Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/kroshka__nastya
Freepik/kroshka__nastya

Sebelumnya kamu pernah dengar tentang body dysmorphic disorder?

Bahwa body dysmorphic disorder atau gangguan dismorfik tubuh adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang tidak dapat berhenti memikirkan kekurangannya. Terutama yang dirasakan dalam sisi penampilan atau anggota tubuhnya.

Biasanya mereka merasa sangat malu dan cemas, sehingga mungkin menghindari banyak situasi sosial. Dimana body dysmorphic disorder mirip dengan gangguan makan dalam hal pandangan negatif pada penampilan fisik.

Mereka sangat fokus berulang kali memeriksa cermin yang akhirnya menyebabkan ia mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara agar lebih jelas, sebaiknya kamu perlu mengetahui 5 fakta mengenai body dysmorphic disorder yang sudah dirangkum Popmama.com:

1. Apa saja gejala body dysmorphic disorder?

Freepik/wirestock

Body dysmorphic disorder (BDD) merupakan kondisi kesehatan mental dimana seseorang mengkhawatirkan kekurangan dalam penampilan mereka. Kelemahan ini sering tidak terlihat oleh orang lain. Namun orang-orang dari segala usia dapat memiliki BDD. Tetapi paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. 

Penderita body dysmorphic disorder memiliki pikiran negatif atau rasa cemas karena menganggap bentuk anggota tubuhnya tidak ideal. Sedangkan tanda dan gejalanya meliputi:

  • Menjadi sangat sibuk dengan kekurangan yang dirasakan dalam penampilan yang bagi orang lain tidak dapat dilihat atau tampak kecil
  • Keyakinan yang kuat bahwa dirinya memiliki cacat dalam penampilan yang membuat ia terlihat jelek atau cacat
  • Keyakinan bahwa orang lain memerhatikan penampilannya secara negatif atau mengejek dirinya
  • Sangat khawatir tentang area tertentu dari tubuh (terutama wajah)
  • Terlibat dalam perilaku yang ditujukan untuk memperbaiki atau menyembunyikan kelemahan yang dirasakan yang sulit untuk ditolak atau dikendalikan. Biasanya sering memeriksa cermin
  • Mencoba menyembunyikan kekurangan yang dirasakan dengan gaya, riasan atau pakaian
  • Terus-menerus membandingkan penampilan dengan orang lain
  • Sering mencari kepastian tentang penampilan dari orang lain
  • Memiliki kecenderungan perfeksionis
  • Mencari prosedur kosmetik dengan sedikit kepuasan
  • Menghindari situasi sosial

2. Apa penyebab dari body dysmorphic disorder?

Freepik/rawpixel.com

Sebenarnya tidak diketahui secara spesifik apa yang menyebabkan body dysmorphic disorder (BDD). Bahwa seperti banyak kondisi kesehatan mental lainnya, body dysmorphic disorder dapat terjadi akibat kombinasi masalah. Salah satunya mungkin karena pengalaman negatif tentang tubuh atau citra diri.

Diinformasikan dari Webmd, satu teori menunjukkan gangguan BDD melibatkan masalah dengan ukuran atau fungsi area otak tertentu yang memproses informasi tentang penampilan tubuh. BDD sering terjadi pada orang dengan gangguan kesehatan mental lainnya yang meliputi depresi berat dan kecemasan.

Meski begitu, kondisi ini diduga muncul akibat kombinasi dari beberapa faktor yang mungkin memengaruhi perkembangan atau memicu body dysmorphic disorder:

  • Pengalaman peristiwa traumatis atau konflik emosional selama masa kanak-kanak
  • Tingkat percaya diri yang rendah
  • Orang tua dan orang lain yang mengkritik penampilan orang tersebut

3. Bagaimana diagnosis body dysmorphic disorder?

Freepik/pressfoto

Merasa malu dan enggan memberitahu, ini sering menyertai BDD membuat diagnosisnya sulit diungkapkan. Artinya, banyak kasus BDD tidak dikenali. Dengan kata lain, body dysmorphic disorder sering kali sulit terdeteksi. Dimana banyak penderita merasa malu dan cenderung menyembunyikannya.

