Ukuran Mr.P Mengecil Akibat Polusi, Sperma yang Dihasilkan Tak Layak?

Dalam penelitian menghasilkan bahwa polusi membahayakan masa depan umat manusia!

30 Maret 2021

Ukuran Mr.P Mengecil Akibat Polusi, Sperma Dihasilkan Tak Layak
Unsplash/Louis Hansel

Penelitian menunjukkan bahwa banyak pria menginginkan penis yang lebih besar. Melansir dari Healthline, panjang rata-rata Mr.P saat ereksi adalah 10-16 sentimeter.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam Journal of Urology melaporkan bahwa ukuran Mr P saat lemas adalah 8,8 hingga 10 sentimeter dan saat ereksi adalah 13 sampai 14,2 sentimeter.

Namun sebuah penelitian baru meresahkan, menyebutkan ukuran Mr.P makin kecil akibat polusi. Salah satunya, karena penggunaan zat pada plastik yang dirangkum oleh Popmama.com!

1. Akibat bahan kimia

1. Akibat bahan kimia
Freepik/Naypong

Melansir dari The Sky, ilmuwan Dr Shanna Swan telah menemukan bahwa bahan kimia yang disebut phthalate menyebabkan bayi dilahirkan dengan alat kelamin yang cacat.

"Penis menyusut dan alat kelamin menjadi cacat karena polusi," tulis ilmuwan lingkungan.

Editors' Pick

2. Bahaya untuk umat manusia

2. Bahaya umat manusia
Pexels/andrea-piacquadio

Dia juga memperingatkan hal tersebut dalam buku yang merinci tantangan yang dihadapi reproduksi manusia.

Salah satunya, alat reproduksi kecil mengancam keberadaan umat manusia. Dengan Mr.P yang telah terpapar bahan kimia, kemampuannya juga disebut mulai berkuranh.

Dr Shanna Swan menulis bahwa umat manusia menghadapi "krisis eksistensial" dalam tingkat kesuburan.

Phthalate, bahan kimia yang digunakan ketika pembuatan plastik yang berdampak pada sistem endokrin penghasil hormon.
 

3. Mengubah perkembangan reproduksi laki-laki dan perempuan

3. Mengubah perkembangan reproduksi laki-laki perempuan
Pixabay/flamingoboxers

Dalam buku Dr Swan berjudul Count down, memeriksa "Bagaimana dunia modern kita mengancam jumlah sperma, mengubah perkembangan reproduksi pria dan wanita, dan menghilangkan masa depan ras manusia.

"Kemanusiaan menghadapi krisis kesuburan," kata Dr Swan.

4. Hasil penelitian

4. Hasil penelitian
Pixabay/Robert-Owen-Wahl

Penelitian Dr Swan dimulai dengan memeriksa sindrom phthalate. Subjek penelitian pada tikus yang menemukan bahwa ketika janin terpapar bahan kimia, mereka cenderung dilahirkan dengan alat kelamin yang menyusut.

Dia menemukan bahwa manusia yang telah terpapar phthalate di dalam rahim memiliki jarak anogenital yang lebih pendek. Hal itu berkorelasi dengan volume penis.

Industri modern dalam membuat plastik, membuat kehidupan jadi lebih fleksibel dan mudah. Namun zat tersebut ditransmisikan ke mainan dan makanan dan kemudian membahayakan perkembangan manusia.

5. Mengganggu hormon

5. Mengganggu hormon
Pexels/Andrea Piacquadio

Phathalates meniru hormon estrogen dan dengan demikian mengganggu produksi hormon alami dalam tubuh manusia. Juga dalam perkembangan seksual pada bayi dan perilaku pada orang dewasa.

Dr Swan, yang merupakan profesor dalam pengobatan lingkungan dan kesehatan masyarakat di Rumah Sakit Gunung Sinai di New York. Satu studi yang diterbitkan pada 2017 menemukan bahwa tingkat sperma di antara laki-laki di negara-negara barat telah turun lebih dari 50% selama empat dekade terakhir setelah memeriksa 185 studi yang melibatkan hampir 45.000 pria sehat.

Dr Swan percaya bahwa tingkat kesuburan yang menurun dengan cepat berarti bahwa kebanyakan pria tidak akan dapat menghasilkan sperma yang layak pada tahun 2045.

Oleh karena itu, mulai jaga lingkungan untuk mengurangi polusi atau penggunaan plastik.

Baca juga:

The Latest