Cara Institut Ibu Profesional Membuat Para Mama Jadi Lebih Berkualitas

Salut dengan niat mulia dari Septi Peni Wulandani nih, Ma!

20 Mei 2019

Cara Institut Ibu Profesional Membuat Para Mama Jadi Lebih Berkualitas
ibuprofesional.com

Setelah menikah, tak jarang seorang perempuan tidak hanya ingin berdiam diri di rumah sebagai seorang ibu rumah tangga saja. Berbagai kemampuan yang dimiliki serta latar belakang pendidikan membuat beberapa ibu rumah tangga ingin kembali bekerja untuk membantu suami sekaligus keuangan keluarga. 

Demi membuka jalan untuk kembali bekerja dan memiliki uang sendiri, tak jarang beberapa ibu rumah tangga masuk ke dalam komunitas tertentu. Institut Ibu Profesional termasuk salah satu komunitas yang memperdayakan perempuan menjadi pribadi lebih baik, positif dan menyalurkan bakat mereka. 

Institut Ibu Profesional yang dikelola Septi Peni Wulandani mendapatkan sebuah penghargaan kategori fellowship dari Facebook.

Facebook Community Leadership Program (FCLP) yang berhasil didapatkan seolah membukakan jalan sebagai salah satu komunitas yang menerima pelatihan serta funding dari Facebook dalam mengembangkan komunitasnya. 

Untuk Mama yang ingin mengetahui berbagai informasi mengenai Institut Ibu Profesional lebih banyak lagi, kali ini Popmama.com telah melakukan wawancara eksklusif bersama Septi Peni Wulandani. 

Semoga dari ceritanya, Mama bisa memetik banyak pembelajaran dibalik komunitas yang satu ini!

Disimak yuk, Ma!

1. Bagaimana latar belakang Institut Ibu Profesional berdiri?

1. Bagaimana latar belakang Institut Ibu Profesional berdiri
Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo

"Sejarah komunitas ini sebenarnya berbasis dari pengalaman saya sendiri ketika dulu sekolah TK, SD, SMP, SMA, kuliah biasanya langsung ingin kerja. Namun, ketika menikah terjadi perubahan yang sangat dashyat karena suami saya memiliki satu syarat agar anak-anak di rumah dididik langsung oleh ibunya. Bukan oleh orang lain, meskipun itu nenek dan kakeknya sendiri. Di tahun 1995 saya menikah dan sempat meninggalkan SK pegawai negeri yang dimiliki untuk menjadi seorang ibu rumah tangga," ucap Septi saat menjelaskan masa lalunya sebelum mendirikan komunitas Institut Ibu Profesional. 

Setelah 8 tahun berproses, Septi pun melihat bahwa kondisi menjadi ibu rumah tangga di Indonesia ternyata cukup berat. 

"Pertama, ibu rumah tangga termasuk masyarakat yang termarjinalkan karena dianggap sebagai profesi yang tidak diinginkan bahkan oleh kaum perempuan sendiri, sehingga banyak yang minder. Kemudian saya mulai berpikir mengenai bagaimana orang lain bisa menghargai profesi ini kalau diri sendiri saja tidak. Setelah 8 tahun berproses dan akhirnya pada 22 Desember 2011, saya mulai berbagi pengalaman kepada orang lain dengan catatan mungkin ada banyak pengalaman serupa dan saya merasa ingin menyelesaikannya," tambah Septi. 

Tepat pada 22 Desember 2011, Septi akhirnya pun membuka kelas offline terlebih dahulu di Salatiga dari mulai satu dan dua orang, kemudian semakin berkembang hingga 100 ibu rumah tangga yang terkumpul secara offline dari tahun 2011 sampai 2012. 

Menurut penuturan Septi saat diwawancarai, dirinya mengatakan pada tahun 2012 hingga 2015 kami akhirnya belajar mengunggahnya secara online. Diskusi yang awalnya offline akhirnya bisa diangkat juga dalam bentuk online, sehingga Septi dan para anggotanya pun berkomitmen untuk saling bertemu setiap hari Rabu dari jam 09.00 hingga 11.00 pada tahun 2015 lalu. 

