Misi Penyelamatan Ibu dan Bayi ala Rumah Sakit Apung, Inspiratif!

Masih banyak masyarakat Indonesia yang terjajah oleh penyakit. Mereka sakit, tapi tak mampu berobat

27 November 2019

Misi Penyelamatan Ibu Bayi ala Rumah Sakit Apung, Inspiratif
Popmama.com/ Mahardhiyanto

Mungkin, ketika Mama tinggal di kota besar, masalah akses pelayanan kesehatan tidaklah menjadi isu. Tetapi, di Indonesia yang sangat luas, banyak sekali warga negaranya yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan. Masalah kesulitan akses ini paling memengaruhi kesehatan ibu dan anak, terutama di pulau-pulau terluar di Indonesia. 

Negara sebenarnya sudah membuat program untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, namun diakui oleh drg Saraswati, MPH, Direktur Pelayanan Kesehatan Primer, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI hal itu masih sulit menjangkau pelosok Indonesia. 

“Ada program Nusantara Sehat yang dibuat Kemenkes untuk melayani kebutuhan akses kesehatan di daerah terpencil namun, memang masih banyak kendala karena fasilitas yang belum lengkap. Banyak wilayah belum punya Puskesmas, aksesnya sangat sulit sehingga tenaga kesehatan yang ditugaskan harus berusaha keras untuk memberikan pelayanan,” kata Sarawati. 

Fakta itu diungkapkan di acara ulang tahun ke-10 DoctorSHARE, penggagas Rumah Sakit Apung. Rumah Sakit Apung  (RSA) yang dimotori dr. Lie Dharmawan, telah menjadi jawaban untuk masalah akses kesehatan ini. 

Kisah Rumah Sakit yang melayani pasien di atas laut ini telah menjadi inspirasi banyak warga yang peduli kesehatan. 

Ini kisah-kisah haru yang dituai selama Rumah Sakit Apung bertugas di perairan terluar Indonesia. Popmama.com melakukan wawancara khusus dengan dr. Lie untuk semua pembaca.

1. Anak dengan usus terjepit menjadi pencetus rumah sakit unik ini

1. Anak usus terjepit menjadi pencetus rumah sakit unik ini

Sebagai dokter dengan cukup banyak pengalaman menjadi dokter di berbagai daerah di Indonesia dan di luar negeri, dr. Lie tersayat hatinya ketika bertemu dengan seorang anak yang sakit. Si Anak yang berusia 9 tahun, dibawa ibunya naik perahu selama 3 hari 2 malam untuk mencapai rumah sakit. 

“Anak itu terjepit ususnya. Dia dan ibunya, naik kapal berhari-hari dalam kondisi sakit untuk bertemu dokter. Hati saya sedih sekali,” ungkap dr. Lie. 

Dari situ, dr. Lie bertekad untuk berusaha sekeras tenaga agar tidak ada lagi pasien yang menderita demi mendapat layanan kesehatan.

“Saya berpikir bagaimana cara membawa rumah sakit atau pelayanan kesehatan kepada warga yang lokasinya sangat jauh. Lewat darat tidak mungkin, lewat udara tidak praktis, salah satu jalan yang bisa menghubungkan banyak tempat adalah air,” ungkapnya. 

Dari situlah, ide rumah sakit apung tercetus.

2. Awalnya dr. Lie dihina dan dianggap tak waras

2. Awal dr. Lie dihina dianggap tak waras
Popmama.com/ Mahardhiyanto

Tidak ada orang yang menganggap serius ide dr. Lie membuat RSA. Ia dianggap tak waras dan dihina oleh banyak orang. Dokter Lie mengatakan, ia tidak tahu darimana bisa memulai impiannya itu. Ia bilang, “Ingin mencontek tidak ada contekannya. Belum pernah ada di dunia, rumah sakit seperti ini.” 

Dengan tekad kuat dan modal seadanya, akhirnya dr. Lie bisa membeli kapal bekas berbentuk pinisi untuk rumah sakit pertamanya. Kapal yang diberi nama Rumah Sakit Apung dr. Lie ini berlayar pertama kali pada 16 Maret 2009.

Editors' Pick

3. Rumah Sakit Apung banyak menyelamatkan banyak orang

3. Rumah Sakit Apung banyak menyelamatkan banyak orang
Popmama.com/ Mahardhiyanto

Sepanjang perjalanannya, RSA dr. Lie telah menyelamatkan banyak orang. Tak terhitung jumlah tepatnya, namun ribuan orang telah terselamatkan. Di kapal pertama yang menurut dr Lie tua dan rapuh, ada sarana kamar bedah, ruang perawatan, rontgen, USG, EKG, dan apotik. Hebatnya, RSA tidak memungut biaya apapun kepada pasiennya. 

“Mereka itu hidup susah, tidak tersentuh layanan kesehatan yang memadai, tidak baiklah jika dipungut bayaran,” kata dr. Lie. 

Kini, dr. Lie sudah punya 3 RSA. RSA pinisi, RSA Nusa Waluya 1 dan RSA Nusa Waluya 2. Akhir pekan lalu, Popmama.com mendapat kesempatan berkeliling di RSA Nusa Waluya 2 yang sandar di Teluk Jakarta.

Kapal 4 lantai itu memiliki luas total 900 meter persegi. Fasilitasnya sangat lengkap termasuk ada klinik gigi dan ruang khusus perawatan bayi dengan inkubatornya. Ruang bedahnya pun terbilang lengkap dan bisa melayani aneka operasi. Kapal tersebut memakai sistem keseimbangan pengapung yang membuatnya stabil meski ada di air yang terus bergerak. 

