Kisah Orangtua dan Korban Selamat Akibat Susur Sungai Sempor

Duka mendalam orangtua korban dan korban selamat kegiatan susur sungai

25 Februari 2020

Kisah Orangtua Korban Selamat Akibat Susur Sungai Sempor
Instagram.com/BeritaJateng

Acara sekolah susur sungai di Sungai Sempor, Turi, Sleman yang menjadi perbincangan beberapa waktu lalu kini menemukan titik terang, tim SAR resmi menutup pencarian setelah menemukan jenazah korban terakhir pada Minggu (23/02) lalu.

Setelah mengetahui bahwa 10 siswa tewas akibat terbawa arus di Sungai Sempor, seluruh korban kini telah selesai diidentifikasi dan dimakamkan pada Minggu (23/02).

Seperti yang telah ramai diberitakan sebelumnya, sebanyak 249 siswa kelas 7 dan 8 SMP Negeri 1 Turi yang mengikut kegiatan susur sungai pada Jumat (21/2) sore itu hanyut di Sungai Sempor. Dari jumlah terebut, sebanyak 239 berhasil selamat dan 10 meninggal dunia.

Meninggalkan banyak duka mendalam di keluarga korban, berikut kisah orangtua yang anaknya tewas akibat derasnya arus Sungai Sempor.

Berikut berita tragedi susur Sungai Sempor yang telah Popmama.com rangkum.

1. Ditinggal anak tunggal

1. Ditinggal anak tunggal
Instagram.com/BeritaJateng

Usai penemuan jenazah terakhir korban susur sungai ini, Hestiwartini, Mama dari Yasinta Bunga Maharani merasa sangat kehilangan atas kepergiaan anak semata wayangnya. 

Hestiwartini sangat terpukul atas kepergiaan anak semata wayangnya yang hadir setelah 15 tahun penantian dengan sang suami, kini harus pergi mendahului mereka.

Mama satu orang anak yang berusia 52 tahun itu berkisah bahwa ia merasa gelisah karena cuaca Jumat petang saat itu cukup gelap dan hujan, tetapi Bunga belum juga tiba di rumah.

Ketika ia dan sang suami mencari kabar anaknya ke sekolah, barulah ia mengetahui kecelakaan dalam kegiatan susur sungai tersebut.

Saat pencarian korban, ia dan suami sempat diberi kabar bahwa ditemukan korban yang tersangkut di pepohonan, namun malang ternyata korban yang ditemukan sebelumnya bukanlah anak mereka.

Editors' Pick

2. Cerita dari korban selamat

2. Cerita dari korban selamat
Dok. IDN Times/Siti Umaiyah

Berbeda dengan duka orangtua korban yang kehilangan nyawa anaknya, Rafi (13) yang merupakan korban selamat kegiatan susur sungai itu menceritakan bagaimana ia bisa selamat dari derasnya Sungai Sempor saat itu.

Rafi bercerita bahwa mereka memulai sungai ke arah hulu atau melawan arus, saat itu tinggi air tak lebih dari 30 sentimeter.

Rafi juga mengaku dirinya ada di rombongan belakang, menyusul kelompok siswa perempuan yang telah lebih dulu berangkat.

Namun naas, ditengah pejalanan air muka sungai naik begitu cepat dan tiba-tiba sehingga Rafi dan kawan lainnya panik. Meskipun sempat terbawa arus air, Rafi berhasil naik ke sebuah batu besar di tengah aliran sungai bersama enam teman lainnya.

Saat mengamankan diri, Rafi juga mengaku melihat ada banyak temannya yang turun terseret arus air, tatapi karena ia merasa takut dan terlalu bersiko, membuat ia tidak bisa menolah teman-temannya.

Cukup lama menunggu dan berteriak meminta bantuan, warga sekitar pun datang membawa tali untuk menolong Rafi dan teman-temannya yang selamat untuk dibawa ke tepi sungai.

3. Trauma yang dialami korban selamat

3. Trauma dialami korban selamat
wyattthewonderdog.com

Rafi yang menjadi salah satu korban selamat juga harus dengan susah payah menceritakan ulang kejadiaan buruk yang telah menimpa dirinya dan teman-teman lainnya, insiden tersebut menyisakan trauma bagi anak laki-laki berusia 13 tahun itu.

Bagaimana tidak, ia melihat sendiri bagaimana teman-temannya harus berjuang bertaruh nyawa dari derasnya air sungai kala itu.

Ada yang berpegang pada batu, berpegangan akar atau cabang pohon di tepi sungai untuk bertahan dari derasnya air.

Untuk mengatasi trauma Rafi dan teman-teman lainnya yang selamat dari insiden Sungai Sempor, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman menyediakan tenaga konseling bagi siswa dan orang tua. Sejumlah relawan sejak Sabtu (22/2) telah berada di SMP N 1 Turi untuk membantu korban dan keluarganya yang membutuhkan bimbingan psikologis.

Mulai hari Senin (24/2) kemarin, seluruh siswa yang selamat mengikuti penyembuhan trauma di sekolah. Kegiatan trauma healing ini dilakukan bersamaan dengan proses belajar mengajar.

4. Tata krama saat bertemu dengan korban musibah

4. Tata krama saat bertemu korban musibah
Instagram.com/BeritaJateng

Segala sesuatu yang melibatkan diri kita sendiri dan orang lain tentu ada etika atau tata kramanya. Termasuk tata krama ketika menemui korban musibah, termasuk korban selamat atau keluarga korban tragedi susur Sungai Sempor ini.

Meski ingin menunjukkan rasa duka dan empati, tetap ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak menguak trauma yang berkepanjangan.

Apa yang sepantasnya dilakukan?

Perhatikan kondisi kesehatan keluarga atau korban yang hendak ditemui

Apakah korban masih memiliki luka di tubuhnya? Apakah waktu istirahatnya cukup? Apakah kondisinya sudah pulih? Hal ini harus benar-benar diperhatikan.

Bertanya dalam batas wajar

Lihat kembali apakah keluarga atau korban bersedia menceritakan kronologi peristiwa yang dialaminya atau tidak. Ada orang yang dengan senang hati menceritakan bahkan memeragakan peristiwa yang terjadi. Namun, ada juga yang enggan melakukannya. 

Bisa jadi tamu yang ditemui sudah banyak dan setiap yang datang padanya mempertanyakan hal yang sama. Kadang ini bisa membuat korban dan keluarga merasa tidak nyaman. Sebaiknya tidak memaksakan untuk terus melanjutkan pertanyaan.

Hindari mencari tahu hal yang ditakuti oleh korban

Jika korban atau keluarga korban bersedia menceritakan musibah yang terjadi, namun di tengah-tengah ia berhenti, seolah ada hal yang terbayang sesuatu hal, bahkan mungkin sampai menangis, maka percakapan tidak perlu dilanjutkan. 

Mungkin ada hal yang ditakuti oleh korban atau keluarganya tersebut. Jika terus ditanya berulangkali, dikhawatirkan bisa menimbulkan trauma yang membuatnya jadi merasa kurang nyaman.

Baca juga:

The Latest