Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Kemenkes Kolaborasi dengan Warga 1.jpg
Dok. Popmama.com/Nadhifa Fitrina

Intinya sih...

  • Kemenkes perkuat strategi penanggulangan TBC lewat kolaborasi

  • Stop TB partnership Indonesia perkuat komitmen melalui aksi nyata

  • Perempuan, anak, dan lansia sebagai fokus baru penanggulangan TBC

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tuberkulosis bukan hanya sekadar penyakit masa lalu, melainkan ancaman nyata yang tak mengenal zaman. Menurut Global TB Report 2024, TBC merenggut sekitar 10,6 juta nyawa setiap tahunnya. 

Ironisnya, Indonesia kini menjadi negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia. Pada tahun 2024, tercatat ada estimasi 1.090.000 kasus TBC di Tanah Air.

Fakta ini membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengambil langkah lebih serius. Karena itu, Popmama.com akan mengulas lebih lanjut terkait Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Kemenkes kolaborasi dengan warga.

1. Kemenkes perkuat strategi penanggulangan TBC lewat kolaborasi

Dok. Popmama.com/Nadhifa Fitrina

Kementerian Kesehatan RI menegaskan, bahwa melibatkan komunitas adalah bagian penting dari strategi nasional penanggulangan TBC. Dukungan warga dalam deteksi dini, edukasi, dan pendampingan pasien dinilai mempercepat eliminasi.

Peran dari warga tidak boleh berhenti di tengah jalan, melainkan harus terus didorong dengan dukungan pendanaan dan pelatihan. Dukungan masyarakat menjadi sangat krusial, terutama untuk mempercepat pencapaian target End TB Strategy dari WHO.

“Strategi nasional penanggulangan TBC saat ini menekankan pentingnya peran komunitas sebagai mitra utama,” ujar dr. Henry Diatmo. MKM, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia (STPI), pada Senin (28/04/2025).

2. Stop TB partnership Indonesia perkuat komitmen melalui aksi nyata

Dok. Popmama.com/Nadhifa Fitrina

Tak hanya pemerintah, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) juga mendorong komitmen multipihak melawan TBC. Beragam kegiatan digelar untuk memperkuat kolaborasi dengan komunitas lokal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat terdampak.

“Kita bicara soal komunitas bukan hanya soal partisipasi, tapi soal kekuatan advokasi yang nyata,” kata dr. Henry.

Sejak 2018, forum komunitas telah banyak berkontribusi, namun kini perlu diperkuat untuk mendukung strategi nasional dan target global. Dr. Henry juga menekankan pentingnya pendanaan untuk memperkuat komunitas, agar tidak hanya bergantung pada pemerintah.

3. Perempuan, anak, dan lansia sebagai fokus baru penanggulangan TBC

Freepik/Jcomp

Meski TBC lebih banyak menyerang laki-laki usia produktif, kini perhatian juga pada perempuan, anak-anak, dan lansia. Hal ini penting untuk mencegah generasi emas terbebani penyakit menular seperti TBC.

“Kita punya sekitar 200 ribu estimasi kasus TBC pada anak, dan ini angka merupakan yang tidak kecil,” kata dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Ketua Tim Kerja TBC, Kementerian Kesehatan.

Lebih lanjut, dr. Tiffany menekankan pentingnya mengidentifikasi anak-anak terpapar. Anak-anak yang sakit TBC harus segera diselamatkan, karena mereka merupakan masa depan bangsa.

4. Kemenkes dan STPI serukan kolaborasi untuk masa depan tanpa TBC

Dok. Popmama.com/Nadhifa Fitrina

Kemenkes dan STPI mengajak semua pihak untuk bersatu melawan TBC di tengah situasi global yang penuh tantangan. Tidak hanya pemerintah, komunitas, organisasi masyarakat sipil, bahkan individu pun didorong untuk aktif berpartisipasi.

"Kita butuh koalisi yang kuat, tidak cukup hanya pemerintah bergerak sendiri. Keberhasilan melawan TBC sangat bergantung pada seberapa kuat komitmen yang dibangun oleh seluruh elemen bangsa,” ujar dr. Betty Nababan, National Program Director PR Konsosium Penabulu STPI. 

5. Pencegahan TBC dimulai dari kesadaran masyarakat sejak dini

Dok. Popmama.com/Nadhifa Fitrina

Pencegahan TBC melibatkan investigasi kontak untuk mendeteksi penyebaran dan pendampingan pasien. Peningkatan kapasitas organisasi masyarakat sipil dan community outreach juga penting untuk memperluas edukasi kepada masyarakat.

Kemenkes bersama komunitas lokal juga mendorong upaya aktif untuk menemukan kasus laten melalui skrining rutin di daerah berisiko tinggi. Dengan semakin banyaknya kasus yang ditemukan, rantai penularan TBC pun dapat diputuskan lebih cepat.

Itu dia ulasan terkait Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, Kemenkes kolaborasi dengan warga. Dengan semangat kolaborasi, Indonesia bergerak cepat menuju masa depan tanpa TBC.

Editorial Team