Mengenal Alegria Wolter, Dokter Transpuan Pertama di Indonesia

Salah satu dokter yang menawan ini menceritakan semua kisahnya waktu ia kecil. Ia mengatakan bahwa ia memang terlahir sebagai seorang laki-laki. Sampai suatu hari di mana Alegra berlibur bersama keluarganya ke Bali. Ia melihat bunga-bunga di sebuah taman hingga dirinya menyukai bunga-bunga itu dengan pembawaannya yang feminim.  

Alegra merasakan dirinya yang berbeda, hingga akhirnya saat dewasa ia mengerti bahwa ia mengalami Dysphoria Gender. Disforia gender adalah istilah yang menggambarkan perasaan tidak nyaman yang mungkin dimiliki seseorang karena ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dan identitas gendernya. Perasaan tidak nyaman atau ketidakpuasan ini mungkin begitu kuat sehingga dapat menyebabkan depresi dan kecemasan dan berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari, demikian dilansir dari nhs.uk. 

Alegra pernah mendapatkan ejekan dari teman-temannya karena perbedaan yang dirasakan serta sifat feminimnya. Ia sampai pernah mengalami depresi, kejang absans dan ia dibawa ke psikolog oleh keluarganya untuk menjalani pengobatan. 

Namun, usahanya ke psikolog tidak efektif sampai suatu hari ia dibawa ke dokter dan ia disuntikan hormon testosteron. Pengalamannya itu membuat dia jadi lebih depresi. Ia tetap merasakan identitas dirinya adalah perempuan tapi malah diberi hormon yang memaskulinisasi.  

Alegra memiliki cita-cita atau keinginan menjadi seorang dokter karena pengalamannya yang banyak membuatnya trauma. Ia yakin dengan menjadi dokter, ia bisa membantu banyak orang.  

Kemudian, ia menempuh pendidikannya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Atmajaya pada tahun 2018. Pada masa kuliahnya, ia memutuskan untuk bertransisi untuk menjadi dirinya sendiri. Hingga akhirnya, ketika wisuda Alegra menggunakan kebaya dan merasakan dirinya yang sebenarnya. 

Mulai tahun 2018, Alegra aktif dalam beberapa organisasi yang berfokuskan pada hak LGBT dan kesehatan terutama dalam isu HIV. Ia masuk dalam organisasi Suara Kita, GWL-INA, dan Sanggar Swara. Pada tahun 2018 sampai 2019, ia menjabat sebagai co-facilitator dan peneliti di PUI-PT PPH Pusat Unggulan Kebijakan Kesehatan dan Inovasi Sosial.  

Dan saat ini, Alegra bekerja sebagai Pratnership Manager di Docquity Indonesia dan berpraktik paruh waktu sebagai dokter umum di Klinik Angsamerah. Selain itu, ia juga masih aktif terlibat sebagai Board Advisor dalam organisasi Suara Kita.  

Dengan profesinya sebagai dokter, Alegra ingin berusaha memperjuangkan sistem kesehatan di Indonesia untuk lebih inklusif. Ia berharap ke depannya transgender bisa merasa lebih nyaman mengakses layanan kesehatan tanpa khawatir dihakimi.  

Alegra juga mengatakan bahwa perlu ada intervensi kebijakan untuk mencapai layanan yang inklusif, yang bisa dimulai dengan melepaskan stigma buruk terhadap transgender.  

Nah itu dia Ma, beberapa cerita mengenal Alegra Wolter, dokter transpuan pertama di Indonesia. Sangat menarik ya, Ma!