Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Instagram.com/ruben_onsu
Instagram.com/ruben_onsu

Presenter kondang Ruben Onsu mengumumkan ke publik bahwa dirinya menderita penyakit lesi otak. Kabar kurang menyenangkan tersebut disampaikannya sendiri saat menjadi bintang tamu di sebuah acara televisi.

"Kemarin aku sudah MRI, ada bercak-bercak putih di bagian otak," tutur Ruben di salah satu reality show yang dipandu Irfan Hakim dan Raffi Ahmad, dikutip dari YouTube Trans7 Official, Selasa (19/7/2022).

Ruben mengaku penyakit itu membuat tubuhnya drop saat berasa di ruangan bersuhu dingin. Pandangannya kabur dan tubuhnya kaku jika dibiarkan terlalu lama berada di ruangan dingin.

Mama penasaran apa itu lesi otak? Berikut Popmama.com rangkumkan untuk kamu fakta seputar penyakit lesi otak yang diderita Ruben Onsu.

1. Pengertian lesi otak

Pexels/Anna Shvets

Lesi merupakan area jaringan yang telah rusak karena cedera atau penyakit. Jadi lesi otak adalah area cedera atau penyakit di dalam otak.

Lesi otak biasanya terlihat pada tes pencitraan otak, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computerized Tomography (CT). Pada pemindaian CT atau MRI, lesi otak muncul sebagai bintik gelap atau terang yang tidak terlihat seperti jaringan otak normal. Biasanya, lesi otak adalah temuan insidental yang tidak terkait dengan kondisi atau gejala yang mengarah pada tes pencitraan.

Memahami lesi otak merupakan hal yang rumit, karena jenis dan tingkat keparahannya bermacam-macam. Ada lesi yang kecil hingga besar, dengan keparahan yang relatif kecil sampai ada yang bisa mengancam nyawa.

2. Penyebab terjadinya lesi otak

Pexels/Cottonbro

Lesi otak dapat disebabkan karena banyak faktor. Beberapa faktor risikonya antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan lesi otak
  • Gangguan pada pembuluh darah, seperti stroke, tekanan darah tinggi, dan aneurisma arteri serebral.
  • Trauma pada otak yang menyebabkan pendarahan internal
  • Infeksi, kuman, atau bakteri berbahaya di otak. Ini dapat menyebabkan penyakit seperti meningitis dan ensefalitis.
  • Tumor yang dimulai di otak (tumor primer) atau menyebar ke sana (metastasis) melalui pembuluh darah atau limfatik.
  • Penyakit autoimun, seperti lupus dan multiple sclerosis.
  • Plak, atau kelebihan protein abnormal yang menumpuk di jaringan otak atau di pembuluh darah, memperlambat suplai darah ke otak.
  • Paparan radiasi atau bahan kimia tertentu
  • Racun, seperti alkohol atau asap rokok dalam jumlah berlebihan, di dalam tubuh.
  • Pola makan yang buruk, terutama makan makanan dengan lemak dan kolesterol berlebih.

3. Gejala lesi otak

Pexels/Meo

Gejala lesi otak bervariasi tergantung pada jenis lesi, luasnya, dan di mana ditemukan. Setiap orang berbeda dan gejalanya akan bervariasi. Namun, banyak lesi mungkin berada di area otak yang tidak menimbulkan gejala.

Gejala khasnya antara lain:

  • Sakit kepala biasanya merupakan gejala pertama yang muncul pada penderita lesi otak. Rasa sakit muncul tiba-tiba dan memburuk seiring berjalannya waktu. Obat yang dijual bebas biasanya tidak mengurangi rasa sakit.
  • Sakit atau kaku di leher.
  • Mual, muntah, dan kurang nafsu makan.
  • Perubahan suasana hati, kepribadian, perilaku, kemampuan mental, dan konsentrasi.
  • Gerakan terganggu, jika lesi memengaruhi bagian otak yang bertanggung jawab untuk keterampilan motorik
  • Ketidakmampuan untuk membuat keputusan cepat, dan agitasi.
  • Keterlambatan bicara, penglihatan kabur, dan gangguan pendengaran.
  • Gerakan bagian tubuh yang tidak disengaja, yang dapat berkembang menjadi kejang pada kasus yang parah.
  • Kehilangan memori dan kebingungan
  • Kejang dan demam.

4. Cara mengobati lesi otak

Pixabay/Gerd Altmann

Pengobatan untuk lesi otak bervariasi pada setiap kasus, tergantung pada jenis lesi, lokasi, dan penyebabnya.

Biasanya obat-obatan dapat digunakan untuk mengobati penyebab yang mendasarinya. Pembedahan dapat menjadi pilihan dalam beberapa kasus, seperti kerika lesi disebabkan oleh tumor otak.

Itulah fakta seputar penyakit lesi otak yang diderita Ruben Onsu. Semoga lekas sembuh, Ruben!

Editorial Team