Inggit Garnasih, Perempuan yang Sukses Mendampingi Soekarno dari Bawah

Sang ratu di hati proklamator

8 April 2021

Inggit Garnasih, Perempuan Sukses Mendampingi Soekarno dari Bawah
wikipedia.org

Nama Inggit Garnasih tidak sepopuler Fatmawati, yang dikenal sebagai istri Soekarno. Dia merupakan istri Soekarno yang menampingi sang proklamator dari bawah.

Kisah cinta dan perjuangannya membuat masyarakat takjub. Atas nama cinta terhadap seorang laki-laki dan bangsanya.

Dari jurnal ilmiah yang dirilis oleh Unpad.ac.id, Inggit Garnasih dilahirkan pada tanggal 17 Februari 1888 di Desa Kamasan, Banjaran, Kabupaten Bandung.

Dia lahir dari keluarga petani sederhana. Ayahnya bernama Arjipan. Ibunya bernama Amsi. Inggit memiliki dua saudara, Natadisastra dan Murtasih. Pendidikannya hanya diperoleh di Madrasah Ibtidaiyyah (setingkat sekolah dasar).

Sewaktu kecil, dia sering dibawa ibunya ke pasar. Tampaknya, pengalamannya ini memengaruhi jiwa Inggit Garnasih yang memiliki semangat entrepreneurship di masa kemudian.

1. Arti nama yang indah

1. Arti nama indah
POpbela.com

Inggit Garnasih berparas cantik. Itulah sebabnya ia banyak disukai kawan-kawannya. Nama anak itu sebenarnya Garnasih. Nama diminutif untuk Hegar dan Asih. Hegar berarti segar dan Asih berarti cinta.

Karena kecantikannya inilah, dia bagaikan sekuntum bunga mekar yang senantiasa
dirubungi kumbang jantan yang berhasrat menghisap sari madunya. Untuk menunjukkan perhatiannya kepada si gadis cantik itu, banyak laki-laki yang mahugi (memberi hadiah dengan harapan mendapat balasan cinta) berupa uang, bahkan banyak yang mahugi hingga satu ringgit (2,5 rupiah).

Dari kejadian-kejadian itulah Garnasih dijuluki Si Ringgit. Nama julukan inilah, yang selanjutnya menjadi Inggit, yang kemudian menempel di depan nama Garnasih. Jadilah Inggit Garnasih.

Editors' Pick

2. Mendukung pendidikan Soekarno

2. Mendukung pendidikan Soekarno
Wikipedia

Bung Karno bisa menamatkan studinya di THS, sehingga memeroleh gelar insinyur Teknik Sipil, di sana terdapat jasa Inggit Garnasih yang bukan hanya men-support secara moral dan spirit, tapi juga materialnya.

Gelar keinsinyuran Bung Karno, cukup efektif memosisikan dirinya dalam status sosial yang tinggi, dan itu menjadi salah satu modal perjuangannya. Inggit Garnasih merasa bahwa keberhasilan studi suaminya ini adalah keberhasilannya juga, 

"Aku merasa aku bukan perempuan sembarangan. Aku telah membuktikannya. Aku selamat mendampinginya sampai di tempat yang dituju. Tujuan yang pertama tercapai sudah. Dia lulus dengan membuat sebuah rencana pelabuhan, dan meraih gelar insinyur sipil. Sungguh aku bersujud di depan-Nya. Bersyukur doa-doaku rupanya didengar-Nya dan sembahyang-sembahyangku diterima-Nya (Ramadhan K.H., 1981: 50)."

3. Rumah Inggit Ganarsih menjadi tempat berkumpul

3. Rumah Inggit Ganarsih menjadi tempat berkumpul
(Dok.Perpustakaan Nasional)

Bila Bung Karno berhasil mendirikan partai politik, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, di sana pun terdapat jasa Inggit Garnasih. Sejak Inggit menjadi istri Bung Karno, rumah tempat tinggalnya – di Jalan Ciateul, di Gang Jaksa, di jalan Pungkur No. 6, di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika), dan tahun 1926 kembali lagi ke Jalan Ciateul – direlakan untuk jadi tempat berkumpulnya para mahasiswa dan pemuda.

Di sanalah mereka berdiskusi, mengagas masa depan bangsanya. Rumah itu laiknya kawah candradimuka, tempat menggodog gagasan-gagasan cemerlang mengenai masa
depan Indonesia. Inggit Garnasih dengan suka rela, bukan hanya menyediakan ruang spasial, tapi merogoh sakunya menyediakan makanan dan minuman supaya para pejuang muda ini tetap enerjik berjuang untuk negerinya.

Tidak jarang terjadi ketika diskusi semakin memanas, penuh emosi, dan nyaris tidak terkendali Inggit Garnasih berperan menengahinya, meski hanya dengan “berdehem”, atau menginterupsinya dengan menyodorkan kopi dan lalawuh-nya.

4. Dukungan Psikologis

4. Dukungan Psikologis
Wikipedia

Beberapa kali Soekarno dipenjara, Inggit setia mendampingi. Dia selalu membesuk,
juga memikirkan kebutuhan otak Bung Karno.

Perjuangan Inggit untuk meringankan beban psikologis Sukarno diwujudkan dengan berbagai strategi. Inggit membantu Sukarno dengan membawa uang yang diselipkan dalam makanan.

Dengan uang itu, Sukarno dapat mengambil hak-hak istimewa sebagai seorang tahanan: dapat membujuk penjaga untuk membelikannya koran, membolehkannya membaca buku-buku di perpustakaan.

Untuk bisa menyelundupkan bukubuku dari Mr. Sartono ke penjara, Inggit harus berpuasa selama tiga hari agar buku yang ditaruh di perutnya di balik kain kebayanya itu tidak tampak sehingga akan menimbulkan kecurigaan para penjaga (Nuryanti,2007: 157; Hadi, 2000: 29)
 

5. Sayang berujung diceraikan

5. Sayang berujung diceraikan

Selama 20 tahun usia pernikahan (1923-1943) Inggit Garnasih dengan Bung Karno identik dengan penderitaan, perjuangan, air mata, penjara, dan pembuangan. Padahal di periode inilah Bung Karno dibentuk, dimatangkan, berbekal diri dengan mental, spiritual dan intelektual, yang kesemua itu menjadi modal bagi prestasi-prestasi Bung Karno kemudian.

Selama usia pernikahan yang 20 tahun itu, sebagai seorang istri, Inggit Garnasih bahkan bukan hanya sebagai ibu, istri, dan teman, tapi juga tulang punggung dan tangan kanan ekonomi keluarga.

Seluruh pengorbanannya selama 20 tahun, berujung dengan perceraian. Inggit Garnasih dikembalikan oleh Bung Karno kepada keluarganya di Bandung dengan secarik kertas talak.

Di balik laki-laki yang sukses, ada sosok perempuan hebat yang mendampingi.

Baca juga:

The Latest