Ahli virologi WHO, Jairo Mendez-Rico mengatakan, ada kemungkinan menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi.
Masih perlu penyelidikan lanjutan, belum memiliki cukup data yang dapat diandalkan untuk membandingkan varian virus Gamma (P.1) atau varian virus Delta (B.1.617.2).
Mendez pun menambahkan bahwa pihaknya tidak melihat virus varian Lambda ini lebih agresif daripada virus varian lainnya.
Pablo Tsukayama, seorang ahli virologi dari Cayetano Heredia University dari Lima,Peru menyebutkan kecepatan dari varian virus Lambda ini mengalahkan virus varian Gamma yang sudah menyebar dan mendominasi kasus infeksi nya ke negara Brazil.
Tsukayama mengetahui hal ini dikarenakan beliau telah melakukan pelacakan dan identifikasi selama berbulan-bulan terhadap virus varian Lambda ini, kecepatannya varian Lambda ini lebih tinggi daripada varian yang dianggap jauh lebih berbahaya oleh WHO.
"Dengan 187.000 kematian dan tingkat kematian tertinggi di dunia, kami adalah negara yang paling berjuang dalam hal Virus Corona. Oleh karena itu,mungkin tidak mengherankan bahwa varian baru telah dimulai." Ujar Tsukayama kepada DW News.
WHO menyebutkan bahwa varian Lambda telah dikaitkan dengan tingkat substantif penularan komunitas di banyak negara, dengan peningkatan prevalensi dari waktu ke waktu bersamaan dengan peningkatan insiden Covid-19. Virus varian Lambda ini dimasukkan ke dalam VOI karena adanya peningkatan prevalensi di Amerika Selatan.
WHO menyebutkan, garis keturunan dari virus Lambda ini memiliki mutase yang dapat mungkin bisa meningkatkan penularan atau memperkuat ketahanan virus terhadap antibodi.
Akan tetapi,bukti mengenai kedua hal tersebut diatas masih sangat terbatas. Sehingga diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami varian Lambda dengan lebih baik.