Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa kini nggak sedikit generasi millennial yang berusia 24-an bahkan kurang dari itu telah mengalami posisi terjepit, mengurus orangtua dan anak-anak.
Karakter mereka yang khas menambah tekanan bagi para millennial ketika menyandang posisi sebagai generasi sandwich.
"Milenial memiliki kecenderungan untuk terlibat langsung atau hands on, termasuk ketika mereka sudah berkeluarga. Mereka merasa lebih puas ketika bisa menyelesaikan sendiri suatu pekerjaan. Tak mengherankan millennial sandwich generation mengalami risiko kerentanan stres yang lebih besar lagi," lanjut Vera.
Masih dalam acara peluncuran Beko, Danesya Juzar, ibu dua anak dan pendiri komunitas Productive Mamas yang juga mewakili millennial sandwich generation.
Awal memiliki anak, ia merasa harus bisa menjadi sosok ibu sekaligus istri yang ideal, ia harus mampu mengerjakan semua tanggung jawabnya sendiri.
Mulai dari memandikan anak, membersihkan rumah, memasak makanan buat suami, ditambah dengan kewajibannya untuk memberi perhatian dan merawat orangtuanya.
"Lambat laun saya merasa 'idealisme' tersebut justru menguras fisik dan mental. Lebih-lebih ketika ada kejadian tak terduga seperti anak atau orangtua sakit, atau mesin cuci tiba-tiba rusak padahal baju kotor sedang menumpuk. Saya merasa semakin terpuruk karena merasa gagal," ungkap Danesya.
Apakah kamu mengalami hal yang sama dengan Mama Danesya?