Namun dokter biasanya akan merujuk pasien yang berulang kali meminta operasi plastik ke psikiater. Lalu psikiater atau psikolog membuat diagnosis berdasarkan penilaian mereka terhadap sikap, perilaku dan gejala orang tersebut. Dokter kemungkinan akan memulai evaluasi mereka dengan riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik yang terfokus.

Dikutip dari My.clevelandclinic, sulit untuk mendiagnosis gangguan BDD. Hal itu karena orang sering merasa malu dan tertutup tentang perasaan dan gejalanya. Gangguan ini bisa luput dari perhatian selama bertahun-tahun. Banyak orang dengan gangguan dismorfik tubuh tidak menerima diagnosis.

4. Kapan harus ke dokter?

Freepik

Bahwa body dysmorphic disorder adalah kondisi kesehatan mental yang bisa mengganggu pekerjaan dan kehidupan sosial bagi penderitanya. Oleh sebab itu, mereka yang mengalami body dysmorphic disorder dapat berulang-ulang berkonsultasi dengan dokter. Hal ini untuk mencari tahu cara memperbaiki penampilannya.

Dokter mungkin akan menanyakan sejumlah pertanyaan tentang gejala dan bagaimana memengaruhi hidupnya. Bahkan juga bertanya apakah mereka pernah berpikir untuk menyakiti diri sendiri. Artinya, penilaian dan perawatan lebih lanjut perlu dilakukan. Jadi penting untuk diingat, sebaiknya tidak perlu merasa malu mengungkapkannya kepada dokter atau psikiater.

Diungkapkan oleh Mayoclinic.org, rasa malu tentang penampilan dapat mencegah kamu mencari pengobatan untuk body dysmorphic disorder. Tetapi jika memiliki tanda atau gejala, temui penyedia layanan kesehatan atau profesional kesehatan mental. Sebab BDD biasanya tidak membaik dengan sendirinya. Apabila tidak diobati, kondisi ini dapat memburuk dari waktu ke waktu, menyebabkan kecemasan dan depresi berat.

5. Bagaimana perawatan untuk body dysmorphic disorder?

Freepik

Sebenarnya tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah body dysmorphic disorder. Namun gejala BDD bisa membaik dengan pengobatan. Jika gejala relatif ringan, maka harus dirujuk untuk jenis terapi bicara yang disebut terapi perilaku kognitif (CBT).

Apabila memiliki gejala sedang, sebaiknya kamu harus ditawari CBT atau sejenis obat antidepresan. Ini disebut selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Sedangkan untuk gejala yang lebih parah atau perawatan lain tidak berhasil, kamu harus melakukan perawatan CBT bersama dengan SSRI.

Akan tetapi memulai pengobatan seperti di bawah ini mungkin akan bermanfaat:

  • Obat-obatan

Hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk mengatasi body dysmorphic disorder. Sementara jenis obat antidepresan serotonin-specific reuptake inhibitor (SSRI) dapat diberikan guna mengurangi pikiran dan perilaku obsesif pada pasien.

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif ini juga dapat dilakukan secara berkelompok. Khusus untuk kasus body dysmorphic disorder pada anak-anak dan remaja, terapi perilaku ini perlu melibatkan orang tua dan keluarga.

  • Terapi kelompok/keluarga:

Dukungan keluarga adalah kunci keberhasilan pengobatan. Anggota keluarga belajar memahami body dysmorphic disorder dan mengenali tanda dan gejalanya.

Itulah kelima fakta mengenai body dysmorphic disorder. Untuk mencegah komplikasi, deteksi dan penanganan dini perlu dilakukan sesegera mungkin.

Editorial Team