Dalam laporan Deloitte itu, banyak konsumen sudah mulai biasa menggunakan teknologi untuk pemantauan kesehatan mereka.
Selain itu, selama pandemi Covid-19 ini juga konsumen banyak menggunakan kunjungan virtual lebih dari sebelumnya dan berencana untuk terus menggunakannya. Tecatat oleh Deloitte, kunjungan virtual naik dari 15% menjadi 19% dari 2019 ke awal 2020. Angkanya melompat naik ke 28% pada April 2020. Bahkan sebelum Covid-19, adopsi konsumen terhadap kunjungan virtual semakin meningkat sejak 2018.
Halodoc, salah satu pemain telemedis di Indonesia rupanya mengalami hal serupa. Banyaknya masyarakat yang berpindah mengakses layanan kesehatan lewat digital membuat med app ini terus mengembagkan layananannya dari waktu ke waktu.
Melihat setahun ke depan, Jonathan Sudharta, CEO & Co-Founder Halodoc mengaku akan terus melakukan dan menemukan inovasi baru. Tentunya ini adalah upaya untuk mendukung layanan kesehatan bisa diakses lebih luas oleh masyarakat.
"Kalau kita lihat, pada dasarnya memang Halodoc punya satu mantra kalau kita melihat setiap masalah yang dialami pasien. Banyak tantangan yang dihadapi oleh ekosistem kesehatan saat ini karena adanya new normal karena pandemi ini. Halodoc selalu berusaha menyelesaikan market pain yang merupakan bagian dari solusi kebutuhan pasien, jadi memang akan ada fitur-fitur baru yang akan terus di-update," jelas Jonathan.
Itulah tadi informasi mengenai perkembangan telemedis yang membantu pelayanan kesehatan lebih luas bisa diakses oleh masyarakat.
Semoga ini menjadi momentum bagi seluruh pihak di Indonesia ya, Ma. Bahwa pelayanan kesehatan harusnya bisa diakses dengan mudah oleh siapa pun.