Setelah semakin banyaknya anggota yang ingin masuk sampai 3500 anggota dari 11 titik kota di Indonesia, akhirnya pada tahun 2015 mulai mengembangkan komunitasnya di Facebook dan WhatsApp grup demi menjangkau semua kebutuhan banyak anggota.

Bahkan hingga tahun 2018 sebelum ikut FCLP, komunitas ini sudah mencapai 25.000 anggota ibu profesional yang tersebar di 57 kota Indonesia dan 10 negara. 

"Lalu setelah Institut Ibu Profesional mengikuti FCLP hingga tahun 2019 ini, jumlah anggota mengalami penambahan 3000 orang lain sehingga totalnya sudah 28.000," ucap Septi. 

Jumlah dari Institut Ibu Profesional ini tidak hanya didominasi oleh ibu rumah tangga saja, melainkan juga merangkul para ibu pekerja. 

Ibu Profesional ini hadir untuk menemani para perempuan yang berkiprah di ranah domestik maupun publik. Tujuannya untuk sama-sama saling belajar, tumbuh bersama dan saling menguatkan dalam proses mendidik anak-anak serta mengelola keluarganya. 

Editors' Pick

2. Kurikulum yang diterapkan terbagi dalam empat tahapan

2. Kurikulum diterapkan terbagi dalam empat tahapan
Unsplash/fotografierende

Ikut tergabung dalam sebuah komunitas tentunya ingin mendapatkan sebuah pengetahuan baru serta dampak positif. Untuk itu, perlu sekali memilih komunitas yang tepat sehingga tidak hanya menjadi ajang untuk berkumpul tanpa membuat diri sendiri berkembang.  

Begitu juga dengan Institut Ibu Profesional yang tidak hanya saling berdiskusi mengenai pengalaman dari sesama anggota saja, melainkan mendapatkan kurikulum tersendiri agar semakin berkembang. 

Perlu Mama ketahui bahwa kurikulum yang diterapkan oleh Septi Peni Wulandani ini terbagi menjadi 4 tahapan di antaranya:

  1. Tahap pertama "Bunda Sayang" mengajarkan bagaimana seorang perempuan memiliki ilmu untuk mendidik anak dengan mudah dan menyenangkan. Tahap ini seolah memperkenalkan bahwa menjadi orangtua adalah sesuatu yang menyenangkan. 
  2. Tahap kedua "Bunda Cekatan" mengajarkan bagaimana seorang perempuan bisa menjadi manager keluarga. Jika biasanya di rumah tangga menjadi seorang koki yang sering memasak di dapur, maka di tahap ini dinaikan kualitasnya menjadi manager gizi keluarga. Jadi, tidak hanya memasak saja tetapi bisa mengetahui nilai gizi serta berbagai manfaat dari segala asupan makanan yang telah diolahnya.
  3. Tahap ketiga "Bunda Produktif" mengajarkan bagaimana seorang perempuan bisa mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak serta keluarganya. Jika harus masuk atau bekerja di ranah publik, maka keluarga harus tetap menjadi prioritas pertama. 
  4. Tahap keempat "Bunda Sholeha" mengajarkan bagaimana keberadaan seorang perempuan di dalam sebuah keluarga bisa bermanfaat, baik untuk dirinya sendiri dan lingkungan. Di tahap ini akan diajarkan untuk belajar membawa sebuah perubahan terhadap orang lain.  

"Setiap tahap itu akan diterapkan kurang lebih satu tahun dengan total 12 kali tatap muka. Kemudian setiap pertemuan di hari Rabu memang akan dibahas secara detail. Sebelum tahapan atau kurikulum ini diberikan ke orang lain, saya menerapkannya terlebih dahulu di dalam keluarga," kata Septi saat diwawancarai Popmama.com secara eksklusif. 

Kurikulum yang telah dibuat keren sekali ya, Ma!

3. Setiap anggota komunitas bisa menginspirasi orang lainĀ 

3. Setiap anggota komunitas bisa menginspirasi orang lainĀ 
Freepik

Septi sempat menjelaskan bahwa kepercayaan diri setiap anggota di dalam dalam komunitasnya perlu ditingkatkan. Baik yang berkiprah di ranah domestik maupun publik untuk bisa saling belajar bersama. 

