tentu perayaan Valentine tidak ada di dalam kisah Islam dan bukan bagian dari hari perayaan dalam agama ini. Sedangkan kalau ikut merayakan, berarti menjadi bagian dari kaum tersebut. 

Seperti dikatakan dalam hadis bahwa kita tidak disarankan untuk meniru yang bukan orang Islam. 

"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka" (HR. Ahmad 2:50 dan Abu Daud no.4031)

Ada juga hadis lain yang mendukung. Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah SAW bersabda:

"Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami" (HR. Tirmidzi no 2695)

4. Kesimpulannya, sebaiknya tidak dilakukan bagi umat muslim

4. Kesimpulannya, sebaik tidak dilakukan bagi umat muslim
Freepik

Melihat sejarah Valentine yang bukan berasal dari Islam, serta simbol cokelat yang sebenarnya bisa mengarah ke seksual juga, banyak ulama yang mengatakan bahwa Valentine sebaiknya tidak ikut dirayakan oleh umat Muslim. 

Selain itu, jika perayaan ini dilakukan oleh pasangan yang belum menikah maka bisa menjadi dosa mereka. Kalaupun dilakukan oleh orang yang sudah menikah, tetap saja mengikuti kebiasaan dan perayaan orang dari kepercayaan lain, dan bisa dianggap sebagai salah satu dari mereka. 

Kalau ingin menunjukkan kasih sayang, bisa kapan saja dan tak perlu harus berlebihan di tanggal 14 Februari. Mengungkapnya setiap hari dengan sepenuh hati akan lebih berarti dibanding merayakannya besar-besaran sekali setahun saja. 

Baca juga:

The Latest