Dermawan menambahkan, terdapat beberapa macam bentuk pornografi anak, diantaranya:
- Child Sexual Abuse Material (CSAM),
- Grooming Online untuk Tujuan Seksual, Sexting,
- Sextortion (Pemerasan Seksual),
- Siaran Langsung Kekerasan Seksual terhadap Anak.
Pendiri Kakatu, Muhamad Nur Awaludin atau yang akrab disapa “Kak Mumu” bercerita bahwa saat ini teknologi telah merubah pola hidup masyarakat, termasuk anak-anak.
Hal ini bisa kita lihat, ketika anak-anak baru bangun tidur, yang mereka lihat adalah gawai mereka.
Ia juga mengatakan bahwa pornografi dapat merusak bagian depan otak anak atau Pre Frontal Cortex yang berfungsi untuk mengontrol diri dan merencanakan masa depan. Tahapan pornografi adalah dari melihat, meningkatkan level pornografi, dan akhirnya meniru apa yang mereka lihat.
Mungkin sulit untuk bisa melakukan sterilisasi konten pornografi, namun kita bisa memberikan imun kepada anak kita. Hal tersebut bisa kita lakukan dengan cara menumbuhkan edukasi dan kontrol diri pada anak dari gawai.
Contohnya adalah ketika anak secara tiba-tiba melihat konten pornografi pada gawai, maka ajarkan mereka untuk menekan tombol back, home, scroll, atau menutup mata mereka.
Senada dengan Dermawan dan Muhamad, seorang Psikolog, Mona Sugianto mengatakan bahwa orang tua merupakan terapis terbaik bagi anak – anak ketika mereka terpapar pornografi.
Ketika anak telah terpapar pornografi, berikan mereka kegiatan alternatif agar mereka tidak melakukan pelarian ke konten pornografi.
“Janganlah memarahi anak-anak ketika mereka terpapar konten pornografi. Namun buatlah kesepakatan antara orang tua dan anak terkait penggunaan gawai atau teknologi lainnya. Berikanlah mereka kepercayaan, namun tetap diiringi dengan komunikasi antara orang tua dan anak yang baik,” tutup Darmawan.