Bagi warga Jawa Timur, tepatnya Ponorogo dan sekitarnya, kehadiran rawon saat Lebaran adalah hal yang penting. Inilah alasannya!
Hidangan daging berkuah hitam ini memang tak mudah terlupakan. Rasanya pedas, gurih, segar dan penuh rempah bikin selalu ingin nambah.
Ternyata, masakan khas ini merupakan hidangan untuk para raja. Seperti apa detailnya? Popmama.com akan merangkumkannya untuk Mama.
Berdasarkan sejarah, rawon sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Bukan sekadar legenda, namun ada bukti bahwa makanan ini pernah disebutkan dalam Prasasti Taji (901 M) di Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam prasasti tersebut, rawon ditulis dengan nama "Rarawwan". Hal ini membuat banyak orang percaya kalau rawon berasal dari Ponorogo, sebelum menyebar ke seluruh Jawa Timur.
Sejarah mengatakan kalau rawon merupakan hidangan para raja. Hal ini dituliskan dalam catatan "Serat Wulangan Olah-olah Warna-Warni" (1926).
Dahulu, rawon menggunakan daging kerbau, tapi kini diganti menjadi daging sapi. Hal ini dikarenakan daging sapi lebih mudah ditemukan.
Rawon dimasak dengan metode lambat dan menggunakan banyak campuran bumbu-bumbu rempah yang khas. Inilah kenapa rawon menjadi sangat gurih dan dagingnya sangat empuk.
Salah satu kunci kelezatan dan ciri khas rawon adalah penggunaan kluwak dalam kuahnya. Kluwak memberikan warna hitam pekat yang bagi turis luar negeri, rawon disebut sebagai black soup.
Rawon dinikmati dengan potongan daging sapi, tauge, taburan bawang goreng, telur asin, dan kerupuk udang.
Pada saat Lebaran, rawon kerap menjadi sajian khas yang wajib ada di rumah-rumah para warga Jawa Timur. Apakah Mama memasak rawon juga di Idulfitri kali ini?