“Waktu bencana gempa di Palu, kami sandar di sana. Setiap hari, kami menangani 500 pasien. Fasilitas kami setara rumah sakit kelas C dan banyak orang perlu layanan kesehatan karena fasilitas rumah sakit banyak yang rusak terkena bencana,” kata dr .Lie. Total pasien di Palu mencapai puluhan ribu selama RSA disana. 

Selain RSA, DoctorSHARE juga punya program Flying Doctors, yaitu fasilitas dokter dan rumah sakit yang memakai helikopter dan melayani daerah-daerah pegunungan Papua yang tidak punya akses perjalanan laut.

4. Program Mama Biang untuk menyelamatkan nyawa ibu dan anak

4. Program Mama Biang menyelamatkan nyawa ibu anak
Popmama.com/ Mahardhiyanto

Tidak hanya menginovasi kendaraan untuk akses kesehatan, dr. Lie menggagas pula kader pelayan kesehatan. Di daerah-daerah dengan akses sulit, dokter-dokter dari DoctorSHARE memberikan pelatihan kepada bidan atau tenaga kesehatan lokal. Ada program Panti Rawat Gizi untuk memberikan edukasi gizi terutama untuk anak-anak dan ibu hamil dan Mama Biang untuk memberikan pelatihan tenaga kesehatan lokal sehingga mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kegawatan pasien dan memakai USG sendiri. Program yang digalakan di Pulau Kei, Maluku Utara ini telah berlangsung sejak 2009. 

“Jadi, tenaga kesehatan lokal, misalnya bidan, mendapat pelatihan tentang penggunaan USG dan langkah menangani kegawatdaruratan awal. Mereka itulah yang berkeliling ke warga untuk memantau kesehatan. Jika ada yang sakit, mereka bisa merujuk ke RSA,” kata dr. Lie. 

Mama Biang menurut dr Lie sangat ampuh sebab dokter “kota” sering juga mendapat penolakan dari warga. 

“Ada adat istiadat dan kepercayaan di kalangan mereka yang membuat mereka takut kepada dokter. Nah, Mama Biang inilah yang mengedukasi warga dan memberi kepercayaan kepada mereka untuk berobat,” cerita dr. Lie.

5. Kisah 5 bayi di Lembata yang bikin haru

5. Kisah 5 bayi Lembata bikin haru
Popmama.com/ Mahardhiyanto

Berkat program Mama Biang, RSA berhasil menyelamatkan 5 mama dan bayi yang dalam kondisi gawat darurat di proses persalinan. 

Waktu itu, ada 5 calon ibu di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, memasuki periode melahirkan. Mama Biang menemukan bahwa kehamilan mereka bermasalah dan harus menjalankan operasi caesar. Jadilah, Mama Biang membawa mereka ke RSA. Mendengar mereka harus dioperasi, kelima mama itu kabur dari kapal. Mama Biang dan para dokter berusaha mencari semua mama. Kembali, Mama Biang memberi penjelasan kepada mereka dan keluarganya untuk mempercayakan keselamatan mereka ke tangan dokter. 

“Tidak mudah melakukan hal tersebut. Kami harus melawan kepercayaan yang sudah berakar kuat di masyarakat,” kata dr. Lie. 

Dengan semangat menyelamatkan nyawa Mama dan bayinya, para dokter akhirnya berhasil membawa kembali semua mama ke kapal. 

“Malam itu menjadi malam yang sangat sibuk. Ada lima bayi yang lahir lewat operasi di waktu yang hampir bersamaan. Tapi, saya bahagia sekali sebab malam itu, saya punya 5 cucu baru karena bayi-bayi itu saya anggap darah saya sendiri. Empat bayi perempuan diberi nama belakang Dharmawati dan 1 bayi laki-laki diberi nama belakang Dharmawan. Hingga kini, mama dan bayi sehat. Mereka kemudian aktif juga mengampanyekan gaya hidup sehat ke warga," kata dr. Lie. 

6. Dokter Lie berjuang demi keimanan dan nasionalisme

6. Dokter Lie berjuang demi keimanan nasionalisme
Popmama.com/ Mahardhiyanto

Apa yang mendasari dr. Lie untuk menciptakan banyak inovasi di bidang kesehatan? “Dasarnya keimanan dan nasionalisme. Keimanan mengajarkan saya untuk bekerja dengan ketulusan, keberanian, dan kepercayaan bahwa apa yang saya lakukan baik. Saya juga sangat mencintai Indonesia. Cinta ini membuat saya berani mengambil segala risiko untuk melayani masyarakat di bidang kesehatan,” aku dr. Lie. 

Tekad yang kuat itulah yang ditularkan dr Lie kepada orang-orang sekitarnya. “Terutama keluarga. Tanpa dukungan dari mereka, saya tidak akan seperti ini. Tetapi, yang terpenting adalah bimbingan dari Tuhan yang membuat saya bisa sampai sejauh ini,” katanya.

Dokter Lie masih membutuhkan dukungan dari pemerintah, misalnya soal harga BBM untuk RSA ini. “Saya berharap, RSA mendapat bantuan bahan bakar bersubsidi sebab harga bahan bakar sangat sangat mahal. Jika mendapat bantuan, tentu akan lebih banyak lagi masyarakat yang bisa kami jangkau,” tutupnya. 

Sangat inspiratif ya, Ma.

The Latest