Conley mengungkapkan bahwa Trump telah menerima obat Remdesivir setelah dirawat di rumah sakit. Obat ini, dilaporkan dapat menghalangi kemampuan virus corona untuk membuat lebih banyak salinan dari dirinya sendiri.
Yaitu, dengan mencegah virus tersebut menghasilkan enzim tertentu yang diperlukan untuk mereplikasi dirinya sendiri. Setelah ini terjadi, virus tidak lagi dapat menyebar ke dalam tubuh.
Awalnya, Remdesivir dibuat untuk pengobatan yang memungkinkan bagi penyakit hepatitis. Kemudian, pada 2014 dipelajari pula kemungkinannya sebagai pengobatan Ebola.
Lalu, para peneliti juga menemukan bahwa obat ini efektif melawan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Sebenarnya, obat eksperimen yang dibuat oleh Gilead Sciences Inc., ini tidak disetujui secara global untuk penggunaan apapun. Namun, dalam sebuah uji klinis, dokter melihat dampak positif penggunaan Remdesivir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Akhirnya, FDA pun mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat Remdesivir untuk mengobati Covid-19.
Selain obat-obatan tadi, Trump juga mengonsumsi seng, vitamin D, peredam asam, melatonin dan aspirin.
Penyedia layanan kesehatan di seluruh dunia telah menguji kemanjuran seng, vitamin C, vitamin D, dan antibiotik azitromisin untuk pasien Covid-19.
Namun, menurut Dr. Steven Shapiro, kepala petugas medis dan ilmiah di UPMC, sistem rumah sakit yang berbasis di Pittsburgh, tidak satupun dari perawatan tersebut sejauh ini menunjukkan manfaat klinis.