Menembus glass ceiling adalah hal yang tidak mudah tetapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan.
Laporan Grand Thornton pada 4 Maret 2021 menunjukkan, bahwa banyak perempuan yang menjabat posisi senior di perusahaan dalam skala global.
Direktur HR (Sumber Daya Manusia) merupakan posisi senior yang paling banyak diduduki perempuan pada 2021, yakni mencapai 38 %. Lalu, sebanyak 36 % perempuan menduduki jabatan sebagai Chief Finance Officer (CFO). Diikuti posisi Chief Executive Officer (CEO) mencapai 26 %.
Executive Director Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita berpendapat, mengubah realita ketimpangan gender memang sulit. Namun, bukan berarti tidak ada yang bisa diupayakan.
Menurutnya, salah satu strategi menembus fenomena glass ceiling di perusahaan, yakni dengan menghubungkan dalam kepentingan ekonomi.
"Selama ini kalau kita bicara soal isu kesetaraan gender atau isu perempuan itu masih dibawa ke dalam isu sosial, belum dibawa ke isu ekonomi. Kalau kita bawa itu ke isu ekonomi sebetulnya lebih relevan. Misalnya, bagaimana perusahaan berinvestasi pada perempuan dan punya pemimpin perempuan yang berpotensi meningkatkan kinerja bisnis," tegasnya.
Itulah seputar glass ceiling yang perlu diketahui. Untuk menghadapi fenomena glass ceiling ini, perempuan lebih berani dan percaya diri menunjukkan kinerjanya agar atasan juga dapat melihat bahwa ia mampu untuk menempati posisi yang lebih tinggi di perusahaan.
Penting juga untuk memperluas relasi (network) karena dengan memperluas relasi, semakin luas pula peluang untuk dapat membangun karier bahkan mungkin membangun bisnis baru.
Selain itu, selalu meminta feedback kepada atasan ataupun rekan tim atas pekerjaan yang telah dilakukan, ikut serta dan aktif dalam project-project di pekerjaan dan mencari mentor yang dapat mendukung dan berbagi ilmu serta pengalaman.
Tak bisa dimungkiri, glass ceiling adalah fenomena harus segera dihilangkan. Siapapun berhak mendapat jabatan tertinggi sesuai kemampuan, bukan?