Yang paling menarik perhatian dari kehadiran mantan walikota Solo tersebut di Sidang Tahunan MPR tersebut adalah busana yang dikenakan. Jokowi datang dengan baju suku Baduy, atau juga dikenal dengan istilah pakaian adat urang Kanekes.
Dirinya tampil dengan pakaian serba hitam, mulai dari atasan, masker, dan celana. Tidak lupa juga hiasan kepala (udeng) berwarna biru, sandal hitam, dan tas rajut cokelat melengkapi pakaiannya.
Ini bukanlah yang pertama kalinya Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Indonesia. Tahun lalu, ia memakai pakaian ada Sabu khas Nusa Tenggara Timur. Namun kali ini, ia memilih busana urang Kanekes karena desainnya yang sederhana dan nyaman.
"Busana yang saya pakai ini adalah pakaian adat Suku Baduy. Saya suka karena desainnya yang sederhana simpel dan nyaman dipakai," ujar Jokowi.
Jika dilihat dengan saksama, busana hitam tersebut bukanlah sekadar pakaian adat suku Baduy saja, melainkan Baduy Luar. Warna hitam dimaknai sebagai "ketidaksucian" Baduy Luar yang telah terpapar dunia luar.
Namun pakar gestur dan ahli deteksi kebohongan Handoko Gani menyebutkan bahwa pakaian yang dikenakan Jokowi merupakan tanda pemenang.
"Simbol pemenang Covid. Salah satu suku yang bisa bertahan, bahkan denger-denger zero case (tidak ada kasus Covid-19). Simbol guyub kekeluargaan. Mengingatkan kita bahwa ini saatnya semakin mendekatkan diri pada keluarga dan lingkaran terdekat lainnya," ujar dia.
Di samping itu, busana urang Kanekes tersebut, menurut Handoko Gani, dapat dimaknai sebagai simbol keanekaragaman, kesederhanaan, dan keguyuban.
Itulah tadi informasi tentang Presiden Jokowi ajak bergotong royong di masa pandemi. Semoga di ulang tahun ke-76 Republik Indonesia ini, negara bisa menjadi lebih baik lagi dan segera sembuh dari jangkitan Covid-19.
Semoga informasi tadi bermanfaat ya, Ma!