Pilu, Tompi Berkisah Tentang Ibunda yang Meninggal karena Covid-19

Dalam Instagramnya, Tompi ungkap kronologi meninggalnya sang Ibu

18 Mei 2021

Pilu, Tompi Berkisah Tentang Ibunda Meninggal karena Covid-19
Instagram/dr_tompi

Pandemi Covid-19 masih berlangsung dan virus corona masih ada di sekitar kita. Tompi yang sedang berkabung karena ibunya meninggal pun membagikan kisah bagaimana Covid-19 merenggut nyawa ibunya. 

Virus corona bisa menjangkiti siapa saja. Kamu yang merasa sudah bosan menjaga protokol kesehatan, mungkin bisa belajar dari kisah sedih yang dibagikan Tompi. 

Dirinya kehilangan ibunda tercinta di pertengahan April 2021. Meski begitu, ia baru bisa menceritakan dengan lengkap baru-baru ini. 

Dalam postingan di Instagram miliknya, pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis bedah plastik itu bercerita panjang lebar mengenai sang ibu. 

Seperti apa kisahnya? Mari cek bersama Popmama.com.

1. Tertular saat pulang kampung ke Aceh

1. Tertular saat pulang kampung ke Aceh
Pexels/veerasak Piyawatanakul

Selama ini, sang Ibu yang bernama Safira memang tinggal bersamanya di Jakarta. Namun saat Ramadan kemarin, beliau meminta untuk pulang ke kampung halaman di Lhokseumawe, Aceh. 

Beliau mengaku rindu dengan keluarga dan ingin bertemu dengan mereka. 

Mengiayakan keinginan Mamanya, Tompi pun terbang ke Aceh bersama. 

Namun setelahnya, ia merasa itu bukan langkah yang cukup bijak. Karena tidak lama dari situ, sang Ibu jatuh sakit.

Editors' Pick

2. Merasa flu, Tompi curiga ibunda terinfeksi Covid-19

2. Merasa flu, Tompi curiga ibunda terinfeksi Covid-19
Freepik/katemangostar

Di hari pertama sakit, ibu dari laki-laki berumur 42 tahun itu merasa gejala seperti flu. Tidak menganggap enteng, ia curiga bahwa ibunya mengalami gejala Covid-19. 

Benar saja, di hari kedua beliau merasakan gejala lainnya yang menguatkan bahwa tengah terinfeksi virus corona. Akhirnya dilakukan tes usap atau swab tes dan benar hasilnya positif. 

Tak pikir panjang, Tompi dan keluarganya langsung berkoordinasi untuk mengurus perawatan sang Mama. 

3. Berkoordinasi dan memutuskan harus dibawa ke Medan

3. Berkoordinasi memutuskan harus dibawa ke Medan
Freepik/wirestock

Pria yang merupakan anggota dari Trio Lestari ini mengaku langsung berkoordinasi dengan teman-teman di Medan, Banda Aceh, dan Jakarta. Tujuannya, untuk mencari tempat terbaik untuk merawat sang ibu. 

Setelah saturasi semakin turun, akhirnya dirinya memutuskan harus segera membawa ibunya ke Medan. Segera ia memesan ambulans dan bersiap untuk menuju rumah sakit. 

"Persiapan semuanya dari jam 6 pagi. Ibu saya baru ready ambulansnya untuk berangkat itu jam 4 sore. Hampir jam 4 sore, bayangkan gap-nya begitu lama," tuturnya dalam postingan Instagram

4. Menunggu ambulans dari pagi sampai sore

4. Menunggu ambulans dari pagi sampai sore
pixabay/F. Muhammad

Satu hal yang dikagetkan oleh Tompi adalah sulitnya mendapat akses fasilitas kesehatan dengan cepat. Ia mengaku telah bersiap dari pukul 6 pagi dan mereka harus menunggu kedatangan ambulans sampai hampir pukul 4 sore. 

Tak sampai di situ, dirinya juga baru mendapati fakta yang cukup miris. Di Lhokseumawe, pemeriksaan PCR hanya bisa dikerjakan 2 kali seminggu. 

Jauh berbeda dengan kenyataan bahwa di masa pandemi ini, satgas harus siaga 24 jam, 7 hari dalam seminggu. 

"Di sana cuma bisa dikerjakan 2 kali dalam seminggu. Itupun regentnya suka tak ada. Tenaga kesehatan yang bertugas juga tidak stand by di tempat. Kita harus marah-marah dulu, kita harus punya koneksi dulu baru bisa," ungkapnya.

5. Menghembuskan napas terakhir di ambulans

5. Menghembuskan napas terakhir ambulans
Freepik/rawpixel.com

Setelah ibunda naik ke ambulans, Tompi segera terbang ke Medan untuk membuat janji temu di sana. Namun apa daya, takdir berkata lain. 

Sang ibunda meninggal dalam perjalanan bersama ambulans. Kejadiannya dikatakan begitu cepat. 

"Baru naik ambulans, baru jalan beberapa menit, terjadi perburukan. Saturasi makin turun, sudah dalam keadaan tenang, senyap gitu, ibu saya berpulang. Jadi prosesnya cepat banget teman-teman," kenangnya. 

Semoga ibunda Tompi bisa beristirahat dengan tenang dan amal ibadah diterima di sisi-Nya. 

Melalui pengalaman ini, Tompi mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menganggap enteng Covid-19. Jangan sampai ketika sudah kehilangan anggota keluarga baru sadar bahwa pandemi itu nyata. 

"Jadi, satu-satunya cara selamat dari pandemi semua harus bahu-membahu. Saling menjaga. Enggak bisa bodo amat," tutupnya. 

Selalu pastikan untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat di manapun dan kapanpun, ya!

Baca juga:

The Latest