Tak jarang ibu yang bekerja di ranah domestik merasa iri terhadap yang menjalani ranah publik, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, Septi cukup mementingkan dalam melatih kepercayaan diri anggotanya menjadi lebih baik. 

“Meningkatkan kepercayaan diri sangatlah penting. Maka dari itu selalu diingatkan bahwa di manapun kalian berada, domestik atau publik semuanya terlihat keren tanpa perlu dibanding-bandingkan. Terkadang yang salah karena banyak yang menilai indikator sukses dari orang lain, bukannya menilai diri sendiri sehingga inilah yang membuat seseorang stres dan tidak percaya diri,” ucap Septi. 

Mengatasi permasalahan kepercayaan diri para anggotanya, Septi pun berusaha untuk membuat sebuah forum tersendiri baik secara online dan offline. Tujuannya untuk menceritakan kesuksesan diri sendiri kepada orang lain di dalam forum tersebut. 

Ada 3 hal yang bisanya akan ditampilkan dalam meningkatkan rasa percaya diri seseorang di dalam sebuah forum, yaitu: 

  • Menceritakan, sudah sesukses apa kalian di minggu ini? Tujuannya dengan harapan semua anggota menceritakan semua pengalaman kesuksesan masing-masing yang dicapai selama 1 minggu. 
  • Menceritakan, bagaimana cara mencapai kesuksesan itu?
  • Menceritakan, kesuksesan apa yang akan diraih minggu depan?

Septi menjelaskan bahwa forum ini juga akan dipandu oleh para fasilitator sebagai pendengar untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri para anggotanya agar jauh dari kata ‘minder’. Forum ini pun bisa membantu dalam memotivasi anggota lain agar bisa mencapai berbagai kesuksesan lain di dalam kehidupannya. 

“Sukses itu tidak perlu yang tinggi-tinggi karena sukses bisa dilihat dari hal sederhana,” tambah Septi.

Cara seperti ini tentu membentuk pikiran menjadi lebih positif tanpa perlu iri dengan kesuksesan orang lain karena diri sendiri pun bisa meraih kata sukses, meskipun dengan cara yang berbeda-beda.

4. Keinginan untuk merangkul tanpa membeda-bedakan

4. Keinginan merangkul tanpa membeda-bedakan
Pexels/Zun zun

Bagi Septi, semua ibu adalah ibu yang bekerja hanya saja tempatnya bisa berbeda-beda. Itulah sebuah prinsip dari Institut Ibu Profesional yang diterapkan kepada seluruh anggotanya.

Dengan adanya komunitas ini, Septi ingin membangun sebuah komunitas yang kuat demi kemajuan bersama. Ilmu pengetahuan baru dan pengalaman yang dimiliki perlu dibagi kepada orang lain agar bisa mengatasi berbagai masalah bersama, apalagi dengan saling mendukung satu sama lain di dalam sebuah komunitas. 

Selain itu, Facebook Community Leadership Program (FCLP) yang berhasil didapatkan oleh Institut Ibu Profesional dirancang tidak hanya untuk mendapatkan pendanaan saja. Namun, sangat membantu dalam bentuk pelatihan, bimbingan hingga pengarahan dari Facebook. 

Institut Ibu Profesional seolah tumbuh menjadi sebuah komunitas yang ingin meningkatkan kualitas diri sebagai seorang perempuan, seorang istri dan seorang orangtua di dalam keluarga. 

Melalui komunitas ini diharapkan semua perempuan bisa tumbuh bersama, belajar saling menguatkan melalui forum belajar yang dikelola secara online dan forum diskusi offline yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. 

Jika ingin bergabung ke dalam Institut Ibu Profesional yang lahir di kaki Gunung Merbabu ini bisa langsung mengunjunginya di Facebook.

Institut Ibu Profesional akan terus berkontribusi untuk Indonesia tanpa henti karena mendidik satu orang sama dengan mendidik satu generasi ke depannya. 

Yuk, mulai ikut bergabung dalam sebuah komunitas yang positif dan membuat diri sendiri berkembang!

Baca juga: 

The Latest