Popmama.com/ Sandra Ratnasari
Notosuman adalah nama sepenggal jalan di Kota Solo. Di tempat inilah serabi Notosuman lahir. Kini jalan yang berganti nama menjadi Jalan Ahmad Yamin itu terdapat beberapa penjual serabi.
Mereka semua adalah keturunan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan yang mulai berjualan serabi sejak tahun 1932. Ada toko terbesar yaitu Serabi Notosuman Ny. Handayani dan Serabi Notosuman Ny. Lidia.
Kakak beradik ini memiliki resep serabi yang sama warisan orangtuanya. Hanya warna kertas pembungkusnya yang membedakan. Serabi Ny. Lidia dibungkus kertas berwarna hijau, sedangkan Ny. handayani dibungkus kertas warna oranye.
Serabi adalah kue berbahan dasar tepung beras, gula, dan santan. Adonan dipanggang di atas mangkuk ceper tanah liat dengan bara kompor. Hanya dua rasa yang dijual yaitu original dan cokelat yang membedakan hanyalah bubuhan meses di atas serabi.
Serabi Notosuman memiliki tektur lembut dan manis. Serabi ini juga memiliki ciri khas yaitu digulung daun pisang saat disajikan.
Popmama.com mengunjungi toko Serabi Notosuman Ny. Lidia di acara Jelajah Gizi Danone Indonesia dan Citilink.
Yohanes Krismanto, generasi keempat Serabi Notosuman menjelaskan bahwa untuk mempertahankan cita rasa warisan nenek moyangnya, hingga kini serabi buatannya hanya memakai tepung dari beras jenis cendani yang ditumbuk sendiri.
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, mengatakan serabi adalah makanan yang bisa menyumbangkan energi dengan segera karena kandungan karbohidrat yang cukup tinggi.
"Serabi seringkali menjadi camilan. Ini baik jika dimakan dalam jumlah yang terkontrol karena kalorinya cukup tinggi," kata Ahmad Sulaeman.