Dok. Simfoni untuk Bangsa
Malam itu, Avip dkk mengajak penonton menelusuri jejak-jejak musik dan lagu yang membentuk identitas bangsa mulai dari tahun 1945-2025. Penonton diajak menikmati dan melihat bahwa musik bukan hanya hiburan, ada suara yang bertumbuh, bertahan, dan berubah bersama rakyatnya di setiap masa.
Musik yang ditampilkan meliputi lagu-lagu nasionalis yang di medley sebagai penggerak perjuangan bangsa di tahun 1945-1955. Disambung dengan musik yang mewakili perkembangan radio dan film di tahun 1955-1965.
Selanjutnya, musik yang ditampilkan di tahun 1965-1975 membangkitkan peran musik sebagai ruang paling jujur di tengah ketegangan politik. Disambung dengan musik yang mulai memasuki era romantis dan personal di tahun 1975-1985.
Kemudian, penampilan disambung dengan musik bergenre pop, rock, dan balada yang mulai hits di tahun 1985-1995. Musik yang mewakili tahun 1995-2005 membangun suasana ruang musik yang kolektif dan independen, dimana penonton diajak bernostalgia dengan lagu yang hits di zaman tersebut.
Pada dekade ketujuh yang menandai kebangkitan era digital tahun 2005-2015, musik yang dibawakan sudah menjadi bagian sehari-hari. Pada dekade terakhir yakni tahun 2015-2025, penampilan menandakan generasi hari ini sadar pentingnya ruang ekspresi yang dilampiaskan lewat karya.
Penampilan juga semakin meriah dengan beberapa lagu tambahan yang mengajak penonton bernyanyi dan berjoget ria. Konser Simfoni untuk Bangsa ini menjadi perjalanan lintas generasi untuk membuat musik Indonesia semakin hidup dan variatif.
Itu dia penjelasan mengenai konser Simfoni untuk Bangsa rayakan 8 dekade musik Indonesia. Seru ya, penonton diajak jelajah musik lintas waktu!